8

4K 246 16
                                    

"Mas, jangan sekarang ya? Aku... aku ada ujian pagi ini." kedengerannya aku banyak alasan. Nge les nge les mulu. Tapi kurang dari 3 jam dari sekarang aku ada UAS. Ngga mungkin ada waktu untuk leha-leha. Yang ada malah nanti telat masuk kelas.

"Hm?"
Hm, masih aja enjoy nyiumin aku, hey.

"Jangan sekarang. Aku ada UAS abis ini to."

"Terus kapan?" waduh, mulai sendu ekspresinya. Aku juga malah jadi bingung mau jawab apa. Takut keadaan balik diem-dieman lagi kaya tadi. Kan berabe. Mana udah maaf-maafan. Sampe nangis, loh akunya. Air mataku kan mahal.

"Terserah Mas Putra."

"Kalau terserahnya aku ya sekarang."

"Aaaaa aku ada ujiaaan." Rengekku. Sungguh, ayo dong mengertilah.

Selain emang waktunya ga tepat, aku juga pingin proper gitu loh. Ini ngga ada istimewa-istimewanya. Masa di kamar Anna sih? Terus ga ada mesra-mesra annya dulu. Tadi openingnya kan maaf-maafan malah kaya mau lebaran.

Apalagi aku lebih was-was kalau Anna tiba-tiba bangun setelah ini terus liat bapak ibunya malah indehoyyy. Oh no no no.

"Malam ini, deh.... Mas ah, geli." gimana engga. Dia ndusel-ndusel ke leherku. Bikin hampir sekujur tubuhku langsung merinding disko.

"Nanti abis UAS langsung pulang aja gimana? Ngga usah jalan-jalan?"

"Ha? Lagian Mas Putra kan ngawasi ujian sampe jam kuliah abis dzuhur."

"Nanti aku minta asdos aja yang gantiin jaga. Jadi... abis UAS aja ya?" gila aja. Masa nyuruh asdos buat gantiin jaga ujian. Mana alasannya ngga profesional.

"Keterlaluan banget. Ngga ngga. Malem ini. Janji, aku janji." ucapku sambil menyodorkan kelingking ke depan muka nya. Dia meraih kelingkingku dan menguncingya dengan kelingkingnya. Gemes banget sih.

"Beneran ya?"

"Kenapa jadi ngga percayaan gini sih?" heran aja. Biasanya rewel gini bukan Mas Putra banget.

"Ya kamunya yang mancing duluan tadi."

"Enak aja. Mas Putra duluan kali yang pingin dari semalem."

"Orang aku pinginnya dari dulu.", ku pukul bahu kirinya. Rese banget.

"Mas, tapi aku masih takut kalau dalam waktu dekat bakal punya anak. Aku belum siap." jujur kayanya emang itu yang jadi alasan terbesar aku ga berani-berani hubungan badan sama Mas Putra. Lulusku masih lama, nanti kalau anakku ngga keurus gimana? Belum lagi ada Anna yang harus aku perhatiin. Golden age nya belum terlewat.

"Iya." apaan tuh? Singkat amat jawabannya.

"Kok gitu?"

"Ya aku udah tau. Soalnya kalau kamu siap, kamu bakal mau ngelakuin itu sejak hari pertama kita nikah." tatapannya berubah yang tadinya jail sekarang serius banget. Duh, aku salah ngomong ya kayanya.

"Mas Putra?" sapaku gugup memastikan emosinya yang keliatan berubah.

"Hmm?"

"Mas Putra pingin banget punya anak ya?"

"Sesiapnya kamu aja." ucapnya lembut. Selembut usapan tangannya di kepalaku. "Kalau aku ditanya pingin, ya pingin. Kenapa engga. Aku kan udah punya istri. Usiaku juga udah 30 tahun. Mau nunggu apa lagi? Tapi... ya balik lagi. Aku ga maksain kamu karena emang mungkin pertimbanganmu karena kuliah, aku ngga bisa menampiknya. Atau memang kamu masih belum bisa nerima aku."

"Aku jahat banget ya, Mas?"

"Hey, siapa yang bilang gitu? Aku malah seneng kamu bisa menimbang kemampuanmu. Sungguh, Lin. Aku ngga maksa. Nanti kita bisa program. Kita bisa itung masa suburmu, kita hindari tanggal-tanggal itu. Atau kamu bisa pake kontrasepsi, atau aku yang pake pengaman..." tapi aku pernah baca kalau KB bisa ganggu hormon sama mood jadi swing.

RalineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang