Menjemput Ayah

21 2 0
                                    

Tepat hari ini Ayah Kiana pulang dari pelayarannya. Rindu? Pasti, sudah berbulan-bulan berlayar meninggalkan anak istrinya siapa yang tidak rindu.

Apalagi anaknya, sosok ayah yang selama ini mereka tunggu-tunggu kepulangannya pasti merasa senang.

"Kii udah belom dandanya?!" Tanya Ibu sambil berteriak dari luar kamar.

"Yaelah begini doank aja,dikira dia gua dandan setahun apa!" Sewot Kiana.

Padahal dandan yang  Kiana lakukan hanya, memulas bedak, blush on, lip cream dan menjepit bulu matanya.

Selesai memoleskan lip cream di bibirnya, kiana menyambar tas selempang yang sudah ia siapakan.

Loose pants berwarna putih gading dan atasan berwarna coklat terlihat manis di padukan dengan sling bag berwarna putih yang Kiana ambil tadi.

"Lama amat sih!" Keluh sang Ibu.

"Ibu aja yang lebay.." Jawab Kiana sambil mengunci pintu.

Setelah pintu terkunci Kiana menyusul ibunya yang berdiri di gerbang rumahnya. Namun, sang pemilik rumah depan juga sedang berdiri di luar gerbangnya.

"Eh Bu, mau kemana pagi-pagi gini?" Tanya Ari.

"Eh mas Ari, ini mau jemput ayahnya Kiana.." Jawab Ibu ramah.

"Ohh gitu naik apa bu?" Tanya Ari lagi.

"Naik busway mas, nanti dari tempat jemput suami saya naik taksi atau gak mesen taksi online" Jelas Ibu.

"Oh gitu, saya anter aja bu... Mumpung saya gak ada kerjaan" Tawar Ari.  Belum sempat ibu membuka mulut Kiana sudah menjawab.

"Gak usah!" Jawab Kiana rada ketus.

Bukan, memang ketus

Pasalnya ia masih kesal dengan kelakuan Ari kemarin yang sukses membuatnya malu di Mini Market.

Ari yang tau kalau Kiana masih kesal padanya hanya tersenyum. "Gak usah mas Ari, kita udah biasa kok.." Tolak Ibu.

"Ayi, mau gak jemput Ayah naik mobil om?" Tanya Ari ke Ayi. "Iya mau mau om,bu kita sama om Ari aja yukk" Rengek Ayi.

Selain dekat dengan Kiana, Ari juga dekat dengan adiknya. Dan beberapa anak tetangganya Juga yang notabenenya adalah teman Ayi.

Mereka sering bermain di hari libur seperti atau kadang malam hari saat semua anak-anak di izinkan keluar dan main.

"Ayi apaan sih, Kita naik busway aja!" Ujar Kiana. "Kakak aja sana naik busway, aku mau naik mobil sama om Ari!" Kekeh Ayi.

"Makasih banget loh mas Ari tapi kita takut ngerepotin.." Ucap Ibu. "Ya ampun bu, gak papa lagi. Lagian cuman jemput doank, gak repot lah. Saya anter yaa?" Tanya Ari memastikan

Karena tidak enak menolak lagi, ibu akhirnya mengiyakan tawaran Ari.

Kiana dari tadi hanya diam, karena masih marah kepada Ari.

"Mas Ari, Ibu tunggu di depan ya.." Ucap ibu lalu diangguki oleh Ari dan jangan lupa senyumannya.

Melihat senyuman itu Kiana jadi salting sendiri, padahal senyum itu di tujukan untuk ibunya bukan utuk dirinya.

"Heh? Mau kemana?" Tanya Ari.

"Mau nunggu depan lah bareng ibu!" Jawab Kiana. "Masih marah rupanya..." Ucap Ari sambil tersenyum.

"Bantuin saya tutup gerbang dulu Ki.." Lanjut Ari, tanpa lama Kiana langsung jalan menuju pintu gerbang rumah Ari dan menutup gerbang tersebut.

"Udah tuh!"

The NeighborTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang