As Cold as an Ice

28 8 2
                                    

"Iclysh, disini Nak!" Panggil Fyodor Dostoevsky, Ayah Iclysh sekaligus salah satu penulis ternama di Dunia. Di sampingnya, terdapat seorang wanita cantik berambut blonde yang bernama Agatha Dostoevsky.

"Selamat malam, saya Iclysh Dostoevsky. Anak dari Tuan dan Nyonya Dostoevsky." Ujar Iclysh memperkenalkan diri tanpa diminta.

"Sopannyaaa! Anak yang cantik, sepertinya cocok dipasangkan dengan anak saya!" Ujar Anora Akutagawa, istri dari Kira Akutagawa.

Mereka memiliki anak yang bernama Akutagawa Gin dan Akutagawa Ryunosuke.

"Ibu!" Sahut Akutagawa, si anak pertama itu.

"Ahahaha, maaf ya. Anak saya memang pemalu." Ujar Kira.

"Iclysh juga anak yang sedikit pendiam, namun ia bisa cerewet kalau dengan orang-orang terdekatnya." Timpal Agatha. 

"Nak Ryu, pergilah dengan Nak Iclysh, kelilingi saja hotel ini." Kata Anora.

"Aku tidak—"

"Ryu." Potong Anora.

Akutagawa bergidik ngeri melihat senyum Ibu-nya. Terlihat manis, namun juga menyeramkan.

"Sayang, pergilah dengan Nak Ryunosuke. Mama dengar, taman bunga-nya baru selesai diperbaiki." Ujar Agatha.

"Baik Ma."

Iclysh bangkit berdiri dan berjalan di belakang Akutagawa.

Keduanya berjalan tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Angin malam yang dingin pun mendukung keheningan di antara mereka.

"Aku ... Iclysh. Salam kenal." Kata Iclysh mencoba untuk memecahkan suasana.

"Untuk apa memperkenalkan diri dua kali?" Ujar Akutagawa dingin.

"Maaf ...." Ujar gadis itu.

Beberapa menit kemudian, mereka sampai di Taman Bunga di Hotel tersebut.

Iclysh mendekat pada sebuah kumpulan bunga mawar Biru, mawar kesukaannya.

"Apa kau suka Bunga?" Tanya Iclysh.

"Tidak." Jawab Akutagawa singkat.

"Sini lihat, Bunga disini cantik-cantik." Ajak Iclysh.

"Tidak."

Akutagawa memilih untuk duduk di sebuah bangku yang ada disana.

Iclysh menghela nafas pendek, ia memetik salah satu Mawar birunya dan duduk di bangku, namun berjauhan dengan Akutagawa.

Sesekali, Iclysh melirik ke arah laki-laki yang sepertinya lebih tua darinya itu.

Rambutnya acak dengan surai rambut di depannya, di bawah surainya, terdapat sedikit warna ungu. Matanya yang tajam membuat siapapun yang melihatnya akan terpana.

Iclysh kaget saat Akutagawa balik meliriknya, jantungnya berdegup kencang. Ia yakin wajahnya pasti memerah, namun sepertinya, Akutagawa tak peduli.

Angin malam menampar lembut wajah Akutagawa, matanya menutup dan wajahnya menunduk.

'Ia ngantuk.' Batin Iclysh.

Dan benar saja, laki-laki itu tertidur lelap. Iclysh dengan cepat menangkapnya saat Akutagawa hampir terjatuh dari duduknya.

Gadis itu mengalah dan berdiri agar ia bisa menidurkan Akutagawa di bangku panjang tersebut. Iclysh memilih untuk duduk di bawah, ia membuka sepatunya untuk dijadikan alas agar rok-nya tidak kotor.

"Selamat tidur, Akutagawa-San." Gumam Iclysh.

Di sisi lain......

Seorang laki-laki berambut putih menggarukkan kepalanya, pusing dengan soal matematika yang ada di hadapannya itu. 

"Hey hey Atsushi, mau sampai kapan kau kerjakan itu? Lagipula kita masih punya waktu seminggu lagi." Ujar Chuuya sambil memakan keripik kentangnya.

"Huft ... kau tahu sendiri kan aku paling tidak suka menunda-nunda pekerjaan." Jawab Atsushi.

Chuuya menghembuskan nafasnya, ia mengambil handphone-nya dan mengetik pesan pada salah satu teman sekelas mereka, Edogawa Ranpo.

||IN CHAT||

Chuuya: “Oy Detektif sekolah, apa kau sibuk?”

Ranpo: “Sibuk, aku sedang menghabiskan sekotak es krim.”

Chuuya: “Nye nye nye, cepat ke rumah Atsushi. Aku yakin kau sudah selesai tugas matematika yang diberikan tadi kan? Anak itu tampak kesusahan.”

Ranpo: “Donat 2 kotak, keripik kentang 1 bungkus, roti bakar 3.”

Chuuya: “BRENGSEK!”

Ranpo: “Ok tidak jadi, dah.”

Chuuya: “ET ET ET, IYA IYA BAIKLAH, CEPAT KESINI!”

Ranpo: “👍🏻🏃🏻”

||OFF CHAT||

"Sebentar lagi Ranpo akan kesini." Kata Chuuya.

"Apa? Kenapa tiba-tiba?" Ujar Atsushi.

"Aku yang memintanya kemari." Jawab Chuuya sembari melanjutkan game-nya.

Atsushi tersenyum tipis.

"Terima kasih Chuuya, kau tahu kalau aku sedang membutuhkannya." Kata Atsushi.

"A - apa sih?? Aku bukan meminta ia kemari untukmu, tapi untuk diriku sendiri." Sangkal Chuuya dengan wajah yang tersipu.

"Hahaha. Kau tahu Chuuya? Kau paling tidak bisa berbohong!" Ledek Atsushi.

"DIAM KAU, DASAR MANUSIA KUCING!" Teriak Chuuya sembari melempar sebuah bantal ke arah Atsushi.

"Perang bantal eh? Rasakan ini!"

Atsushi spontan terdiam saat ia ingin kembali melempar bantalnya ke Chuuya. Ia merasa mengingat sesuatu.

'Dasar Manusia kucing! Bodoh bodoh bodoh!'

'AKU BUKAN KUCING!'

'Kau Kucing, manusia Kucing!'

'HIH RASAKAN INI! NYARRR!!'

'AW SAKIT BODOH!'

'HEH, JANGAN MACAM-MACAM KAU DENGAN TEMANKU!'

Lamunan Atsushi buyar seketika saat Chuuya kembali melemparnya dengan guling.

"AYO SINI LAWAN AKU!" Tantangnya, ia sudah berdiri di atas kasur dan memegang bantal.

"OK! Rasakan ini pendek!"

"Apa?? Siapa yang kau bilang pendek?!"

"Kau! Kau pendek!"

"Bicara begitu lagi mati kau!"

"WOY BERISIK! KAMI MAU NONTON TV JADI TIDAK TENANG TAHU!!" Teriak seorang perempuan kecil dari lantai bawah.

"Ah, m-maaf maaf Kyouka-Chan." Balas Atsushi.

"Ngomong-ngomong, kenapa kau tadi bengong?" Tanya Chuuya.

"Entahlah. Aku teringat sesuatu, tapi aku tidak ingat. Maksudku ... aku lupa lupa ingat." Jawab Atsushi.

"Mungkin sebagian memori saat kau kecil. Aku juga sering begitu. Kenangan saat aku kecil tiba-tiba terlintas begitu saja, tapi aku tidak begitu mengingatnya." Jelas Chuuya.

"Begitu ya ...."

TING TONG!

"Itu pasti Ranpo, ayo ke bawah." Ajak Chuuya.

"Ya, ayo!"




















Ayo tekan bintangnya dan tinggalkan komen kalian!

Sekolah BSDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang