"Diem di sini, Chayra." ucapnya. "Jangan ngeyel."
Setelah itu, Galen pergi begitu saja meninggalkan Chayra yang sendirian di sana. Chayra terdiam di tempatnya, bukan karena ia ketakutan, tetapi sedikitnya apa yang Galen ucapkan tadi entah mengapa memberikan sensasi yang beda pada dirinya.
Namun Chayra tetaplah Chayra, ia bukan seperti keseringan cewek yang diberi tau langsung menaati, tidak, Chayra jauh lebih badung dari pada itu.
"Bodoamat, siapa dia nyuruh gue diem di sini," gumamnya sambil meletakan tas di bawah kakinya dan cepat-cepat mengikat cepol rambutnya dengan kencang. "Ikutan ah, sekalian latihan udah lama nggak ribut." lanjutnya dengan berjalan santai keluar markas.
Sesampainya di luar, mata Chayra terbelalak melihat keadaan di luar markas yang semula rapi kini malah berantakan dan banyak sekali yang rusak. Belum lagi ketika matanya memerhatikan satu per satu, hatinya hanya dapat mengucap istighfar karena ternyata yang datang bukan hanya 5 atau 10 orang seperti bayangannya, tapi puluhan, bahkan jalanan untuk kendaraan lewat di depan markas sudah diambil alih oleh mereka untuk jadi medan perang.
Chayra mencari-cari di mana Galen, hingga akhirnya bola matanya dapat melihat cowok yang ia cari sedang dikeroyok oleh 3 orang sekaligus.
Chayra menggeleng keras-keras.
"Sampah! Bisanya main keroyokan." ucapnya pelan dan kini berlari kencang menuju tempat di mana Galen beradu tinju dan melewati yang lain.
BUG! BUG!
Chayra tersenyum puas ketika pukulan keras dan tendangan mautnya dapat langsung menumbangkan 2 dari 3 yang mengeroyok Galen. Sedangkan Galen kini hanya dapat terbengong kaget karena ulah Chayra yang tidak ia perkirakan sebelumnya.
"Lo jadi cewek batu banget ya! Kan gue suruh tunggu di dalem, ngapain malah di sini?" sewot Galen sambil menarik jauh Chayra dari sana. "Kalo misal lo kena pukul mereka gimana, Chayra?!"
"Apaan sih ah! Ngomel nya nanti aja, lanjutin ini dulu!" sentak Chayra hampir kembali ingin menghajar lawan tadi namun ditahan oleh Galen.
"Apa lagi sih?" kesal cewek itu sambil menatap ketus pada cowok di depannya.
"Mau sok-sokan belain gue? Nggak usah, gue cowok, gue bisa kalahin mereka semua."
Chayra mendelik. "Geer banget lo, orang gue juga jaga-jaga aja, males kalo mesti ngangkut orang pingsan lagi." jawabnya dengan kini benar-benar lari meninggalkan Galen yang terdiam tanpa kata dalam beberapa detik setelah Chayra mengucap.
"Itu cewek pas bayi diempanin mercon kali ya." gumam Galen dengan raut tidak percaya.
"CHAYRA! SAMPE LO ADA BONYOK DI MUKA, GUE TINGGALIN LO DI LAMPU MERAH!" teriak Galen pada cewek itu. Tentu saja Galen khawatir, ia tidak tau seberapa ahlinya cewek itu dalam beladiri, ia juga takut karena bagaimanapun Chayra sekarang berada dalam tanggung jawabnya dan ia harus mengantarkannya ke rumah dengan keadaan sebaik-baiknya, tetapi alih-alih mengucapkan hati-hati, Galen justru berkata seperti tadi. Memang sama bodohnya.
Lalu setelahnya, suasana benar-benar tidak terkendali. Xzone dengan liciknya membawa pasukan berjumlah puluhan untuk menyerang Vantaside dengan bekal senjata tajam di masing-masing tangan anggota mereka, sedangkan Vantaside yang memang tidak mengetahui hal ini terjadi hanya bisa melawan dengan murni keahlian beladiri mereka, bahkan anggota Vantaside yang ada saat ini tidak mencapai setengah dari jumlah pasukan Xzone.
Tetapi seperti perkataan Daren tadi, tidak perlu ada yang dibawa panik, cukup lawan mengingat keahlian Vantaside dari dulu tidak pernah terkalahkan oleh organisasi apapun, bahkan musuh bebuyutan mereka sekalipun seperti Xzone.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Side
Roman pour AdolescentsVantaside adalah titik mula dimana kisah dari kedua insan tersebut dimulai. _______________ Dilarang keras mencuri dan mengikuti isi dalam buku.