Dinda berdiri di depan pagar sekolah menunggu kehadiran Arlan. Hari ini Yoola meminta untuk mengantar putri semata wayang nya. Jarang-jatang momen itu bisa dilakukannya jadi Dinda pun pasti tak akan menolak.
"Dinda, " Arlan menghentikan motornya. "Ngapain berdiri disini? " Dinda berdecak, "Nungguin kakak-kakak an nya Dinda. " Arlan menggelengkan kepalanya. "Tunggu di koridor aja. Kakak masih harus ke parkiran motor." Dinda menjawab dengan anggukan kepala.
-Di Koridor sekolah-
Dinda mendekap Arlan dari belakang. Mencium aroma parfum Arlan yang begitu memikat.
"Dinda sayang sama kakak, " katanya sambil memejamkan mata.
"Siapa yang ngomong ya? " Arlan mendongak, celingukan kesana kemari.
Dinda dibuat kesal oleh nya mencubit perut Arlan dengan keras. "Sakit! " pekiknya melepas cubitan tangan Dinda dan berlari pergi.
"Ih?! Dinda beneran sama kakak malah ditinggal! Tungguin! " ucap nya sambil menyusul Arlan yang berhenti di depan kelas Dinda.
"Yang bener belajarnya, "
Cup
Satu ciuman mendarat di kening Dinda membuat pipinya merah merona. "Kakak juga, " katanya sambil mencium balik pipi Arlan dengan sedikit berjinjit sebelum masuk ke kelas.
"Tumben Dinda mau cium pipi gue? " batinnya keterangan masih mengusap pelan pipi nya. Arlan berbalik arah berjalan dengan tampang biasa-biasa saja dengan hati yang sedang merasa tak karuan.
"Din, lo beneran pacarnya Arlan? " Dinda menjawab dengan gelengan menaruh tas di bangku nya.
"Kenapa lo sering nanya kayak gitu? " tanya Dinda memastikan. Telinga nya hampir jenuh dibuat Jihan mengenai pernyataan-pernyataan itu.
"Gue suka sama Arlan, " jawab nya singkat dan jelas. Dinda yang tak percaya tak begitu menanggapi nya. "Gue suka sama kak Arlan waktu ge pingsan di lapangan pas olahraga terus dia nge gendong gue ke UKS, " jelasnya.
Flashback on
Pagi itu sangat cerah. Jihan berada di barisan belakang diantara seluruh siswa kelasnya. Kegiatan olah raga bersama antara anak kelas sepuluh, sebelas, dan dua belas hanya berlangsung sekitar beberapa jam yang hanya dijadwalkan tiga kali dalam satu bulan. Dibelakang barisan kelasnya terdapat seorang Arlan yang berdiri paling depan untuk kelasnya.
Karena tak sempat sarapan Jihan jatuh pingsan. Dia tak mengingat kejadian itu tapi yang diingatnya hanyalah beberapa hal, wangi orang yang menggedongnya, postur tubuh cowo itu, dan yang jelas samar-samar suaranya.
Dalam UKS Jihan terbaring di brankar dengan lemas. Petugas kesehatan atau PMI menaruh segelas teh hangat di meja samping brankar.
"Makasi, " ucap cowo itu duduk di samping brankar. "Lo ga kenapa-kenapa? " Jihan mengangguk. Tubuhnya sudah tidak kenapa-kenapa tetapi kepalanya masih sedikit berat.
"Makasi udah bawa gue ke UKS, " kata Jihan memaksa seulas senyum. Pandangannya masih kabur tak jelas.
"Gue cuma bantu lo karena barisan gue tepat di belakang lo. Kalau lo udah sehat atau enakan gue mau balik ke barisan," jelas Arlan panjang. "Gue mau ada sambutan buat Kepala Sekolah. " tambahnya beranjak berdiri pergi meninggalkan Jihan sendirian. Dari situ Jihan merasa bahwa dirinya diperlakukan layak sebagai seorang perempuan. Baru kali ini hanya dengan gendongan Jihan merasa nyaman. Delapan Arlan selalu membekas di ingatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAKTUS
Novela JuvenilKAKTUS (Kakak Adik Tanpa Status) Gimana sih rasanya ditreet atau diperlakukan sebagai ratu oleh seseorang yang kalian suka? Tapi sayang nya dia hanya anggap kamu sebatas adiknya saja. So, sad. Begitulah yang dialami seorang gadis bernama Dinda Alv...