Chapter 8 (Coklat)

11 4 13
                                    

"Dinda! " panggil Arlan menunggu Dinda keluar dari kelasnya. "Hai kak, makasi coklatnya ya," ucapnya dengan raut muka yang gembira.

Arlan mengerenyitkan dahi, "Coklat? " Dinda mengangguk. "Coklat apa? " tanya Arlan memastikan.

"Iya coklat, nih! Dari kak Arlan kan? " Arlan menggeleng, "Ga pernah kakak ngasi barang ke kamu diem-diem, " jawab Arlan.

"Kalau bukan dari kakak dari siapa dong? " tanya Dinda memandang coklat di tangannya. "Dari pengagum rahasia kamu mungkin. "

"Dari kemaren jawabannya itu mulu. Pengagum rahasia Dinda terus jawaban kak Arlan, " gerutu Dinda. "Kalau dari kakak jujur aja kalik, " lanjut Dinda. Arlan menggeleng, "Bukan dari kakak. " tegas Arlan. "Ya gausah dingin gitu kalik kak, " kata Dinda menundukkan kepala. Merasa dirinya membuat Arlan kesal membuatnya tak berani menatap mata Arlan.

"Kakak ga marah, " katanya mengangkat dagu Dinda dan mencium keningnya.

"Kamu pulang sendiri ya, atau mau kakak tungguin kamu sampai dapet taxi? " tanya Arlan sambil beranjak berdiri dengan satu tangan di saku celana.

"Emang kakak mau kemana? "

"Ada rapat buat acara sekolah, Din, " Dinda mengangguk mengerti. "Ribet punya temen ketua OSIS, " batinnya. Arlan yang menangkap suara Dinda terkekeh pelan. "Bukan temen, tapi kakak nya Dinda, " tegas Arlan membenarkan kalimat Dinda. "Yaudah, mau kakak temenin pulang nya engga? " Dinda menggeleng. "Kakak kumpul aja, tadi kan juga kakak dimarahin sama kak Xion di bilang kakak bucin mulu. Kasian reputasi kakak, " kata Dinda dengan menatap Arlan sedikit mendongak.

"Hahaha, yaudah pulang gih, " Dinda mengangguk.

"Kak, " panggil nya pelan. "Iya, apa? "

"Ini coklat nya Dinda buang apa gimana ya? Kalau ini Dinda takutnya beracun, " tanya Dinda khawatir kalau ada orang yang mencoba untuk meracuninya.

"Jangan! " cegah Arlan menyambar coklat itu. "Kenapa? kakak kalau mau ambil buat kakak aja."

"Bukan! Ini kan buat Dinda, kakak pasti in ini ga akan beracun, " jawabnya gelagapan dan mengembalikan cokelat itu.

"Beneran? Kalau Dinda kenapa-kenapa? "

"Kakak yang tanggung jawab, " kata Arlan diakhiri mencium kening Dinda lagi. "Yaudah pulang gih, kakak mau ke markas. Kalau udah sampai rumah telephone. Ga nerima chat, takutnya kamu boong," perintah Arlan.

Dinda berdecak, "Ya masa Dinda boong, yaudah deh, bye kak Arlan!! " pamit Dinda melambaikan tangan sambil berjalan mundur sampai Arlan pun ikut pergi.

-Kelas Fisika 13 A-1-

"Ai, Aileen! " panggil Xion yang tak mengetuk pintu kelas itu. Berhubung hanya ada satu perempuan bernama Aileen yang dipanggilnya itu jadi tak masalah, toh mereka juga satu angkatan.

"Anak-anak paskib boleh ikut rapat OSIS ga?" Aileen mengerenyitkan dahi, "For? "

"Bahas kemping mengangkat tema kedisiplinan kita juga undang pelatih kalian, jadi kalau mau izin gua yakin boleh."

Aileen menggebrak mejanya. Xion membulatkan mata terkejut. Buset! Galak bener ni cewe.

"Lo pikir lo ngajak kita dengan waktu yang mepet gini kita bakal dengan mudah nerima tawaran lo, tawaran anak-anak OSIS? Izin ke pelatih ga semudah yang lo pikirin, " ketusnya mengangkat tas dan merapikan seragam kebanggan-Baju lapangan.

"Ya maaf, yang nyuruh ketua OSIS bukan gue, " jelas Xion. "Kenapa ga daritadi minta nya kan bisa. Siapa sih ketuanya, bisanya cuma ngerepitin aja?! Kalau gabisa ngurus organisasi tu harusnya mundur aja." omel Aileen tanpa memandang siapa lawan bicaranya.

KAKTUS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang