That Girl

27 8 0
                                    

Di Rumah Sakit.....

Saki terus menggigiti kukunya, menunggu sang Dokter datang memberi kabar keadaan Iclysh.

"Brengsek! Seharusnya tadi kuhajar pria sialan itu ... kuhajar ...."

"Oi, berhenti menggigiti kukumu." Kata Chuuya sembari menurunkan tangan Saki.

"Tenanglah, temanmu itu tidak akan kenapa-napa. Kita beruntung karna kepalanya tidak terpukul." Chuuya menenangkan.

"Tapi tetap saja, sakitnya pasti tidak biasa." Lirih Saki, ia seakan-akan ikut merasakan sakit yang didapat oleh Iclysh.

Chuuya tidak bisa berkata apa-apa lagi, ia merangkul Saki dan membiarkan Saki menidurkan kepalanya di bahunya.

Saki mengernyitkan dahinya dan langsung duduk tegak.

"APAAN LO PEGANG-PEGANG GUE? MODUS YA LO?" Kata Saki.

"LAH ANJ? GUE KAN LAGI NENANGIN LU!" Bantah Chuuya.

"Heleh bilang aja modus." Ujar Saki sambil memalingkan wajahnya.

"M - modus modus mata bapak kau!" Ujar Chuuya dengan wajah yang memerah.

Beberapa menit kemudian, seorang pria jangkung berkacamata dengan jas putih keluar dari ruangan tempat Iclysh diobati.

Keempat anak itu bangkit berdiri, mengerumuni Sang Dokter.

"Pak, bagaimana? Bagaimana keadaan teman saya?" Kata Saki.

"Bisa dibilang tidak baik-baik saja, tapi tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Sepertinya, bagian punggung-nya dipukul terlalu kencang. Bekasnya sangat terlihat." Ujar sang Dokter.

"Dia sekarang sedang tidur, jalanlah pelan-pelan kalau ingin masuk, tidurnya nyenyak sekali." Sambungnya.

"Baiklah. Terima kasih Pak, terima kasih banyak." Ujar Saki sembari menunduk.

"Dengan senang hati. Kalau ada apa-apa, panggil saya secepatnya." Kata Dokter sambil berlalu pergi.

Keempat anak itu masuk dengan perlahan, menatap Iclysh yang sedang tidur dengan tenang di ranjang Rumah Sakit.

Mereka bertatapan melihat luka-luka Iclysh yang terlihat lebih jelas saat memakai pakaian RS.

Saki kembali menitikkan air matanya, mengusap-usap lengan Iclysh yang dipenuhi oleh luka-luka sayatan.

"Lysh ... maaf ... kau harus memendam semuanya. Maafkan aku yang tidak peka ...." Tangis Saki.

"Hei, sudah kubilang ini bukan salahmu. Berhenti menangis, kau tak mau anak itu tambah sedih kalau melihatmu kan?" Kata Chuuya.

Saki langsung terdiam, ia dengan cepat menghapus air matanya.

"Duduklah dulu." Ujar Dazai. Ia mengambil sebuah kursi yang ada di dekatnya, memberi tempat untuk Saki.

Gadis berambut pendek itu berpangku dagu, mengingat kembali bagaimana Iclysh selalu tersenyum seolah tidak ada apa-apa.

Iclysh adalah sosok yang berbeda saat ia bersama orang yang sangat dekat padanya. Tidak seperti namanya, ia adalah orang yang hangat. Tapi ingat, hanya kepada orang-orang terdekatnya saja.

Bersama Saki, Iclysh selalu menceritakan dirinya yang ingin terjun ke Dunia Musik di masa depan nanti. Matanya selalu berbinar saat ia memakan makanan yang disukainya.

Bagaimana dirinya selalu antusias saat menemukan kucing-kucing jalanan yang lucu.

"Tenanglah, temanmu akan baik-baik saja." Kata Dazai seraya menepuk bahu Saki.

"Amin ... Amin. Kuharap begitu." Kata Saki.

"Oh iya, bisa aku minta nomor teleponmu? Mungkin ada yang ingin kubicarakan nanti." Ujar Dazai.

"He? Iya boleh ...." Jawab Saki.

Saki merogoh tasnya, ia mencari secarik kertas dan bolpoin, lalu menuliskan nomor teleponnya.

"Ini." Kata Saki.

"Ngoghey, arigatou~." Ucap Dazai.

Saki dan yang lainnya terus menunggu Iclysh dalam waktu yang lama, mereka juga ikut tertidur karna hawa rumah sakit yang nyaman dan sejuk.

Beberapa menit kemudian, Iclysh terbangun dan menatap keempatnya yang tertidur nyenyak di kursi dan sofa RS.

Ia menatap sekelilingnya, kembali mengingat di saat Fyodor menyiksanya tadi.

"Kalian ...." Gumam Iclysh pelan.

"Lysh??" Ujar Saki yang langsung terbangun.

Dazai, Chuuya, dan Ranpo juga terbangun karna suara Saki.

"Kau sudah sadar? Bagaimana keadaanmu??" Tanya Saki.

"Aku baik-baik saja, rasa sakitnya juga sudah berkurang." Jawab Iclysh sambil tersenyum tipis.

"Punggungmu masih sangat sakit kan?" Celetuk Ranpo.

"Iya tapi aku sudah baik-baik saja kok, sakitnya cuma sedikit." Jawab Iclysh. Ia duduk perlahan-lahan, bersandar di ranjangnya.

"Kalian membawaku sampai kesini?" Tanya Iclysh.

"Iya, Chuuya yang menawarkan tumpangan. Mereka datang saat aku sedang membawamu kesini." Jelas Saki.

Iclysh menatap ketiganya, mengeluarkan senyum tulusnya.

"Terima kasih kalian bertiga." Ujar gadis itu.

DEG DEG!

Hati Ranpo dan Dazai berdetak melihat senyuman Iclysh, namun tidak dengan Chuuya. Ia malah senang saat Saki memanggil namanya.

"Aku mau pulang." Ujar Iclysh pada Saki.

"Tapi—"

"Aku sudah baik-baik saja, kumohon." Ujar Iclysh dengan cepat. Saki menghela nafasnya, terpaksa mengikuti kemauan temannya itu.

"Baiklah, ayo pulang." Ajak Saki.

Saki mengambil baju Iclysh dan menyuruh para lelaki untuk keluar dari kamar, sementara ia mengganti baju Iclysh.















Ayo tinggalin vo-ment kalian!

Sekolah BSDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang