Mr. & Mrs. Perfect

735 19 6
                                    


Tiga bulan berlalu. Kudengar sekolah itu sudah diresmikan minggu lalu. Semuanya datang, kecuali aku. Mungkin aku sangat sibuk, tapi mendapatkan cuti bukanlah hal yang sulit untukku. Aku hanya tidak ingin menyakiti diriku sendiri, melihat Merlyn dan Nick bermesraan ataupun menghindari Roy lagi. Sudah cukup!

"Besok saya mau ketemu Bapak Jordan di Malaysia." ucap Pak Cuan segera kucatat dalam jurnalku.

"Tolong kirim file yang tadi saya transfer ke Pak Jordan,ya! Terus kamu carikan tiket untuk ke Kuala Lumpur sekitar jam 9 pagi dan tiket ke Jakarta sekitar jam 3 sore."

"Oia, tolong kasih tau Melan, kalau ada yang mau ketemu saya bilang saya nggak ada." Dia mengangkat gagang teleponnya kemudian menutupnya kembali. "Saya mau fokus untuk presentasi besok." Dia mulai menyalakan laptopnya. " Projek besar itu! Sayang kalau gagal." tambahnya.

Ku buka tab bertuliskan Microsoft SharePoint Workspace dan kucari nama Melani Shantika, ku teruskan pesan Pak Cuan untuk tidak membiarkan tamu mengunjunginya hari ini.

"Siap, Bu!" balas Mbak Melan cepat.

Dengan cepat juga menjelajahi internet, mencari tiket untuk Beliau. Tentu saja Garuda Indonesia dengan kelas bisnis. Jangan sampai Bos-ku itu mendampratku lagi gara-gara merekomendasikan kelas rendah. Kamu mendoakan saya jatuh dari pesawat?! Masih ingat betul kala itu pertama kalinya aku memesankan tiket untuk Beliau.

"Bu, ada surat." Entah sejak kapan Mbak Melan berdiri di depan mejaku.

"Oh! Makasih." jawabku singkat kemudian ia berlalu.

Sepucuk surat beramplop silver, terlihat sangat tidak resmi. Terlebih hanya tertulis nama panggilanku disana, Dear Zie. Penasaran. Nantilah!

Aku melanjutkan pekerjaanku. Masih ada dua tumpuk lagi yang harus aku periksa. Kadang aku heran juga, apa semua sekertaris sepertiku memiliki tugas sebanyak ini? Bukankan hanya mengatur jadwal?! Sudahlah! Toh sudah dua tahun aku masih betah disini.

* * * * *

Aku berbaring masih mengenakan pakaian kerjaku. Menarik tas, mencari ponselku. Ada benda asing. Amplop silver itu! Kubuka hati-hati, barangkali isinya uang. "Uang apa?" aku terkikik sendiri.

WINE PARTY

Place : Merlyn's Hotel Roof Top
Time : Saturday, 08.00 PM

With Love
Merlyn Q.

Ah, Merlyn rupanya. Haruskah aku datang? Bukankah itu akan sangat menyakitkan?! Pasti saja dia akan bermesraan dengan Nicko. Lalu Roy akan menghiburku dan aku akan bertingkah seolah semua baik-baik saja. Padahal sakit sekali. Tapi bisa apa? Apa aku harus marah? Tapi memang aku saja yang terlalu berharap. Menganggap serius cinta masa silam? Drama!

'Cause, baby, now we got bad blood
You know it used to be mad love
So take a look what you've done
'Cause, baby, now we got bad blood
Hey!

Taylor Swift bernyanyi lewat speaker ponselku. Photo Merlyn nyengir disana bersamaku sekitar sebulan lalu di Bandung.

"Hello, Zie. Did you got my invitation?

"Yup!"

"So maybe I need to call Roy to pick you?"

"No. I wil come by myself."

"Ok, deh!"

Lalu kudengar suara telepon terputus. Kedengarannya sedang sibuk sekali dia.

"Hallo!" Ku angkat segera sebelum Taylor mulai bernyanyi lagi.

Sad StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang