chap 5

1.1K 159 8
                                    

Tok tok Tok???

Ada yg nungguin?

Sampe lumutan ya:")

BtwMohon maaf lahir batin ya sayang❤

Happy Reading^^

-

-

-

"Hei, kau tahu Lee Johnny? Aku sebenarnya bingung dengan pekerjaannya, apakah dia sopir pribadi Yuta sajangnim? Atau asisten? Atau sekretaris?" Tanya salah satu pegawai kantor pada teman temannya. Mereka sedang makan siang bersama.

"Aku tidak tahu. Selama aku bekerja disini dia selalu dekat dengan Sajangnim."

"Yang ku tahu, Dia adalah rekan kerja Sajangnim. Tapi perusahaannya terbakar 10 tahun lalu. Sajangnim ingin memberikan bantuan tapi dia malah ingin bekerja pada Sajangnim saja. Kalian tahu kalau anak dan istri Johnny-sii tinggal di mansion bersama keluarga Na . Dua keluarga itu terlihat sangat dekat."

"Tapi tetap saja itu namanya menumpang.. dan mereka sudah bersama 10 tahun?"

Johnny mendengar semuanya. Tentu saja ia juga sedang berada di kantin kantor untuk membeli makan siang untuknya dan Yuta. Ia menghela nafas pelan memikirkan semua perkataan itu. Memang benar sudah hampir 10 tahun atau lebih mungkin? Ia tinggal bersama dengan Yuta.

-

-

-
"Hey, ada apa?" Yuta memperhatikan gerak gerik Jhonny yang dari tadi seperti tidak bersemangat.

"Aku akan berhenti."

'Uhhuk.. Uhhuk..' Yuta tersedak, tentu saja ia terkejut mendengar ucapan mendadak itu.

"Kenapa tiba tiba? Apa kau sudah tidak nyaman bekerja denganku ?"

Johnny menggeleng. "Sudah lumayan atau bahkan sangat lama aku tinggal bersamamu. Kalian sudah banyak membantu keluargaku. Aku sudah menabung cukup banyak dan ku pikir inilah waktu yang tepat. Dengan tabunganku aku akan membeli rumah dan memulai bisnis dari nol."

"Bukankah terlalu mendadak? Kau harus bicarakan dulu soal ini dengan anak istrimu"

"Aku sudah bicara dengan Ten, dan dia setuju soal itu.. Tapi kalau Jeno..."

Yuta menghela nafas.. "kalau Jeno ku pikir dia tidak akan masalah.. yang masalah adalah Jaemin."

-

-

-

"TIDAK! JENO TIDAK BOLEH PINDAH!"

"Nana, tidak baik berteriak dimeja makan." Tegur Winwin.

"Sejujurnya aku juga terkejut mendengarnya. Kalian memutuskan untuk pindah dengan mendadak sekali." Lanjut Winwin.

"Sebenarnya tidak mendadak, aku dan Ten sudah membahas hal ini sebelumnya dan mempersiapkan semua keperluan..."

"Dan kalian tidak memberitahuku?" Jeno menyela ucapan Yuta. Ia juga terkejut tentu saja.

"Dan sekarang sudah kami beritahu.. masih ada waktu 3 hari sebelum kita pindah ke rumah baru. Tenang saja, jarak rumah baru dari sini tidak jauh jadi kalian masih bisa bertemu kapan saja."

"Tidak! Nana tidak mau Jeno pindah! Jeno tidak boleh pergi." Jaemin berdiri dari kursinya dan duduk dipangkuan Jeno.

Jeno hanya menatap canggung dengan dua pasang orang tua yang terkejut melihatnya.

"Nana, turun dari pangkuan Jeno. Jeno belum menyelesaikan makannya." Tegur Yuta.

"Tidak mau!" Bukannya menurut, Jaemin malah mengeratkan lengannya dileher Jeno.

Jeno bingung harus melakukan apa, ia hanya menepuk punggung Jaemin dari tadi meminta dilepaskan.

"Nana, kau membuat Jeno tidak nyaman."

"AKU TIDAK MAU! JENO TIDAK BOLEH PERGI!"

"CUKUP NA JAEMIN!!"

Semua terkejut mendengar bentakan Yuta termasuk Jaemin. Baru kali ini ia dibentak oleh sang Ayah.

"Kau bukan anak kecil lagi Jaemin. Tidak selamanya kau bisa bergantung pada Jeno. Kau harus bisa belajar mandiri tanpa Jeno. Turun dari pangkuan Jeno dan masuk ke kamar!"

Dengan mata yang sudah memerah perlahan Jaemin turun dari pangkuan Jeno.

"Hiks.. ayah jahat!" Jaemin berlari kedalam kamarnya dan membanting pintu kamarnya.

Yuta hanya bisa menghela nafas melihat kelakuan anaknya itu kemudian menatap Jeno. "Kau cukup sabar menghadapi anak keras kepala itu Jeno, sekarang biarkan dia belajar mandiri saat ini. Kau tak perlu lagi mengurus kebutuhannya. "

Jeno hanya mengangguk kecil. Ia tak ingin berkomentar apa apa saat ini.

-

-

-

"Nana, ayo buka pintunya sayang.. seharian kau didalam kamar. Kau sudah melewatkan makan siang.. ayo buka pintunya.."

Winwin khawatir sekarang. Seharian Jaemin mengurung diri dikamar tidak keluar sama sekali bahkan ia melewatkan sarapan dan makan siang.

"Biar Jeno yang membujuknya Bi.." Jeno datang menghampiri Winwin.

"Tolong ya jeno. Bibi khawatir sekali dia belum makan dari pagi."

Jeno mengangguk kemudian mengetuk pintu Jaemin.

"Jaemin? Ini aku Jeno. Bisa kau buka pintunya?"

Tak ada respon dari dalam sana.

"Nana, ku mohon buka pintunya... Aku ingin bicara denganmu.."

Masih tak ada respon..

"Nana ku bilang buka pintunya sebelum ku dobrak-"

'Cklek'

Pintu kamar terbuka menampilkan Jaemin yang sangat kacau. Mata merah yang sembab dengan lelehan air mata, rambut berantakan, wajahnya pucat..

"J-jeno.."

'Bruuk'

"NANA!!"

-

-

-

"Ku bilang juga apa.. Jaemin sudah tidak bisa jauh dari Jeno. Lihat anakku yang hiperaktif bandel keras kepala bisa demam hanya karena kabar Jeno pindah. Jadi biarkan Jeno tetap disini." Ujar Yuta menatap anaknya yang terbaring lemah dengan selang infus ditangan kanannya.

"Aku hanya takut merepotkanmu.. Begini saja, coba tanyakan pada Jeno apakah ia mau tetap tinggal atau ikut kami pindah."

"Bagaimana Jeno?"

Jeno yang sedari tadi duduk disamping ranjang Jaemin. Menggenggam lembut tangan Jaemin yang tidak diinfus dan mengelus rambut halus Jaemin.

"Aku...... ingin bersama Nana.."









To.....
Be....
Continue🦑

Maaf ya lama banget ga update sampe lumutan hehe:)
Ditunggu responnya ya sayang:")

Thanks for reading🐙

My Love, My Guard [NOMIN YAOI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang