Penugasan (1)

870 84 14
                                    

Iruka menjatuhkan lembar kertas terakhir keatas tumpukan catatan akademi dengan perasaan senang. Dia telah menyelesaikan satu tugasnya. Meregangkan tubuh seraya menilik jam dinding. Iruka tersenyum simpul melihat hasil pekerjaannya. Mengoreksi dan menilai hasil pekerjaan muridnya dengan efesiensi waktu yang matang. Pria dengan rambut model ekor kuda ini pun baru menyadari belakangan ini ia sering tidur selama delapan jam penuh tanpa terganggu urusan pekerjaan akademi semenjak ditunjuk; secara paksa; menjadi perawat seorang Anbu. Tubuh dan pikirannya perlahan mulai beradaptasi dengan padatnya jadwal menjadi seorang perawat khusus Anbu yang berdampak pada semakin efektif dirinya dalam melakukan segala hal. Meskipun demikian, Iruka tidak yakin makan dan mengoreksi diwaktu bersamaan adalah kegiatan yang baik.

Silulet kilat mau tak mau mengalihkan perhatiannya dan kakinya bergegas menuju jendela rumah. Iruka setengah berharap Kakashi lah yang muncul dalam bingkai jendela; Jounin itu belakangannya ini menangani misi yang sederhana, setidaknya 'sederhana' untuk level Anbu. Kendati demikian, Anbu yang kini menjadi tanggung jawabnya itu terkadang menghabiskan waktu berhari-hari menyelesaikan misinya.

Tak ingin pikir panjang, langkah kakinya mengajak tubuh Iruka untuk segera menutup mata. Saat dirinya membuka pintu kamar tidurnya seseorang sudah ada disana. Kini yang ada dipandangannya adalah seorang pria dewasa tengah memeluk gulingnya, berdengkur pelan. Kakashi selalu berdalih aktifitas ini adalah efek dari letihnya menyelesaikan misi.

Iruka mulai bertanya-tanya jika Tsunade sebenarnya segaja memberikan Kakashi misi yang tidak serumit sebelum-sebelumnya dengan dalih menyiapkan pelatihan yang ia jalani cepat dikuasi dan mampu bersanding dengan kemahiran Kakashi. Berdasakan pernyataan Tsunade saat berkunjung untuk melihat kemajuan yang dilakukan olehnya. Banyak para perawat yang dipilih saat seorang anggota Anbu dipromosikan menjadi bagian kepolisian militer tinggat satu. Dengan begitu perawat diberikan izin untuk tinggal bersama dengan tujuan keduanya bisa saling berkolaborasi.

'Entahlah, Kakashi dan aku tidak terlalu dekat. Jadi, teori didekatkannya jadi satu sepertinya tidak akan berguna untuk Kakashi dan dirinya.' Hela Iruka pelan.

Tapi, saat ini Kakashi tidak dalam misi apapun. Kendati demikian, Iruka mencoba menapikan seonggok pikiran di sudut otaknya, Chuunin kesayangan Naruto sedikit berharap Kakashi tetap pergi dalam misi secepatnya. Sehingga ia bisa bergegas kembali ke apartemennya. Kini, dirinya terbiasa bangun, kadang dipeluk, tidur dengan keberadaan seseorang disampingnya. Sayangnya, Jounin itu selalu terlelap diatas selimut bukan dibawah selimut.

Iruka tanpa sadar menggelengkan kepalanya cepat.

'apa yang kau pikirkan bodoh.'

Mata sayu berbinar cokelat muda itu masih terdiam menatap orang yang terlelap tidur. Hal yang lebih mengejutkan baginya adalah kini dirinya makin terbiasa menunggu seseorang keluar dari kamar mandi dipagi hari – dirinya pun yakin benar jika tiap sehabis mandi, Kakashi selalu mengeringkan rambutnya, Jounin itu lama dalam mempersiapkan dirinya – dan juga terbiasa menghindari seseorang saat dirinya didapur. Lebih dari itu semua, guru akademi ini semakin sering semakin terbiasa dengan keberadaan orang lain disekitarnya saat pulang mengajar.

Jendela terbuka lebar, bertujuan agar angin musim semi dapat bertiup langsung ke ruang tamunya, berputar-putar di sekitar langit-langit yang tinggi dan memberikan sedikit napas dari panas tak tertahankan; mengisyaratkan musim panas akan segera datang. Iruka bergerak ke jendela, melepaskan ikatan rambut dari kuncir kudanya dan membiarkannya membingkai wajahnya saat angin bertiup kencang. Matanya memantulkan cahaya saat dia melihat ke seberang panorama Konoha yang sedikit bersinar, dan melihat cahaya terang masih menyala di jendela kantor Hokage.

Tsunade membenci menginap; dan tidak pernah sampai selarut ini; bahkan dengan Akatsuki yang sedang bergerak, Tsunade tidak bisa berbuat banyak selain menunggu, dan dia benar-benar benci bekerja di kantornya. Dokumen apa pun yang bisa dibawa pulang akan dia bawa pulang.

TouchstoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang