Bab 4

36 5 1
                                    

"Hah!" keluhnya sambil mengambil nafas dalam-dalam setelah berhasil membawa tubuh Galen yang sangat berat untuknya ke dalam mobil. "Cowok tuh keliatannya doang ya badan cakep, giliran kalo udah diangkat kaya gini beratnya ngalahin timbangan dosa gue." ocehnya sambil menutup pintu mobil penumpang depan dan berjalan memutar ke bagian kemudi.

Setelah duduk di bangku kemudi, mata Chayra melirik ke samping dimana Galen masih terpejam dalam pingsannya. "Rasanya pingsan gimana sih? Perasaan gue udah bertingkah mulu tiap hari nggak ada tuh puyeng-puyeng kaya mau pingsan, kan pengen kaya di drakor-drakor ntar ditolongin dah sama cowok ganteng," ujarnya sambil terkekeh sendirian membayangkan bagaimana manisnya jadi seperti tokoh pemeran utama di drakor yang sering ia tonton.

Jangan kalian pikir Chayra itu tidak bisa kemudi mobil, kalian salah, Chayra justru bisa mengemudi apapun bahkan jika diizinkan oleh kedua orang tuanya Chayra ingin langsung mengemudi pesawat, jika ditanya kenapa, anak itu hanya menjawab agar bisa kabur yang jauh dari rumah kalau diusir sewaktu-waktu. Memang jawaban yang tidak bisa diharapkan.

TINNN

Suara klakson mobil yang Chayra bunyikan ketika gerbang sekolah dibuka lebar oleh pak Ali yang masih bertugas.

"Balik pak!" teriak cewek itu sembari membuka sedikit kaca mobil agar pak Ali melihatnya.

Sedangkan pak Ali hanya terbengong bingung tanpa bisa menjawab sapaan Chayra meskipun mobil itu telah berjalan melaluinya.

"Itu anak perasaan tadi sekolah jalan kaki, kenapa pulangnya naik mobil?" gumam pak Ali sendirian. "Ini sekolah muridnya bener-bener jelmaan jin kayanya."

Kembali lagi pada Chayra dan Galen, kini Chayra menatap fokus pada ponsel genggamnya yang menunjukan peta jalan menuju alamat Galen.

"Aduh buruan kenapa sih bangun, nanti yang anterin gue balik siapa udahannya? Awas aja kalo sampe orang rumah lo nyuruh naik gojek, nggak mau gue! Ntar gue pulang malem-malem naik gojek, udah nggak tau arah balik bisa-bisa diculik yang ada." kata Chayra yang tertuju pada Galen. "Kalo diculik buat dijual ke mafia-mafia ganteng buat jadi permaisuri nya sih gapapa, lah kalo diculik buat dijual organnya amit amit ya Allah, usus gue udah melar gara-gara indomie mulu jadi pasti nggak laku."

Sepanjang jalan yang memakan waktu puluhan menit itu Chayra hanya berbicara sendirian layaknya orang gila, di otaknya sedari tadi hanya berpikir bagaimana caranya agar cowok di sampingnya saat ini cepat terbangun, maka dari itu ia bicara sendirian sedari tadi sampai mulutnya berbusa demi berharap cowok itu merasa berisik karena suara Chayra lalu membuka matanya.

Tapi nihil, bahkan saat mobil yang dikendarai Chayra telah berada di depan rumah bertingkat tiga dengan pagar menjulang tinggi yang di dominasi warna cream, mata cowok itu tidak juga terbuka.

Chayra turun dari mobil dan berjalan mendekati gerbang tinggi itu. "PERMISI! PERMISI!" teriaknya sekencang mungkin agar bisa didengar oleh orang di dalam sana.

"Maaf ya neng, nggak terima tukang minta-minta." sahut seseorang yang Chayra tebak adalah security di rumah itu karena seragam khasnya yang digunakan.

"Allahuakbar! Muka gue tampang gembel amat kali ya?" gumamnya shock setelah mendengar ucapan si Bapak. "Ih bukain dulu atuh Pak, saya bukan tukang minta-minta, saya nganter orang nih!"

Barulah setelah Chayra mengatakan itu, pintu gerbang tinggi yang sedari tadi menghalangi pandangannya untuk melihat ke dalam terbuka lebar menunjukan wajah si Bapak yang sudah sebut dirinya tukang minta-minta.

Pokoknya Chayra menandai muka si Bapak sebagai orang yang satu-satunya tidak menghargai karya Tuhan paling seksi.

"Lho, ini kan mobilnya den Galen," gumam si Bapak ketika melihat mobil di belakang Chayra yang kebetulan masih bisa didengar oleh Chayra. "Neng ini siapa? Kok saya baru liat? Temennya den Galen?"

Our SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang