01 ; Saat Dimana Kisah Ini Dimulai

149 51 49
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak tadi wajah Arjuna sudah masam lantaran jaringan yang tidak ada walau hanya satu batang pun. Sialan, kalau bukan karena kepepet menggantikan Aga yang H-1 Acara disuruh pulang kerumah sama papanya, dia gak bakalan mau disuru ikut-ikutan acara nyusahin kayak gini.

"Kenapa sih, Jun?." Tanya Nina sang kakak tingkat yang duduk tepat di sebelahnya.

"Iya nih Jun, manyun mulu. Senyum dikit kek, biar ganteng." Timpal Risa, kakak tingkatnya yang satu lagi sambil menatapnya dengan tatapan genit nan menggoda. Arjuna hanya mendelik malas saja dan memilih untuk tidak meladeninya lalu kembali menatap ponselnya siapa tahu tiba-tiba timbul satu batang jaringan biar dia bisa main Mobile Legend.

"Eh, ada sambutannya!." Ujar Rio si ketua pelaksana mengumumkan kepada semuanya. Arjuna lantas menoleh. Di gapura Desa tersebut tampak orang-orang dengan wajah yang berbinar-binar menunggui kedatangan mereka.

"Nanti pada senyum ya, terutama Juna!." Ujar Rio menyebut namanya dengan sebuah penekanan. Arjuna menatapnya sebal, si ketua pelaksana itu suka sekali mencari masalah dengannya lantaran dia adik tingkat kesayangannya Presiden Mahasiswa, sedangkan Rio yang setiap hari kerjanya menjilat dan mencari perhatian saja tidak pernah di respons oleh sang Presma.

"SELAMAT DATANG!." Suara teriakan tersebut membuat pandangan Arjuna teralih sesaat setelah mobil Pick Up sewaan berisi seluruh anggota program kerja dan barang-barang yang mereka bawa itu benar-benar berhenti. Di sana sudah terkumpul orang-orang desa yang menatap mereka dengan senang, terutama gadis-gadis desa yang nampaknya cekikikan melihat para anggota program kerja yang mayoritasnya laki-laki.

Rio turun duluan, menyalami sang kepala desa yang berdiri sambil tersenyum ramah menampakkan giginya. Dilanjutkan dengan anggota yang lain turun secara bergantian. Arjuna terakhir, karena dia merasa sangat malas dengan seluruh kegiatan ini.

"Dek!. Sebelumnya bapak minta maaf. Di Desa ini gak ada penginapan, jadi adek-adek semua nginepnya di balai desa. Bisa kan?." Tanyanya dengan nada menyesal.

Rio tersenyum ramah kepada bapak tua kumisan tersebut, "Iya pak, gak apa-apa kok." Ujarnya.

"Mari, dek!. Sudah saya siapkan perjamuan." Ajaknya. Ia berjalan duluan memimpin segerombolan orang yang mengikutinya itu.

Lagi-lagi Arjuna kembali di buat kesal. Perhatian gadis-gadis desa yang semula menatap kagum ke arah laki-laki kota tersebut kini sepenuhnya terarah kepadanya. Mereka cekikikan dan bisik-bisik secara terang-terangan sambil menatapnya kagum. Memang sih, dia sangat tampan jadi itu adalah hal yang wajar, tapi hatinya kan sedang dongkol sekarang. Jadi suasana ini hanya membuatnya semakin kesal saja.

Tapi sesuatu menarik perhatian Arjuna. Lebih tepatnya seseorang. Seorang gadis yang sangat cantik, yang kecantikannya bisa di sandingkan dengan seluruh mantan ataupun pacar-pacarnya Arjuna, bahkan bisa dikatakan dia lebih cantik sih. Pasalnya image gadis kota sudah biasa di mata Arjuna, tapi gadis ini beda.

stars can't shine without darknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang