Tangan yang tidak memegang sabun itu mengulurkan tangan ke bawah, memegang paha Iruka dan menariknya ke pinggang Kakashi. Ereksi, keduanya bergerak melawan satu sama lain, dan Iruka mengerang keras, menancapkan jemari tangannya dalam-dalam ke bahu Kakashi. Perubahan posisi awal tidak membuatnya terjatuh, menakjubkan, walaupun ujung-ujung kakinya adalah hal yang menyentuh ke lantai. Tapi dia mengayunkan lengannya, menamparnya ke dinding dan memfokuskan sedikit cakra ke telapak tangannya. Untuk berjaga-jaga.
Ia bergidik saat suara sabun yang membentur lantai kamar mandi bergema di sekitar ruang tertutup itu. Pria dihadapannya itu menggigit bibirnya untuk menahan napas saat sebuah jari mengusap lembut diatas lubang yang sempit itu.
Kakashi menutup mulutnya lagi saat Iruka merasakan jari yang menyelidik itu meluncur masuk ke dalam dirinya dengan rasa sakit yang tajam, namun kecil. Ia memaksa dirinya untuk fokus pada kenikmatan ciuman itu, dan merasakan ereksi Kakashi yang menekan ereksinya.
Dia begitu asyik sehingga dia hampir tidak menyadari ketika jari kedua mendorong masuk ke dalam dirinya, dan sedikit rasa sakit saat dia diregangkan lebih jauh, sakit ─batinnya.
Entah kenapa perasaan itu reda ditelan seluruhnya oleh bibir dan tangan yang melingkari kemaluannya. Baru setelah jari-jari Kakashi bergesekan dengan titik ternikmatnya, matanya terbelalak, sontak cumbuan itu mengirimkan gelombang ekstasi euforia murni yang menggelitik indranya, dia menyadari hal lain. Kepalanya terbentur ke dinding kamar mandi, dan dia berteriak tak jelas. Dia merintih sedikit ketika Kakashi melepaskan jari-jarinya dan mencoba menyuarakan protes, tetapi pikirannya tidak dapat merangkai kata-kata.
Kakashi mendorongnya lebih keras ke dinding, mengangkatnya sedikit dan menarik tangannya ke bagian dalam kaki Iruka sambil memasuki Iruka dengan kelaminnya. Satu gerakan halus, dan rasa sakit menembusnya, jari-jarinya mengepal di dinding dan bahu rekannya, dan chuunin itu berterima kasih saat Kakashi berhenti, terengah-engah, dengan dahinya menempel di ubin yang dingin. Mata abu-abu itu setengah terpejam, tapi mengawasinya, dan Iruka menyadari bahwa bahkan di tengah kabut misi, Kakashi masih sadar akan sekelilingnya dan berusaha keras untuk tidak melukainya. Ia memejamkan matanya, mendorong kembali melawan tekanan yang mengganggu dengan kekuatan sebanyak yang ia bisa, dan berteriak lagi ketika Kakashi menarik keluar hampir sepenuhnya sebelum menghantamnya lagi, lagi ─dan lagi. Tanpa henti.
Kepalanya menoleh ke belakang saat Kakashi menggigit rahangnya dan menyusuri tenggorokannya, menghisap perlahan. Sebuah erangan keluar dari bibirnya saat gigi itu menancap pada tulang kerahnya, mengisap dengan marah untuk disela oleh gigitan sesekali. Tangan Iruka berpindah dari bahu berotot dan menjerat rambut jounin itu dengan putus asa, dan dia menghantamkan tangannya yang lain ke dinding lagi, menambahkan lebih banyak cakra.
Iruka mengira dia akan orgasme setiap kali pinggul Kakashi menarik diri dan menghantamnya. Pada saat tertentu, tak terhitung lama waktu berjalan seolah-olah semua termakan oleh sensasi dan nikmatnya bercinta, tak ia pungkiri sedikitpun─ia menyukainya ,tidak, ia menikmatinya. Lihatlah wajah memerahnya, mulut setengah terbukanya, mata yang tertutup kabut gairah, erangan yang entah sudah berapa kali ia dengungkan.
Kakashi telah menemukan prostatnya dan dengan sebuah hentakan keras tubuh Iruka merespon benda yang bersemayam didalam dirinya dengan cengkraman kuat yang menghasilkan getaran pada diri Kakashi membuatnya mengerang perlahan, kepalanya tertarik kebelakang sesekali menampar dua roti kenyal lawan mainnya. Semua itu, perlahan-lahan membuatnya gila.
OOOOOOOOOOOOOOOOOO
.
.
.
.
.
.
.
Terimakasih sudah nungguin ya. Nih biar pada aduh...
Jujurly, saat terjemahan ini di proses saya malu sendiri anjirrr....
ngebayangin sama my future seme. kira kira bisa kek gini gak yaaa.
astagaaaaa....
anyway, terimakasih sudah meluangkan waktunya untuk membaca.
BIG HUGSSSSS (^_^)V
KAMU SEDANG MEMBACA
Touchstone
General FictionSetiap Anbu yang ditugaskan untuk membunuh pasti kembali dalam keadaan tidak stabil. Insting liar, kewaspadaan tinggat tinggi, kemampuan bertarung dan bertahan, intelektual bersatu padu menjadikan mereka monster tanpa mereka ketahui. Touchstone Per...