Part 5 | Pergi

870 97 8
                                    

"a-apa ya-yang -"

"Apa kau tidak punya sopan santun?"
Potong Tay cepat.

Amarahnya kini sudah mengalahkan akal sehatnya. Nafasnya memburu tak beraturan rahangnya mengeras.

New tak menjawabnya, menundukkan kepala sambil menenangkan detak jantungnya.

"Apa kau tak dengar?" tanya Tay sekali lagi.

Tak ada jawaban dari New, ia tetap mempertahankan keheningan yang ia ciptakan. Orang-orang yang ada diruangan itu hanya ikut diam ketakutan berharap ada malaikat datang menolongnya dari kemarahan bos nya ini.

Bahkan dalam keheningan yang tercipta nafas Tay terdengar jelas di telinga New.
New menahan air matanya berharap orang didepannya cepat pergi. Menahan tekanan batin yang tercipta dengan sekuat tenaga.

"Hey jawablah sta-!"

"CUKUP!!" Teriak New.

Nada suaranya terlihat getar, isakan demi isakan terdengar jelas. Semua orang diruangan itu terkejut atas perilaku New. Tay sebenarnya terkejut atas teriakan New namun ia tutupi dengan tenang.

New masih menunduk, ia tidak ingin memperlihatkan sisi lemahnya pada orang didepannya ini walaupun ia sudah tak bisa membendung lagi air matanya.

"Aku memang staff biasa dan aku hanya akan bekerja layaknya pekerjaan staff biasa bukan layaknya sekretarismu. Aku bukan pelayanmu yang bisa kau suruh seenak hatimu. Kau mengatkaan bahwa sekretarismu sedang sibuk ternyata ia sedang bersantai memegang segelas kopi panas ditangannya. Dan sekarang kau datang melempar file itu, apa hanya karna bukan aku yang mengantarnya? Itu tugas sekretaris mu bukan tugasku." Ucap getar new menahan isakan sebisa mungkin lalu pergi meninggalkan ruangan itu.

New berlari menjauhi kantor sejauh mungkin. Ia tidak peduli. Badannya lemas karna ia tidak sempat makan siang. Hatinya hancur seakan dihujam oleh jarum, perkataan Tay yang hanya menyebutnya staff biasa, memang New hanya staff biasa namun harga dirinya diinjak-injak seenaknya oleh pria itu.

Hiruk pikuk perkotaan sangat ramai, kendaraan berjalan kesana kemari bagaikan dikejar waktu. Tak ada yang peduli satu sama lain. Keadaan langit memang tidak cerah karna awan mendung bersangkar diatas hiruk pikuk kota itu menandakan akan segera turunnya hujan.

Seakan paham akan apa yang dirasakan oleh New, hujan turun dengan deras. Orang-orang berlarian kalang kabut menyelamatkan diri dari gempuran air.

New berteduh di sebuah halte. Dingin menusuk tubuhnya, Ia lupa membawa jas karna ia lepas dan menaruhnya di sampiran kursi kerjanya. Rintik-rintik air turun dengan gemulai membuat melodi yang nyaman ditelinga New.

Disisi lain, Tay sedang melihat kearah luar jendela kantornya. Hujan turun dengan deras. Perasaan tak tenang memikirkan kemana orang itu pergi melangkah.

'apakah kau kehujanan?' batin Tay.

Krekk

Pintu besar yang terlihat begitu mewah dengan nuansa coklat kayu dan ukiran-ukiran indah terbuka menampakkan Off Jumpol sahabatnya.Tay menyadari ada yang datang namun ia enggan untuk sekedar berbalik badan dan lebih fokus pada hujan. Off Jumpol berjalan santai melewati ruangan itu, duduk di kursi dan menaruh kopi panasnya. Menyamankan posisinya.

Suasana yang sama, hening tak ada suara hanya terdengar suara deruan hujan mengisi ketenangan ruangan ini. Ruangan yang begitu luas dan elegan, semua barang ditata rapi dan sempurna ditambah lantai marmer yang menambah kesan elegan ruangan ini. Bau Lavender yang samar-samar tercium mampu menenangkan pikiran siapapun yang menghirupnya.

"Ada apa dengan mu Tay?"

Tay akhrinya berbalik badan dan berjalan menuju sahabatnya duduk. Ekspresi wajahnya yang tenang tidak dengan hatinya yang sedang gelisah memikirkan dimana orang itu berada dan apakah keadaannya baik baik saja.

CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang