Permulaan

1.8K 188 9
                                    

Touchstone Chapter 2

Pilihan

OOOOOOOOOOOOOOOOOOO

Tsunade melirik sekilas ke arah jendela dan melihat ujung-ujung rambut silver menyebul dari ambang jendela. Segera ia menyeruput teh nya dan berdesak kesal.

Dia adalah ninja yang sudah menghadapi musuh yang tak terhitung jumlahnya. Bodohnya, dia amat terlalu takut walau hanya sekedar meminta pertolongan antar sesama kolega shinobi. Aku tak akan membiarkannya hidup seperti ini.

Ketukan pelan di pintu mengaburkan pikirannya. Tsunade mengulas senyum ramah sebagai tanda selamat datang pada Chuuning yang tengah berdiri diambang pintu seraya membungkukan badannya.

"Selamat pagi Hokage-sama. Shizune bilang kau perlu menemui ku." Iruka berhenti tepat di ruang terbuka antara meja kerja Hokage dan pintu masuk. Seolah-olah ia tak yakin bila harus mendekat.

Tsunade menyuruhnya mendekat, "Duduklah." Dia tak mampu menyembunyikan senyuman saat melihat Iruka duduk amat sangat di ujung kursi. Tangannya tepat berada diatas paha dan bahunya agak sedikit membungkuk. Tsunade hanya mampu menerka apa yang ada didalam pikiran Iruka. Nyatanya, jika ada orang yang diminta duduk oleh Hokage pasti akan ada hal yang tidak beres dan intinya kau sedang berada dalam lingkar masalah.

"Teh?" Iruka menggeleng pelan.

"Tidak, terimakasih Hokage-sama."

"Iruka-sensei, apa yang ketahui tentang Anbu?"

"Eh? Hanya hal-hal mendasar. Memangnya kenapa?"

"Apa kau pernah mendengar istilah 'perawatan'?" Tsunade memperhatikan wajah Iruka. Mengamati Chuunin yang memikirkan pertanyaannya dengan kedua alis yang berpautan. Beberapa detik kemudian Chuunin itu menggeleng.

"Baiklah, dengarkan. Setiap anggota Anbu yang aktif memiliki seseorang yang disebut 'perawat'. Biasanya seorang shinobi medis terlatih atau seseorang yang merupakan teman dekat —pacar, dan tugas mereka adalah menjaga anggota Anbu mereka tetap dalam keadaan normal atau waras."

Tsunade mencondongkan tubuh ke depan. "Kau tahu mengapa?"

Iruka mengangguk perlahan, memproses informasi yang diberikan kepadanya.

"Misi yang intens cenderung memberi pandangan gelap. Satu-satunya hal yang dapat mereka pikirkan adalah menyelesaikan misi, dan sulit bagi mereka untuk keluar dari pola pikir itu."

"Bagi anggota Anbu kenyataannya jauh lebih buruk, ketika mereka ditarik keluar dari mentalitas itu, mereka harus menghadapi kenyataan lebih pahit; apa yang telah mereka lakukan." Iruka sedikit menelan liurnya.

"Sebagai perawat berarti kau berada di sana untuk mereka, baik sebelum dan sesudah mereka kembali ke keadaan normal, membantu mereka untuk bangkit dan berpikir bahwa tidak peduli apa yang telah mereka lakukan, mereka tidaklah sendirian. Seorang perawat harus kompeten, dapat diandalkan, dan kuat karena satu orang bergantung hanya pada perawatnya untuk membawa dirinya kembali dari ambang kegelapan."

Tsunade mencondongkan tubuh ke depan, mempelajari perubahan emosi di wajah bawahannya. Emosi yang paling terbaca oleh mata Tsunade adalah 'lalu apa hubungan ini semua dengan ku?'

"Sarutobi-sensei sangat memperhatikanmu; Dia bahkan meminta saran mu beberapa kali dalam pertemuan-pertemuan penting atau setidaknya itulah yang dikatakan diberkas mu."

Tsunade tersenyum saat melihat rona merah menjalar ke daerah pipi Iruka. Pria kesangan Naruto itu hanya mengusap-usap tengkuknya.

"Ha- Hai.. Hokage-sama. Sekali atau dua kali. Tapi aku tak yakin paham akan isi pertemuan-pertemuan itu. Dan sekarang anda menginginkan saya menjadi seorang perawat."

TouchstoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang