Part 4

19 4 4
                                    

Queen menatap bulan yang bersinar terang. Sejak kecil, ia sangat menyukai bulan.

Ditinggal oleh kedua orang tua sejak kecil, membuat Queen terbiasa sendiri. Dirumah sebesar ini Queen hanya tinggal sendiri tanpa pembantu maupun penjaga. Sebenarnya, dulu saat Queen masih kecil hingga SMP, ada satu orang pembantu dan satu orang supir dirumahnya, namun saat SMA Queen memutuskan untuk memberhentikan mereka dan memilih hidup sendirian.

Sejak kecil sampai saat ini, temen Queen setiap malam hanyalah bulan. Disetiap malam Queen pasti menyempatkan diri untuk berdiri dibalkon kamarnya dan memandangi bulan sambil bercerita tentang semua yang dilaluinya dihari itu.

Dulu, Queen tidak mempunyai satupun teman membuat dia menjadi Bullyan semua orang hingga saat smp Queen bertemu dengan Alvaro, sejak hari itu Queen dan Alvaro menjadi dekat sampai saat ini.

Terkadang Queen iri melihat sepupu- sepupunya yang lain, yang selalu mendapat kasih sayang, perhatian, dan segala yang mereka inginkan, berbeda dengan Queen yang harus berusaha keras baru bisa mendapatkan apa yang dia inginkan, karna itulah saat Queen mendapatkan sesuatu maka dia tidak akan pernah melepasnya.

"Woyttttt," seru Anin yang baru saja datang bersama Qilla.

"Apaan sih, lo," ujar Queen sewot.

"Dih, kok ngamok?!"

"Ngapain lo bedua kesini?!" tanya Queen dengan nada ketus.

"Heh, kita kan mau ke RS, lo gimana, sih!" ujar Qilla kesal.

"Ya ampun, gue lupa." Queen menepuk jidatnya membuat kedua sahabatnya menggelengkan kepala.

"Tunggu bentar, gue ganti baju dulu." Queen segera berbalik masuk ke kamarnya.

"Hadehhhh!"

🎭

Queen beserta kedua sahabatnya berjalan di lorong rumah sakit menuju ruang inap Alvina.

Sesampainya didepan ruangan Alvina, mereka segera masuk dan mendekati Alvina yang sedang tertidur.

"Alvina," panggil Queen membuat Alvina terbangun.

Saat melihat Queen didepannya, Alvina langsung memundurkan tubuhnya, menatap takut kearah Queen.

"Gak usah takut, gue gak bakal ngapa-ngapain, lo," ujar Queen menyadari wajah Alvina yang pucat karna takut.

"T-terus lo mau ngapain?" tanya Alvina takut.

"Gue kesini mau tanggung jawab atas apa yang gue lakuin, mulai sekarang gue yang tanggu biaya sekolah Lo sampai tamat kuliah, semuanya keluarga gue yang bayarin," ujar Queen dengan lugas.

"Gak perlu, gue gak mau," tolak Alvina mentah-mentah.

"Gak usah sok-sokan, gue tau lo pengen banget sekolah dan kuliah sampai akhir, tapi keluarga lo gak mau biayain!" ujar Queen.

"Gimana lo bisa tau?" tanya Alvina mengesampingkan rasa takutnya, saat ini rasa penasarannya lebih besar.

"Sebelum gue nyiksa orang, gue udah lebih dulu tau semua informasi tentang orang itu, termasuk lo," terang Queen membuat Alvina terdiam.

"Gue juga tau kalau lo dikucilkan, keluarga lo lebih nyayangin adik angkat lo, gue tau semua tentang, lo," ujar Queen, lagi.

Wajah Alvina langsung berubah sendu saat mendengar semua ucapan Queen.

"Lo tenang aja, lo gak sendirian kok, gue juga sama kayak, lo," ujar Queen lirih. Alvina langsung mendongakkan kepalanya, menatap wajah Queen.

"Maksud, lo?"

"Kita sama, sama-sama dikucilkan, sama-sama dibuang, sama-sama sendirian, dan sama-sama bersikap Antagonis untuk nutupin semua kesedihan." Alvina menatap Queen dengan tatapan tak percaya.

Tanpa Queen sadari, air matanya sudah mengalir. Qilla yang menyadari hal itu langsung memeluk Queen.

"Jangan sedih, gue sama Anin selalu berada disamping, lo," Qilla mengusap-usap bahu Queen.

Queen itu sebenarnya sangat cengeng, hanya saja wajah sombong yang ia pakai menutupi sifat ini.

"Kok, lo pada jadi sedih-sedihan, sih," seru Anin menghancurkan suasana.

" Kok, spesies kayak lo bisa jadi temen gue sih,Nin?!" tanya Qilla dengan nada dingin.

"Omongan lo tajem banget sih, Qill," rajuk Anin dengan ekspresi dibuat-buat.

"Dih, jijay," ujar Queen melihat ekspresi Anin.

"Hufftt, sabar ya Anin," kata Anin sambil mengelus dada.

"Bwhaaa." Tawa Queen, Qilla, dan Alvina langsung pecah saat melihat wajah ternistakan Anin.

"Btw, kata Qyro, besok lo udah boleh pulang," ucap Qilla membuat Alvina langsung tersenyum senang.

"Akhirnya... gue bosen banget disini, mana bau obat-obatan lagi," ujar Alvina sumringah.

"Heh, Dodol, namanya rumah sakit bau nya pasti obat-obatan," sewot Anin.

"Bodolah," ucap Alvina acuh.

🎭

Mobil Qilla memasuki halaman SMA Bina Tunas Bangsa, dan segera melesat menuju parkiran.

Queen, Anin, dan Qilla keluar secara serempak membuat orang-orang disekeliling mereka  langsung menoleh.

"Berasa kek artis gue," gumam Anin yang masih bisa didengar Queen dan Qilla.

"Dihh, artis papan toilet maksud, lo," ejek Queen dengan maksud bercanda.

"Awas aja lo, kalau suatu hari nanti gue bisa berhasil jadi artis papan atas, lo bedua gue lupain," balas Anin dengan songong.

"Siapa juga yang mau nginget lo, sebelum lo lupain kita, kita udah lebih dulu lupain elo," ujar Qilla nyelekit.

"Qil, lo punya dendam kesuma ya sama gue?!"

"Gak ada tuh,"

"Terus kenapa lo selalu nistain  gue, sekali-sekali Queen gitu," protes Anin.

"Lah, suka-suka gue dong," balas Qilla acuh.

"Berantem mulu lo bedua." Queen menatap heran kearah kedua sahabatnya. " Udah ah, gue duluan," ujar Queen berniat pergi.

"Mau kemana, Lo?" tanya Anin membuat Queen menghentikan langkahnya.

"Nyamperin Alvaro."

"Dihh, cewek kok nyamperin cowok sih, kebalikannya dong, lagian sebenernya, hubungan lo bedua tuh apa?"  cela Anin yang gemas dengan hubungan Queen dan Alvaro yang tidak ada kejelasan.

"Sahabat, apalagi!" ujar Queen santai membuat Anin semakin gemas.

"Ya ampun Queen, hubungan sahabatan kalian tuh terlalu langgeng, kalau kek gini, kapan pacarannya," sergah Anin.

"Lah, dari awal tujuan kita deket cuma buat sahabatan, bukan pacaran," jawab Queen sekenanya.

"Ihhhh, gemes gue." Anin mengepalkan tangannya.

"Au ah, gue pergi dulu." Queen berlari menjauh menuju kelas Alvaro.

Terlalu bersemangat membuat Queen sedikit tidak fokus hingga tidak menyadari jika didepannya ada orang, akhirnya terjadilah adegan tabrakan, membuat Queen terduduk dilantai.

"Kalau jalan liat-liat, dong," ujar orang yang ditabrak Queen.

Queen segera mengangkat kepalanya dan melihat orang yang ditabraknya.

"Lo...." Mata Queen langsung melotot saat menyadari jika yang ditabraknya adalah orang yang sama dengan orang yang waktu itu mendengar percakapan dan memergoki mereka saat dibelakang sekolah.

🎭🎭🎭

Haiiiiiiiiii....

Happy Reading, guyss.
Dannnnn, jangan lupa vote and coment, guyss.

And, jangan lupa mampir ke cerita MASCHERA : GISEL karya SulisHapsariDelima

MASCHERA : QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang