Kehidupan Normal (3)

241 28 0
                                    


Kakashi mendarat di atap di luar kantor Hokage, memandangi ke dalam melalui jendela. Ia dan Iruka baru selesai makan siang, keduanya bersandar di lantai ruang kelas Iruka, membersihkan kunai dengan satu tangan dan makan dengan tangan yang lain. Kakashi bahkan tidak menyadari betapa cepatnya waktu berlalu hingga Iruka akhirnya mengusirnya tepat sebelum murid-muridnya kembali. Kakashi berdiri di luar pintu, mendengarkan ceramah Iruka dan teguran terputus-putus kepada anak-anak. Ia bahkan sempat berpikir untuk meninggalkan sebuah catatan untuk mengundang Iruka makan malam bersamanya, tetapi ia sadar tepat sebelum mulai menulis fakta Iruka hanya mengundangnya makan siang karena ia hanya khawatir dengan kondisi Kakashi usai menjalankan misinya. Apa Iruka akan tetap mengajaknya makan siang bersama walau tanpa embel-embel melaksanakan tanggungjawabnya sebagai perawat pribadinya?

Pikiran tersebut terngiang lama dikepala Kakashi.

Pertanyaan itu membuatnya takut lebih dari yang bisa ia akui, itulah mengapa ia kembali ke sini, di luar jendela Hokage.

Tsunade terkulai lemas di seberang mejanya yang dipenuhi dengan tumpukan kertas kerjanya - pemandangan yang biasa. Kakashi mengira sebaiknya ia membangunkannya sebelum Shizune menemui Tsunade dan memarahinya. Kakashi berhenti beberapa langkah dari meja Tsunade dan menunggu Hokagenya terbangun. Ia tahu benar untuk tidak membangunkan Tsunade yang sedang tertidur; ia mungkin akan terlempar ke beberapa ruangan dikantor ini sebelum Tsunade sadar bahwa ia adalah bawahannya.

Tsunade mengedipkan matanya dengan kantuk sebelum berdiri cepat dan mencoba merapikan kertas-kertas yang ia gunakan sebagai bantal tidur. "Kakashi-san? Apa yang bisa ku bantu?" Ia bergerak ke depan meja kerjanya dan mengayunkan botol sake ke arahnya. Kakashi menggelengkan kepalanya sambil mengulurkan tangan yang tertutup sarung tangan.

"Misi, lagi?" Apakah dia terdengar begitu berharap? Padahal dia tidak bermaksud begitu.

Tsunade menatapnya dengan tajam. "Bukankah baru saja Kau pulang?"

"Hai, hai. Tadi malam." Kakashi tersenyum dengan santai padanya.

"Dan berapa lama waktu yang dibutuhkan?"

"Satu minggu." Dia mendapatkan kecurigaan licik bahwa Tsunade sedang merendahkannya.

"Kakashi." Suaranya terdengar seolah-olah dia sedang berbicara dengan seorang anak kecil. "Kau sudah pulang pergi dari desa ini karena misi hampir dua bulan." Dia mendekatinya dan menempatkan tangan di dahinya. "Chakra mu hampir habis. Jika aku mengirimu lagi, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi. Jadi,"

Dia menjauhkan tangannya dari wajahnya dan kembali duduk di mejanya, melipat tangan dan meletakkan dagunya di atasnya. "Sampai kau pulih sepenuhnya, kau akan tetap tinggal di desa ini."

Kakashi terbelalak saat Tsunade mengacuhkannya.

"Aku tidak ingin mendengar apapun perihal misi lain untuk mu sampai aku memanggilmu kembali, jelas?"

Dia menggerutu saat berbalik dan melangkah lesu menuju pintu. Mengingat masa lalu, dia berharap dia dapat mundur lebih cepat - dia akan melewatkan nasihat Tsunade yang tidak begitu membantu.

"Jika kau begitu ingin melihat Iruka, cukup pergi dan temui dia. Kau tidak perlu menggunakan misi sebagai alasan untuk bertemu dengan orang yang kau suka."

Kakashi terhenti. Hanya decihan yang terdengar dari Tsunade. Sebelum Kakashi melesat pergi tanpa suara.

"Cih, bocah."

.

.

.

TouchstoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang