ᨳ᭬ 18. [END]

944 110 10
                                    

Seluruh negeri Neo seperti baru saja ditaburi bunga dari langit. Setiap sudut negeri damai dan tentram itu dipenuhi dengan bunga warna-warni. Sehingga seperti pulau warna-warni jika dilihat dari atas.

Setelah matahari tenggelam dan setelah Raja mengucapkan janji pernikahan di altar, pintu gerbang istana dibuka. Seluruh warga Neo berbondong-bondong datang ke istana dengan pakaian rapi dan indah. Serta beberapa hadiah untuk Raja tercinta mereka.

Ada juga beberapa warga yang membawa hadiah untuk para pangeran. Terutama banyak hadiah untuk menyambut pangeran baru mereka, Ten.

Ten bukan baru mereka kenal. Seluruh warga Neo sudah mengenal Ten sejak Ten pertama kali datang ke istana dan main-main dengan para Pangeran.

Tidak jarang juga semenjak usia Ten lima belas tahun, sudah banyak para warga berkeinginan untuk menjadikan Ten menantu mereka. Itulah alasan para Pangeran posesif dengan Ten.

"Tennie jangan jauh-jauh dari kita," ucap Jaehyun dan menggandeng tangan Ten erat.

Ten sedikit panik melihat banyak orang di satu ruangan. Ini baru pertama kali untuk Ten berada di tengah-tengah kerumunan orang secara langsung.

"Jangan panik, ada kita." Doyoung berdiri di samping. Tangannya mengusap punggung Ten untuk memberikan ketenangan.

Sementara dua Pangeran di sisi Ten, Taeyong tidak bisa bergabung. Dia harus menyambut para Raja kerajaan lain dan mengikuti perdana menteri yang menariknya ke sana kemari, tanpa tertawa.

"Huft, melelahkan!" gerutu Taeyong. Kaki jenjangnya masih melangkah untuk menyambut para tamu. Serta mempersilahkan mereka untuk menikmati acara.

"Padahal tanpa aku suruh mereka pasti menikmati acaranya," oceh Taeyong dalam hati.

-~~~-

Acara terakhir atau penutup adalah pelepasan lampion. Seluruh warga Neo diberi satu lampion untuk mereka.

"Kalian bisa menuliskan harapan kalian di lampion tersebut. Nanti pukul 12 tepat kita melepaskan lampion secara bersamaan," jelas perdana menteri.

Seharusnya itu tugas Taeyong, tapi Pangeran sulung itu sudah duduk di samping Ten dengan menyandarkan kepalanya di pundak saudara tirinya. Pangeran sudah kelelahan.

"Ayo kita ambil satu lampion dan menuliskan harapan kita di setiap sisi~!" Jaehyun datang dengan sebuah lampion dan empat alat tulisnya.

"Jeje kapan ambil lampion sama penanya?" tanya Ten.

"Hehehe, tadi saat Kak Yongie baru datang." Tangan Jaehyun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Mereka mengambil masing-masing satu alat tulis. Mereka menuliskan harapan masing-masing secara bergantian. Diawali dari Taeyong yang paling tua.

"Semoga yang tidak terjadi di kehidupan kali ini terjadi di kehidupan selanjutnya."

Mereka tersenyum dan mengaminkan dalam hati.

Dilanjutkan Doyoung menulis harapannya.

"Aku berharap yang berharga di kehidupan kali ini, hadir kembali di kehidupan selanjutnya."

Jaehyun memutar lampion dan menuliskan harapannya di sisi yang kosong.

"Semoga di kehidupan selanjutnya, Tennie datang kembali untuk kami."

Jaehyun teringat bagaimana Ten datang untuk pertama kali dan bagaimana dia bersemangat mendapatkan teman baru.

Terakhir, harapan Ten.

"Semoga harapan dan janji Yongie, Doyie, dan Jeje terkabulkan."

Keempatnya tersenyum. Kalau saja tidak sedang di tengah-tengah kerumunan sudah pasti mereka berempat akan menangis saat itu juga.

Di kehidupan kali ini mereka hanya bisa pasrah tanpa berharap lebih. Mereka lebih bersemangat untuk menyambut kehidupan selanjutnya. Tapi, kehidupan kali ini masih harus berlanjut.

-~~~-

"Selamat datang di keluarga kerajaan, Pangeran Ten," ucap para pelayan secara bersamaan saat Ten didampingi saudara tirinya masuk ke istana.

"Terima kasih." Ten tersenyum tulus dan menundukkan diri.

Setelah seluruh acara selesai keempat Pangeran memilih untuk menghabiskan waktu mereka di rumah pohon. Rumah pohon tempat Ten kabur hari itu.

"Selamat datang, adik~" gurau Taeyong dan memeluk Ten erat.

"Adik... Selamat datang adik bungsu~ Huhuhu." Jaehyun ikut menghambur dalam pelukan.

"Aku punya dua adik sekarang~ Tennie, adikku~" Doyoung memeluk saudara-saudaranya erat.

Ten hanya bisa terkekeh dengan sifat saudara tirinya. Syukurlah mereka tidak ada berubah. Hanya status mereka yang berubah, tapi mereka akan tetap sama. Saling mencintai.

Mencintai tanpa ada harapan untuk status yang lebih. Hanya sebatas ini hingga kehidupan selanjutnya.

Jika Tuhan mereka mengijinkan.

-END-





 ᨳ᭬ Bestie [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang