Who is He?

27 7 3
                                    

"Mama, bolehkah aku menginap disini?" Tanya Iclysh pada Agatha. Hotel yang tadi dijadikan untuk tempat bertemu dengan Keluarga Akutagawa adalah Hotel milik Agatha.

"Hm? Boleh saja, tapi kenapa? Tumben sekali kau meminta untuk menginap di Hotel." Kata Agatha.

"Tentu saja untuk menghindari kita. Aku yakin dia selalu mengumpat dalam hatinya saat kita sedang memarahinya." Seru Fyodor.

"Papa! Aku tidak pernah begitu! Memang aku sedikit kesal, tapi aku tidak pernah menyumpahi Papa dan Mama! Aku masih—"

"Diam, alasanmu tak akan membuatku luluh." Gertak Fyodor.

Iclysh menunduk, tubuhnya gemetaran.

"Fyodor! Ya sudah, menginaplah disini. Mama akan memberitahu Ian untuk mengantarmu ke sekolah besok pagi." Kata Agatha.

"Ma, bolehkah aku mengajak Saki?" Tanya Iclysh lagi.

"Sangat boleh, ajak saja. Berhati-hatilah, kalau ada apa-apa langsung hubungi Mama." Pinta Agatha.

"Baiklah Ma, terima kasih." Jawab gadis itu.

Iclysh berjongkok sambil menyembunyikan wajahnya, ia menahan tangisnya sebisa mungkin.

"Kenapa ... Papa sangat keras padaku ...?" Lirih Gadis itu.

********

"Jadi, bagaimana seterusnya?" Tanya Saki.

"Dia membangunkanku, tapi tidak sedikit pun ia berterima kasih padaku karna telah mengalah padanya." Lanjut Iclysh.

Ia dan Saki sedang bercerita tentang Akutagawa di kamar pribadi di Hotel milik Agatha.

"Hah?? Apa-apaan anak itu?! Mentang-mentang dia lebih tua jadi dia bisa seenaknya begitu? Tidak lucu sekali!" Kesal Saki.

"Sudahlah. Tidak apa-apa kok." Kata Iclysh.

"Lysh, kau selalu menganggap enteng semua masalah, kau tidak bisa begitu!" Kesal Saki.

"Ini bukan masalah. Mungkin dia hanya gengsi untuk bilang terima kasih." Kata Iclysh, ia membenarkan posisi tidurnya.

"Cih, dasar tidak tahu diri." Umpat Saki.

Tiba-tiba, Saki mengingat sesuatu dan langsung menatap Iclysh.

"Anyway Lysh, kau tidak tahu Atsushi siapa?" Tanya gadis itu.

"Atsushi? Atsushi Nakajima? Senior yang tadi siang?" Iclysh bertanya kembali

Saki terdiam sebentar. 'Wah dia benar-benar lupa.' Batin Saki.

"Tidak, lupakan saja." Ujar Saki sembari berbalik badan.

"Hey tidak bisa! Cepat katakan ada apa!" Kata Iclysh, ia bangkit dari tempat tidurnya dan menggoyangkan tubuh Saki.

"Sakiii, cepat beritahu aku!" Kesal Iclysh.

"Ck ahhh, kapan kapan saja, sekarang tidurlah!" Ujar Saki.

"Ih! Awas saja kalau tidak beritahu. Aku akan bertanya setiap hari loh!" Kata Iclysh sambil mempout-kan bibirnya.

'Lagipula, bisa-bisanya kau lupa.' Batin Saki lagi.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Saki menghela nafas panjang. Sudah 2 hari ini, sahabat kecilnya itu terus bertanya tentang Atsushi.

"Sakiii, kau belum memberitahuku loh!"

"Saki, Atsushi siapa?"

"Saki Saki, beritahu aku dong."

Dan seterusnya begitu.

Hari ini juga, Iclysh masih bersikeras bertanya akan hal itu.

"Saki—"

"DASAR NENEK-NENEK, APA KAU SAMA SEKALI TAK INGAT?" Bentak gadis itu.

Iclysh terkejut saat Saki berteriak kepadanya.

"Eh ... maaf. Aku bukan bermaksud untuk marah. Maaf, maafkan aku." Kata Saki.

Pandangan Saki kemudian tertuju pada kucing berwarna abu-abu dengan loreng putih. Gadis berambut pendek itu mengangkatnya.

"Coba lihat kucing ini, apa kau ingat sesuatu?" ujar Saki.

Iclysh menatap lekat ke arah kucing itu, namun ia tak mengingat apa-apa. Gadis itu menggeleng pasrah.

"Huft ... Atsu itu—"

"Hai, sedang apa kalian?" sapa laki-laki yang sedang dibicarakan itu.

Seperti biasa, ia berjalan pulang dengan Chuuya. Namun kali ini, Dazai juga ikut bersama mereka.

"Yooo gadis gadis cantik, bukan sebuah kebetulan kita bertemu lagi." Ujar Dazai sambil memegang tangan kedua gadis itu.

"JANGAN SENTUH-SENTUH KAMI!" teriak Iclysh dan Saki saat Dazai memegang tangan mereka, mereka memukul kepala laki-laki itu bersamaan.

"Hiks hiks, jahat sekali. Ah hei, karna kebetulan sudah disini, bagaimana kalau kita pergi ke Cafe dulu?" usul Dazai.

"Boleh, ayo pergi! Kalian bagaimana?" tanya Atsushi.

"Boleh saja. Tapi aku ikut kalau Lysh juga ikut." Ucap Saki.

"Boleh, sebentar saja." Kata Iclysh setelah berpikir agak lama.

"Yeyyy, ayo ayo~ tapi Chuuya-Kun, bayari aku ya?" rayu Dazai.

"HAHHH? TIDAK, BAYAR SENDIRI SANA! KAU PIKIR AKU DOMPET KELAS KALIAN?" kesal Chuuya.

"Ohhh ayolah Chuuya~ aku janji aku akan bayar besok."

"TIDAK TERMAKAN, TERIMA KASIH! PERGI SANA!"

"Sudah sudah, Dazai biar aku saja yang bayari." Kata Atsushi sembari terkekeh pelan.

"Oyyy, mau kemana kalian? Teganya pergi tanpaku." Teriak Ranpo, ia berjalan dengan seorang gadis berambut pendek, di name tag-nya tertulis 'Yosano Akiko.'

"Ekhem, sedang dating nih ceritanya?" Goda Dazai.

"Dating dating matamu, mau kubawa kemana dia? Uang jajanku saja sudah mulai dibatasi." Bisik Ranpo.

"Kasihan, ck ck ck." Kata Dazai sambil menggelengkan kepalanya.

"Makanya, kalian mau pergi ke cafe kan? Ajak kami juga dong~. Yosano pasti mau ikut kan?"

"Tentu saja, asal dibayari, hahaha." Tawa gadis cantik itu.

"Yosshhhh, ayo pergiii!" Ujar Dazai.

"Lysh, kau yakin tidak apa-apa?" Tanya Saki.

Sebenarnya, Fyodor sudah berkali-kali menelepon Iclysh, namun Iclysh tidak mengangkatnya. Ia mengangguk dan tersenyum, menandakan bahwa tidak ada yang perlu Saki khawatirkan.

"Ayo cepat." Kata Iclysh sambil menarik tangan Saki.









Hey hey ayo tekan bintangnya dan tinggalkan komen kalian!

Sekolah BSDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang