I Wonder

668 11 3
                                    


Dua hari sebelum tahun baru proyek kami selesai. Dekorasi modern klasik ala Merlyn, dokumen-dokumen penting atas bantuan Roy, sponsor-sponsor atas kerja keras John. Dan aku? Aku hanya seperti penonton setia.

"Kumat deh bengong!" tepukan Roy di pundakku hampir membuat jantungku copot.

"Mikirin kerjaan di kantor?"

"Nggak kok, Roy!"

Roy menyodorkan gelas kristal kecil terisi cairan merah mengkilap hanya seperdelapannya, "Wine?"

"Thank's, please!" aku meraihnya dan meneguk seluruhnya.

"Rasanya aku nggak berguna banget disini,"

"Hey, what are you talking about?"

"Tanpa aku mungkin kalian bisa lebih baik dari ini,"

Hell, ya! Apa aku mabuk?! Tak seharusnya aku berkata begitu.

"You're so mean here!" Roy memegang kepalaku.

"What the matter here?" tiba-tiba ku dengar suara John bagai mataforgana.

"Zie mabuk," suara Roy mulai samar ditelingaku.

Kurasakan seseorang mengangkat daguku. Saat itu aku dapat mencium bau alkohol yang pekat. Aroma diriku kah?

"Bawa masuk aja!" suara John terdengar begitu dekat.

Seseorang menopang tubuhku dan kakiku terasa terseret.

"Di gendong dong Roy! Tega banget sih!" terdengar suara perempuan.

Aku menghentak tubuhku hingga terlepas dari Roy lalu mencari sosok perempuan itu.

Samar-samar ku dapatkan seorang perempuan berbaring dipelukan seorang lelaki, diatas pondok disamping kolam renang.

Aku menyentuh perempuan itu, "Kamu putri duyung ya? Kok basah sih?"

Lalu aku tarik wajah lelaki disisinya, "Ganteng. Pasti pangeran!" ucapku teler.

"Udah Zie.. Yuk masuk!!" suara Roy menjadi lebih dekat. Lalu kurasakan seseorang menarik tubuhku dan membopongku.

"Penculik!! Lepas!!" aku tidak berhenti berteriak sampai kurasakan tubuhku dibanting diatas sesuatu yang sangat nyaman.

Aku meraba sekelilingku. Lembut, empuk.

Ah, awan!! Aku tidak berhenti merabanya hingga ku dengar suara pintu ditutup.

Aku tersandar. Aku sedang diculik.

Aku menghentak napas panjang dan kembali pada awan.

* * * * *

"Zie, kamu masih tidur?"

Remang-remang aku melihat sesosok pria membawa nampan. Dia berjalan ke arahku dan menyalakan lampu tepat diatas meja samping tempatku tidur. Kemudian meletakkan nampan yang dibawanya di meja, dibawah jendela. Dia menuang air dari kettle kaca yang dibawanya memenuhi gelas disampingnya.

"Minumlah!" perintahnya.

Aku menghabiskannya hanya dalam hitungan detik dan mengembalikan gelas itu kepada empunya.

"Sejak kapan kamu minum alkohol?!" tanya pria itu seperti seorang ayah.

"Aku tadi mabuk berat ya?!"

"Bisa dibilang begitu."

"Yang lain mana?" tanyaku kemudian menyadari suasana begitu hening.

"Nggak beda kayak kamu," dia meletakkan gelas ke atas nampan tadi. "Mabuk!" tambahnya.

Sad StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang