07 ; Sikap aneh Arjuna

47 10 0
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arjuna segera keluar dari rumah orang tuanya sesaat setelah ia selesai di obati oleh Laras karena tidak mau memperkeruh suasana. Sejak dari kamar sampai mereka di lantai bawah, Laraslah yang berjalan dengan menopang tubuh Arjuna di sisi sebelah kanan tubuhnya agar pemuda itu tidak jatuh.

"Mas, masih sakit banget?." Tanyanya.

"Kalo di peluk pasti gak sakit lagi, Ras. Cobain deh."

Laras menatap Arjuna sebal dengan matanya yang melotot, "Aku pukul nih!." Ancamnya dengan candaan. Pasalnya setelah kejadian Laras memeluknya tadi, Arjuna jadi semakin sering minta peluk. Soalnya wajah malu-malu gadis itu masih terbayang-bayang di kepalanya. Terus, ternyata dipeluk itu enak juga. Apalagi sama istri sendiri, hehe.

"Arjuna!." Panggil seseorang.

Arjuna berbalik badan dengan susah payah dibantu oleh Laras, Rafa lah yang mengeluarkan suara panggilan tadi. Mereka memang sedang di lantai dasar Apartemen setelah tadi minta diantarkan ke tempat itu sama supirnya Arjuna. Dia hanya iya-iya saja soalnya Arjuna memang lebih sering pulang ke apartemen jika sedang membuat masalah dengan ayahnya.

"Sini aku aja yang bawa, ras." Ujar Rafa menggantikan Laras untuk membopong Arjuna.

Pemuda itu mendengus kesal melihat Rafa yang selalu sok baik di depannya itu. Sebenarnya dia mau apa sih?.

"Yaelah jun, lagi sakit kayak gini masih aja marah-marah. Ntar cepet tua baru tau rasa." Ujarnya mengeluarkan candaan.

Laras hanya tersenyum kecil saja mendengar kalimat tersebut, menghargai Rafa yang mau membantunya membawa Arjuna yang memang sangat berat. Apalagi kan badan Laras kecil, di tiup angin aja mleyot.

"Ga lucu, ayo berusaha lagi." Sindir Arjuna terang-terangan.

"Laras senyum tuh, Jun. Manis banget." Ujar Rafa lagi sambil tersenyum menampakkan deretan giginya yang putih bersih. Arjuna hanya bisa mendelik kesal saja, pasalnya dia sedang sakit sekarang. Coba saja kalau dia sehat, pasti Rafa sudah ditonjok habis-habisan olehnya sampai masuk rumah sakit seperti kejadian beberapa bulan yang lalu.

Arjuna memilih diam saja tidak mah meladeni laki-laki yang dulu adalah sahabatnya itu lebih lanjut, karena dia malas. Di tambah lagi, Laras menggenggam erat tangannya saat kedua tangan Arjuna sudah mengepal untuk menonjok wajah Rafa tadi. Jadi, dia memilih untuk diam saja.

Ting!.

Lift berhenti tepat di lantai 50 gedung apartemen tersebut, lantai tempat Apartemennya Arjuna. Rafa langsung membawa pemuda yang di bopongnya tersebut ke depan pintu apartemen 508, setelahnya ia meminta Laras untuk membuka tempat tersebut.

"Eh gausah Mas Rafa, sampe disini aja. Laras aja yang bawa ke dalem." Ujarnya ramah.

"Beneran bisa?. Nanti kamu keberatan kan kasian, badannya kurus kecil gini." Rafa sebenarnya agak kasihan melihat Laras sewaktu dia kesakitan dan terlantar di depan pintu Arjuna. Ditambah lagi sekarang dia harus mengurus cowok galak dan tempramen yang sedang sakit itu dan membopongnya ke lantai atas dengan badan kecilnya itu.

Makanya Rafa memilih untuk membantu gadis itu, kalau Arjuna sih biarkan saja. Dulu dia juga pernah pulang dengan keadaan babak belur seperti ini, dan saat mau di bantu dia malah marah-marah ke Rafa. Jadi sebenarnya, Rafa itu sudah kapok membantu Arjuna tapi karena ada Laras jadi dia terpaksa harus membantu Arjuna, demi gadis cantik itu.

"Gapapa kok Mas, Laras bisa. Makasih ya." Ujarnya mengambil alih Arjuna.

"Beneran Ras?. Aku kasihan loh sama kamu."

"Iya, Mas."

"Ih, beneran, Ras?."

"Iya, Mas."

"Aku bantu aja deh, sini." Paksanya setelah gadis itu beberapa kali menolak halus.

"Ekhem." Arjuna berdehem setelah merasa tidak diacuhkan oleh kedua orang itu. Matanya menatap Rafa tajam. Laras sudah menolak tapi laki-laki itu malah memaksanya. Ternyata Rafa belum berubah juga ya, masih suka genit sama cewek orang.

"Kalo dia gamau ya gausah dipaksa!." Bentak Arjuna.

Rafa ciut. Dia dan Arjuna sudah kenal sejak lama, dia tahu betapa gilanya laki-laki itu kalau sudah marah. Dia saja yang pernah jadi sasaran kemarahan Arjuna, udah kapok. Serius deh.

"Yaudah, aku pamit ya. Hehe." Ujarnya lalu segera beranjak ke Apartemen nomor 507 yang notabenenya bersebelahan dengan apartemen milik Arjuna.

"Makasih ya Mas Rafa." Ujar Laras sedikit berteriak agar laki-laki itu bisa mendengar suaranya.

"Kalo butuh bantuan panggil aku aja ya, Ras."

Brak!.

Setelahnya pintu masuk apartemen laki-laki itu tertutup rapat. Laras masih terdiam sambil senyum memandang kepergian Rafa.

"Udah senyumnya?." Sindir Arjuna dengan dingin karena ia sebal melihat tingkah Laras yang terlalu ramah pada Rafa. Apa Arjuna cemburu?.

"Hehe, udah Mas." Laras hanya cengar-cengir setelah ketahuan memandangi Rafa sama suaminya sendiri. Setelahnya ia langsung mengambil sesuatu dari saku celananya Arjuna.

Arjuna hanya diam saja, tapi sebenarnya ia berdebar-debar saat Laras memasukkan tangannya ke kantong laki-laki itu.

"Laras, hati-hati salah pegang."

"Hah? Maksudnya?."

"Enggak." Ujar Arjuna menyudahi percakapan. Tapi beneran, kalo salah pegang kan ga lucu.

Laras langsung menempelkan kartu apartemen tersebut agar pintunya bisa terbuka, lalu segera menekan kenopnya ke bawah untuk segera masuk ke dalam tempat itu.

"Mas mau di kamar aja atau di sofa?." Tanya Laras memberikan pemuda itu pilihan.

Arjuna tersenyum nakal. Aduh pikirannya kotor sekali, "Di dapur aja gimana?." Ujarnya. Hadeh, Arjuna kebanyakan nonton bokep western.

"Hah? Maksudnya gimana sih Mas. Mas juna dari tadi ngomongnya bikin bingung." Ujarnya dengan dahi yang sedikit mengkerut.

"Yaudah, di kamar aja deh, Ras." Pintanya. Kali ini Arjuna tidak bercanda, kakinya semakin sakit saja.

Laras memilih untuk membiarkan kalimat membingungkan Arjuna sebagai angin lalu. Lalu segera membawa pemuda itu ke kamar dan menidurkannya di sana.

"Mas butuh sesuatu?." Tanyanya. Mungkin Arjuna kehausan atau dia mau main game Mobile Legend kesayangannya. Tapi kata-kata yang dikeluarkan Arjuna dari mulutnya membuat Laras kembali melotot.

"Butuh peluk." Arjuna meregangkan tangannya meminta Laras untuk memeluknya.

Laras memasang wajah galaknya, "Itu mulu ih. Aku pukul beneran nih!." Ujar Laras memeragakan tangannya seolah-olah ingin memukul pemuda dengan senyum isengnya itu.

Tapi tanpa aba-aba Arjuna langsung menarik tangan Laras sehingga gadis itu mau tidak mau tertidur di sebelahnya dan lalu mendekapnya erat.

Aduh, Laras bukannya tidak mau. Laras tidak bisa bohong kalau ternyata pelukan itu enak, apalagi sama Arjuna hehe. Tapi setiap kali pelukan ia malu dan wajahnya berubah merah seperti tomat, kan jelek!.

"Ras, kenapa sih mukanya di tutup." Tanya Arjuna saat melihat gadis itu menutup wajahnya dengan telapak tangan saat Arjuna mendekapnya.

"Laras malu." Ujarnya.

Arjuna hanya terkekeh kecil sambil menikmati pelukan itu. Sedangkan Laras, jantungnya seperti sedang disko jedag-jeduh.

stars can't shine without darknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang