ᨳ᭬ 9.

629 135 2
                                    

Taeyong, Doyoung, dan Jaehyun yang baru selesai kelas tata krama terkejut melihat kondisi Ten. Di taman biasa mereka main-main Ten sesenggukan dan mata merah akibat menangis.

"Tennie? Kenapa?" tanya Doyoung panik setelah Ten berada di pelukannya.

Raut wajah Jaehyun dan Taeyong  sudah seperti seekor singa yang akan menghabisi musuh saat betinanya diganggu. Seperti jika Ten menyebutkan nama akan habis orang itu hari ini juga.

"Hiks... Doyie.." bukannya menjawab Ten malah semakin menangis di pelukan Doyoung.

Mulut Ten seperti kaku hanya untuk sekedar menceritakan penyebab ia menangis saat ini. Bahkan mengingat kejadiannya saja seperti membuat dada Ten sesak.

"Tennie, kenapa? Katakan siapa yang buat Tennie nangis?!" Jaehyun sudah terlalu kesal melihat kesayangannya sedih seperti ini.

"Sstt, Jeje... Jangan marah dulu, duduk" perintah Doyoung.

"Tapi Tennie menangis, Doyie!" bantah Jaehyun dengan ekspresi semakin kesal.

Doyoung menarik napas dalam, berusaha lebih tenang agar tidak semakin memperburuk keadaan, "iya, Doyie tau. Kalian berdua duduk dulu. Kita tunggu cerita dari Tennie" tegas Doyoung.

Dua kakak beradik itu akhirnya pasrah dan menurut. Mereka duduk di depan Doyoung dan Ten. Tapi ekspresi wajah mereka tidak bisa berbohong, mereka masih kesal dan marah.

-~~~-

Kondisi di kamar Ten sekarang berantakan. Seperti badai topan baru saja masuk ke ruangan itu.

"Kita bisa jelaskan pelan-pelan kepada mereka. Jangan panik, Ten pasti ada bersama Pangeran"

Bibi Lee menatap laki-laki yang mengusap rambutnya, "aku salah, seharusnya aku tidak mengatakan itu sekarang..."

Laki-laki itu menggeleng heboh, "Tidak, Lee. Cepat atau lambat Ten harus tau hal itu"

Bibi Lee semakin terisak, "tapi bukan sekarang... Dia pasti marah dan kecewa padaku..."

"Lee, Ten hanya perlu waktu. Secepatnya dia akan mengerti dan baik-baik saja, ini juga demi kebahagiaan mu dan hidup Ten"

-~~~-

Hari mulai larut, Pangeran membawa Ten ke kamar Taeyong. Bukan ke kamar adik-adiknya karena kasur Taeyong paling luas dan cukup untuk tidur dua orang.

"Jeje panggilkan Bibi Lee, ya?" Jaehyun mulai sedikit lebih tenang karena Ten sudah berhenti menangis.

"Tidak... Tennie mau peluk kalian, jangan panggilkan Ibu..." tolak Ten dengan nada lemas.

Taeyong mengernyitkan dahinya, "tapi kamu belum makan, Ten" kata Taeyong tegas.

Ten menatap Taeyong sendu, "Tennie cuma mau peluk, engga mau makan, Yongie..."

Doyoung menghela napas dan tersenyum tulus, menarik Ten ke dalam pelukannya dan disusul Jaehyun dari sisi lain. Sementara itu Taeyong malah keluar kamar, meninggal Ten tenggelam di dalam pelukan Doyoung dan Jaehyun.

Taeyong berjalan ke dapur. Ia akan membuatkan cemilan untuk mereka. Setidaknya perut mereka tidak kosong saat tidur nanti.

Di perjalanan Taeyong samar-samar mendengar obrolan seseorang, "Ku mohon, jangan datang sekarang. Ten masih marah padaku, ku mohon..."

Taeyong mencari sumber suara. Dari sebuah lorong yang jarang Taeyong datangi.

"Ten sudah tau? Berarti sudah saatnya mereka tau. Lagipula mau sampai kapan?" obrolan mereka terlalu ambigu dan suaranya tidak asing untuk Taeyong.

"Pangeran? Perlu sesuatu?" seorang pelayan tiba-tiba muncul dari belakang Taeyong.

"Astaga, eumm... Iya, aku mau buat camilan. Bisa tolong bantu?"

Masih dengan rasa penasaran terpaksa Taeyong meninggalkan lorong itu dan menuju dapur, tujuan utamanya.

-~~~-

 ᨳ᭬ Bestie [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang