03 ; Kekhawatiran dan Amarah

105 45 42
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arjuna masih diam. Sejak kejadian tadi, ia hanya duduk diam di kursi sebelah Laras dengan wajah serius. Tidak tampak pergerakan sedikitpun darinya, bahkan suara nafasnya saja tidak terdengar, sudah seperti patung saja. Tapi hal itulah yang membuat Laras takut, Arjuna pasti sedang marah besar sekarang.

Perjalanan yang memakan waktu sekitar 6 jam atau lebih ini tinggal tersisa 2 jam lagi sampai mereka tiba di tujuan. Tapi suasana Bus yang penuh keheningan ini semakin menambah ketegangan antara Arjuna dan Laras. Hanya beberapa orang saja yang tampak berbicara dengan teman di sebelahnya dengan suara pelan. Sisanya tidur atau mendengarkan musik, karena memang ini adalah perjalanan yang membosankan.

Laras menghela nafasnya pelan sebelum ia mencoba untuk memberanikan diri dan meminta maaf pada Arjuna.

"Mas." Panggilnya dengan suara pelan yang menurutnya masih bisa di dengar Arjuna. Tapi pria itu tidak menoleh sedikit pun. Laras memilih untuk mencengkram ujung bajunya untuk mengurangi ketegangannya.

"Maaf." Ujarnya setelah beberapa saat karena Arjuna sama sekali tidak menoleh sedikitpun ke arahnya. Ia menunduk menandakan betapa menyesal dirinya. Tapi sedikitpun Arjuna tidak peduli.

Ternyata pergerakannya di bus yang bisa dibilang cukup sedikit itu berhasil membuat rasa mual Laras kembali datang.

"Huek." Perutnya mulai bergejolak. Padahal tadi gadis itu sudah memuntahkan seluruh isi perutnya. Kenapa dia bisa mual lagi sih?.

Tapi kali ini ia mendapati Arjuna menoleh ke arahnya dengan tatapan khawatir, sedikit senyum tercetak di wajah gadis itu di sela-sela rasa mualnya. Apa dia harus sakit dulu biar Arjuna mau memperhatikannya?.

"Makanya jangan banyak gerak." Ujarnya lembut sambil memposisikan tubuh Laras agar bersender sepenuhnya kepadanya. Tangannya meraih kantong plastik dan minyak kayu putih untuk berjaga-jaga jika Laras membutuhkannya.

"Maaf ya, mas." Ujar Laras dengan nada lemas.

Arjuna tidak menjawab.

Rasa pusing kembali mendatangi gadis itu. Ia memijat-mijat kepalanya singkat. Sakit sekali. Bagi Laras yang seumur hidupnya tidak pernah meninggalkan desa maupun menaiki kendaraan bermotor, baru kali ini merasakan mabuk darat yang sukses membuatnya lemas sekali.

Kali ini tangan Arjuna sibuk mengoleskan minyak kayu putih di tangan Laras agar gadis itu bisa menghirupnya untuk mengurangi rasa mual. Lalu pindah ke kepalanya sambil memijit-mijitnya pelan agar gadis itu tidak pusing lagi.

"Buka bajunya cepet!." Kata-kata itu sukses membuat Laras terbelalak kaget, seketika wajahnya memerah. Apa maksudnya?. Masa dia mau berbuat mesum di bus ekonomi?. Gak elit banget!.

"Gausah mikir yang aneh-aneh!." Ujar Arjuna menoyor pelan kepala Laras lalu membuka paksa baju yang berwarna pink pudar tersebut. Hanya sampai menampakkan perutnya saja. Lalu ia mengoles pelan minyak kayu putihnya ke permukaan perut gadis itu yang membuat Laras sedikit kegelian. Rasa geli bercampur malu tersebut sukses membuat wajah gadis itu memerah seperti kepiting rebus yang baru saja matang. Sentuhan Arjuna lembut sekali, membuat Laras sedikit terlena.

stars can't shine without darknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang