Chapter 9 (Balon nya Arlan)

10 3 2
                                    

"Sialan tu cewe! " desis nya sambil mengepalkan tangan. "Gue tandain muka lo, " lanjutnya yang tiba-tiba pundak nya ditepuk Xion dan dirangkul.

"Gausah ngerangkul-ngerangkul gini, najis. " desis Arlan melepas rangkulan Xion dari pundaknya.

"Yang milih Aileen jadi ketua paskib siapa sih? " tanya Arlan menatap ganas Xion kemudian beralih ke Putra. "Gua juga gatau, udahlah gausah peduli in, "  kata Putra menepuk pundak Arlan.

"Gimana ga kesel sama tu cewe sialan! " kata Arlan penuh dengan emosi. "Santai brader! Pulang aja yok, " ketiganya berjalan beriringan ke parkiran motor.

"Gue pulang duluan! " pamit Putra menutup kaca helm full face nya. "Gamau nongkrong dulu? Boring gue habis kena omel si cewe judes, " Arlan menutup kaca helm full face nya. "Ga, ah. Ada urusan yang lebih penting! " ucapnya langsung tancap gas dengan kecepatan tinggi.

"Mau kemana dia? " tanya Putra memainkan gas motornya. "Ketemu bucin nya dia paling! " jawab Xion dengan menutup kaca helm full face nya. "Gue duluan! " pamit Putra langsung menuju jalanan disusul Xion.

-Di rumah Dinda-

Arlan mematikan mesin motornya dan melepas helm full face nya. Di tekan nya bel rumah Dinda beberapa kali. Resah sekali kalau Dinda belum pulang karena tak mengabarinya. Berkali-kali dia menatap layar ponsel nya mendapati keterangan offline pada chat Dinda.

"Kemana sih ni bocil?! " gerutu Arlan cemas. Satpam rumah Disna membuka kan pagar mempersilahkan Arlan untuk masuk.

"Dinda nya udah pulang pak? " Geo mengangguk, " Sudah den, tadi naik taxi. Tumben ga bareng den Arlan? " tanya Geo dengan ramah. Arlan bernapas lega, untunglah tak terjadi suatu hal pada Dinda apalagi hal yang buruk. "Tadi ada rapat pak, biasa, anak organisasi, " jawab Arlan disusul tawa pelan. Geo menyuruh Arlan masuk toh di dalam ada Yoola.

"Permisi bunda, " Arlan mencium punggung tangan Yoola penuh dengan kasih sayang sama seperti dengan mamanya sendiri. Begitupun sebaliknya, Yoola mengusap kepala Arlan bagai anak nya sendiri. "Dinda nya udah pulang kan, bun? " tanya Arlan. Yoola mengangguk, "Iya, udah pulang kok tadi naik taxi. Tumben ga sama kamu? " tanya Yoola duduk di kursi meja makan menata banyak menu makan siang. "Tadi ada rapat OSIS, bun, makannya ga anter Dinda pulang. Maaf banget ya bun, " Yoola terkekeh. "Gapapa kok, kan urusan sekolah juga pasti lebih penting. "

"Dinda nya mana ya, bun? "

"Ada apa sih rame-rame? KAK ARLAN! DARI KAPAN DISINI? " kaget Dinda berlari kembali naik ke kamarnya. Dibuat bingung Yoola berdiri dari tempatnya.

"Kenapa naik lagi, Din? "

"DINDA ACAK-ACAK AN MA TADI ABIS TIDUR! " jawab Dinda dengan suara yang keras. Yoola dan Arlan tertawa bersama melihat tingkah Dinda.

"Makan bareng tante yuk, " ajak Yoola langsung menyuruh Arlan duduk dan mengambilkan piring berisi nasi.

Dinda Alviana menuruni anak tangga menatap Arlan dengan sinis sebelum duduk di kursi samping Arlan duduk, "Kakak kenapa kesini ga bilang-bilang!?" desis nya menerima piring berisi nasi dari Yoola.

"Ya kamu bikin khawatir. Kan tadi kakak suruh kamu kalau udah sampai rumah telepon, " kata Arlan mengambil menu daging rendang yang pastinya nikmat.

"Maaf kak, Dinda lupa soalnya ngantuk banget, " Arlan mengusap kepala Dinda dengan lembut. Kalau tidak ada Yoola di hadapannya sudah pasti Arlan mengacak rambut Dinda.

"Kebiasaan, " ujar Arlan melahap makanannya.

Makan malam yang begitu nikmat dan sangat beruntung bisa makan dengan Yoola. Rasanya seperti makan dengan ibu mertua bagi Arlan.

KAKTUS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang