"Jadi bagaimana logikamu bekerja sekarang?" dia menghapus air mataku. "Aku mengenalmu dengan sangat baik. Kau yang selalu memikirkan perasaan orang lain, kau yang selalu mengalah dengan Merlyn. Kenapa? Karena kau merasa berhutang budi?!"
Ya, benar. Kau tau betul berapa banyak hutangku padanya. Setangkai ilalang sepertiku tak akan tumbuh menjadi mawar seperti sekarang ini. Jika tanpa Merlyn, aku tidak akan berada di rumah ini, aku tidak akan memiliki pekerjaan sebaik ini, aku hanya akan stuck di padang ilalang seperti selayaknya tempatku tinggal.
"Dengar, aku mengerti. Tapi semua itu bukan karena dia, semua itu atas usahamu sendiri. Dan bahkan jika keluarga Merlyn mendapatkan siswa lain untuk dibiayai, belum tentu dia akan bisa bijak seperti dirimu." dia mengambil jeda perlahan menghela napasnya. " Kamu cerdas, kamu sangat cerdas bahkan melampaui batas mu. Kalau dipikir-pikir, mana ada orang yang makan serba pas-pasan bisa secerdas kamu. Kamu tau kenapa? Karena kamu pantas mendapatkan semua itu."
Apa benar katamu? Ya aku memang miskin saat itu, makan apa yang bisa dimakan bahkan mengharap belas kasih orang-orang sekitar. Aku cerdas? Ya banyak orang bilang begitu. Tapi secerdas apapun aku ini, aku bukanlah apapun tanpa dia. Merlyn, dia yang membantuku untuk meraih segalanya.
"Dan bahkan kalau kau masih merasa berhutang budi. Aku akan membayar semuanya. Katakan saja berapa banyak?!" dia bangkit.
"Tunggu, Roy. Terimakasih untuk semua nasehatmu. Sungguh, itu sangat berarti untukku. Tapi kau tidak mengerti. Aku berhutang budi padanya, dia memberikanku kebahagiaan. Dan kini saatnya aku membalasnya dengan kebahagiaan yang selama ini dia idamkan."
Aku mengambil jeda dan ikut berdiri.
"Kau, Roy. Lelaki idamannya yang sudah dia tunggu sedari dulu bahkan sampai saat ini."
"Kau tau. Sekalipun kau menolak ku, atau kau memohon padaku, I will not get into her."
"Ya, aku mengerti. Kau tidak pantas merasakan apa yang aku rasakan. Kau bukan aku, kau tidak akan mengalah demi orang yang kau sayangi. Itupun jika benar kau menyayangiku. Tidak akan mengalah seperti aku mengalah demi sahabatku. Dan aku pun tidak ingin menerima kamu. Aku tau aku tidak bisa memaksamu untuk memberi kebahagiaan kepada Merlyn, tapi setidaknya aku tidak menyakitinya dengan memiliki dirimu."
Dia berlalu dari hadapanku, melaju kearah pintu dan terbatu disana.
Kenapa? Kenapa dia diam? Apa dia berubah pikiran?!
Sepersekian detik selanjutnya aku mendengar suara tamparan keras seiring hentakan wajahnya.
Merlyn.
Dia menjatuhkan paper bag putih dari genggamannya dan berlari ke BMW putih yang terparkir di depan pagar rumahku.
Aku menutup pintu rapat-rapat. Tapi dari balik pintu ini aku bisa merasakan setiap gerakannya. Dia memegangi pipinya yang memerah. Lalu langkahnya terdengar perlahan hingga suara pintu mobil itu dibanting lantang. Aku tau Accord gold itu mulai melaju.
***
Aku merasa sangat bodoh sekarang. Aku merasa sangat egois. Dan kau pun telah memperlakukanku dengan sangat egois.
Tapi seperti yang kau lihat bahwa aku terlahir dengan berjuta keberuntungan. Memiliki sahabat sepertimu juga adalah salah satu keberuntunganku. Kau yang selalu menjaga hatiku dan setia terhadapku. Tapi seharusnya kau tidak seegois itu terhadapku, seharusnya kau juga berbagi perasaanmu padaku.
Jika saja aku tau sejak awal bahwa Kau dan Roy saling mencintai, aku tidak akan mengatakan hal-hal bodoh yang telah kulakukan selama ini.
Jadi kali ini aku memohon padamu, aku ingin menjadi sahabat yang baik juga untukmu. Tolonglah jangan hiraukan aku dalam hubunganmu dengan Roy. Anggaplah aku tidak memiliki perasaan apapun terhadapnya. Dan untuk itu juga aku akan memantapkan hatiku untuk Nicko, aku akan mematangkan rencana pernikahan kami secepatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sad Story
RomansaRintik hujan mungkin dapat membuatmu terlelap. Tapi hujan adalah kepedihan. Saat langit menangis, ia selalu menyembunyikan airmataku. Membawanya pada lautan biru dan kuharap juga padamu. Aku selalu mencoba menjadi hujan, menyanyikan lagu nina bobo u...