Penyembuhan

1.8K 149 7
                                    



Penyembuhan


OOOOOOOOOOOOOOO

Rintihan kesakitan perlahan menguasai. Iruka menarik diri dan mencoba turun dari kasur. Hal itu hampir membuatnya menjerit. Dengan tertatih-tatih tubuhnya berjalan ke kamar mandi. Ia sangat bersyukur kala kemarin dirinya sibuk makan siang dan kelelahan sesaat tetibanya dirumah, bahkan tak sempat terpikirkan untuk makan malam. Sayangnya, keran air di kamar mandi lama ini tak sanggup melunturkan perkataan yang terus menggema di kepalanya.

Aku ingin mengajak mu makan malam.

Ingatannya kembali pada malam itu, dimana Kakashi yang duduk dipinggiran kasurnya dengan tangan kanan yang memegangi bahunya dan pandangan mata yang tak pernah luput dari luka-luka yang menandakan betapa kejamnya Anko dalam melatihnya.

Iruka merintih saat air mulai membasahi luka-luka dipunggungnya yang belum sepenuhnya tertutup. Kucuran air secara perlahan membuatnya nyaman sekalipun luka yang ia dapat pasti akan terbuka lagi. Selesainya ia mandi, kakinya berjalan menuju dapur membuka kulkas dan mengobrak abrik isinya. Matanya terpaku pada kotak ramen instan Naruto yang belakangan ini sering ia bawa pulang. Iruka bersyukur karena hari ini hari Sabtu, jadi ia tak perlu pergi mengajar. Karena bila memang ia harus mengajar, ia tak akan sanggup mengangkat tangan dan menulis di papan tulis. Dan pasti akan sangat sulit. Bukannya mengajar yang ada dirinya hanya akan membuat murid-muridnya khawatir dengan keadaanya yang payah ini.

Ketukan lembut pada pintu apartemennya membuyarkan lamunannya, mata cokelatnya melirik jam dinding, bertanya-bertanya apa dirinya tidur lebih lama atau hanya perasaannya saja.

Masih jam 9 pagi.

Jika Naruto bisa dipercaya—Iruka sudah lama tinggal bersama dengan bocah Kyuubi untuk tahu bahwa apa yang dikatakannya pasti benar atau hanya bualan— bahwa Kakashi tak akan muncul dan menampakan diri sebelum matahari berada di atas kepala selama masa pelatihan mereka.

Jounin berambut perak itu tentu saja tak pernah telat untuk tiap misi yang dijalankan oleh tim 7, tetapi Iruka sadar benar, jam 9 pagi di hari Sabtu, seorang Kakashi tak akan datang berkunjung dan mengetuk pintu rumahnya.

Sekalipun dalam pikirannya, Iruka sempat menduga-duga siapa yang akan datang dan mengunjunginya tapi dirinya tak berpikir akan kedatangan tamu yang tak lain adalah asisten pribadi Hokage-sama.

"Shizune-san?"

"Ohayou, Iruka-sensei!" Shizune tersenyum ramah dan menggengam tas berisi sesuatu. Entah wanita itu memang menganggapnya miskin atau kedatangannya hari ini adalah untuk mengetesnya. Iruka tak yakin akan keduanya. Tapi tak dapat ia tutupi rasa penasaran yang hinggap di wajah cokelatnya.

"Oh, ku rasa Anko-chan tidak berlebihan dalam melatih mu kan?" mengetes ternyata. Shizune berhenti berkata sesaat dan maju sedikit melirik ruangan di dalam rumahnya.

"Boleh aku masuk?"

"Uh, maaf. Silahkan masuk." Iruka berjalan mundur dan membiarkan Shizune masuk kemudian menutup pintu.

"Wow, tempat yang rapih dan nyaman. Benar-benar sesuai perkataan orang!" Shizune melangkah ke ruang tamu dan terkejut betapa rapih dan telatennya seorang Iruka dalam mengurus rumah. Entah Shizune berniat menyindir atau bagaimana. Langkah wanita berumur tak beda jauh dengannya itu menuju jendela dan membukanya.

"Pemandangan yang indah. Setiap pagi melihat hal yang indah pasti membawa dampak positif bagi kita. Bukan begitu Iruka-sensei?" Iruka hanya menjawab sekenanya karena dalam hati dirinya masih bingung atas kedatangan Shizune. Seingatnya, dirinya tidak berhutang dokumen apapun atau punya masalah serius dengan orang ini.

TouchstoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang