08. So Sorry

9 12 0
                                        

Selamat membaca...















"Kak Jeno, maafin Haru, ya?"

Kalimat singkat bersumber dari tubir mungil Hara senantiasa mencuat sejak tadi, kendati selalu terabai sebab si laki-laki hanya memasung segenap atensi ke arah setumpuk kertas berteman mangsi.

Seperti biasa, Jeno akan menganggap Hara tidak ada serta berpura-pura memeluk tuli.

"Kak Jeno..."

Sejemang, cakapnya tak ia lontarkan. Lelah. Memilih untuk mendekap notasi bisu sembari meletakkan kepala pada sebidang meja datar bertempat di hadapannya. Menyoroti Jeno yang kala kini tengah mengerjakan ragam tugas.

Meski senja di luar sana sudah tampak redup sinarnya, nayanika Hara tak bosan memaku tilik pada Jeno yang mulai membalas tatapannya. Saling bersua muka. Pikirannya melalang buana. Entah tengah memikirkan apa.

"Maaf."

Hara diam, antara sadar juga tak sadar. Mematri raut skeptis usai merebaknya suara Jeno hingga ke relung rungunya. Apakah, ia baru saja berhalusinasi?

"Kak Jeno kenapa?"

"Temen lo bener, gue emang terlalu kasar sama lo. Gue terlalu naif," ujar Jeno, menghadapkan tubuhnya tepat di depan Hara. Mulai mengulas kalimat demi kalimat yang sangat sukar diterima oleh akal Hara. Sangat tak biasa.

Jeno sadar, apa yang kala lalu diucapkan oleh Haruto menang telak. Ah, hei. Ke mana saja selama ini kau, Lee Jeno?

"Kayanya kak Jeno lagi sakit deh karena kebanyakan tugas, hehehe. Aku pulang aja, ya? Takut." Daksa Hara sekoyong-konyong mencuar, hendak mencumbu lantai juga kontan pergi dari rumah Jeno.

Namun, tangan ringkihnya buru-buru ditahan. Hara tercengang. Kalimat sarkas Haruto ternyata memang seajaib itu.

"Tunggu, gue mau minta maaf."

Hara tersenyum, "aku belum minum obat, kak. Aku mau pulang..."

Dengus napas Jeno menguar basau. Nalarnya sontak berputar, apa gadis itu memang tidak percaya dengan aneka ragam kalimatnya?

"Hara, lo nggak lagi halusinasi. Dan gue juga nggak lagi bohong. Gue tulus mau minta maaf sama lo. Maaf karena selama ini, gue terkesan mengabaikan lo yang lagi... sakit. Maaf."

"Aku nggak sakit, kak." Suara Hara kemudian gamang. Perlahan menghempaskan tangan Jeno yang masih berada dalam tautan. Hendak kembali mematok langkah. Keluar dari dalam pekarang milik Jeno yang terlihat sangat lengang.

"Ck, gue kenapa, sih?" Jeno memijat pelipisnya pelan.




Tbc...


















HisteriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang