Chapter 4 (After Insiden Saus Kacang)

26 8 1
                                    

Sepulang dari jalan-jalan tadi entah kenapa perasaan Arlan begitu gembira walaupun ada insiden saus kacang tadi. Arlan tak peduli itu! Yang penting bagi dirinya dia bisa jalan berdua bersama Dinda dan menikmati semilir nya angin malam kota Bogor.

"Arlan pulang! " ucap Arlan girang sambil menari-nari tak jelas gerakannya. Sesekali dia melompat-lompat kegirangan. Papa dan mamanya yang lagi beromantisan nonton tv bersama melongo melihat sikap anaknya yang satu ini. "Luka kamu parah ya, Arlan? " tanya Firman dengan cemas. "Enggak kok pa, emang kenapa? " tanya Arlan heran.

"Fiks, anak mama gila! Papa masuk kamar dulu! " ucapnya langsung ngibrit. "Eh! Mama ikut! Anak papa itu! " disusul Resti yang langsung lari ngibrit.

Arlan melongo di tempatnya. "Alhamdulillah deh gue enggak gila kayak mereka. " ucapnya yang tentunya hanya candaan sambil menghela napas. Arlan berjalan ke arah kamarnya masih dengan ekspresi kegirangan nya.

"Anak mama kenapa itu? " tanya Firman yang mengintip dari balik pintu. "Yang ada mama yang nanya, Arlan kenapa kayak gitu? Pasti nurunin sifat nya papa nih! " Firman mengerenyit kan dahi. "Enak aja! Aku dulu ga kayak Arlan. "

"Terus Arlan anak siapa? "

"Anak kamu lah! " jawab Resti.

"Anak kamu juga! Buatnya berdua yang tanggung jawab berdua. " Firman dan Resti cekikikan. "Lagi jatuh cinta paling itu anak. " tutup Firman dengan menggelengkan kepala.

Arlan menutup pintu kamarnya dan langsung membenamkan muka dibawah bantal. "Gue sayang dinda.. " batinnya.

•••

"Kakak jemput ya, Din? "

" ... "

"Okey, buruan siap-siap kakak udah otw. " Arlan mematikan handphone dan memasukkannya kembali ke dalam saku.

"Morning mama, morning pah! " sapanya girang sambil melompat dari tiga anak tangga paling bawah.

"Hati-hati! Baru semalam kebentur pintu jangan sampai jatuh lagi. " ingat Resti melihat tingkah anaknya.

"Aelah ma, Arlan udah gede tau kok ga bakalan jatuh. " ucapnya. "Kemaren aja nyalahin pintu. " tambah papanya membuat Arlan menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Udah ah, Arlan mau berangkat! Dadah mama, papa! " pamitnya melambaikan tangan. "Arlan ga salim sama mama papa dulu? " Arlan memutar badan. "Lupa, hehe. " Firman menggelengkan kepala. "Hati-hati jangan ngebut-ngebut! " pinta Firman yang dijawab anggukan oleh Arlan.

-Dirumah Dinda-

"Udah siap? " Dinda mengangguk. "Yaudah ayuk berangkat kenapa diem aja? "

"Soal kemarin malem-"

"Sstt!! " Arlan menempelkan telunjuk di bibir Dinda. "Gausah dibahas, ayok berangkat. Nanti telat , " Dinda mengangguk. "Mau pake helm sendiri." pintanya menyambar helm di tangan Arlan. "Emang bisa? "

"Bisa lah! Emang Dinda anak kecil. " ucapnya dengan gemas. "Yaudah cepetan, kakak mau ngebut. "

"Jangan ngebut-ngebut, KAK ARLAN!!! " kagetnya saat tiba-tiba saja Arlan langsung tancap gas tanpa aba-aba.

-Sampai di Sekolah-

"Heh, buka matanya kenapa merem terus? "

KAKTUS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang