09. I'm not

17 11 0
                                        

Selamat membaca...















Ini tengah malam, namun tak mengundang rasa kantuk Hara untuk segera datang. Ah, mungkin efek dari segelas kopi yang setia menemaninya sejak tadi sore. Bukan, Hara bukan pecandu kopi seperti Na Jaemin. Jika ditanya, maka Hara akan menjawab sekiranya saja. Hanya suka.

Obatnya sudah ia minum dalam kadar tinggi, tugas sekolahnya sudah ia garap meski mencari jawaban ke sana - kemari. Kini waktunya Hara berleha-leha sembari meratapi nasibnya yang terbilang cukup dramatis.

"Tadi ayah marah lagi, hng." Hela napas Hara menguar. Menatap pergelangan tangan yang menurutnya bertambah indah setelah mengucurkan noda darah.

"Kak Jeno juga bikin gue marah." Senandikanya senantiasa mengemuka. Menyapa ruang berkawan sunyi milik Hara. Ah, ia tengah sendirian di rumah. Keluarganya sedang pergi entah ke mana.

Namun, Hara tidak menyadari jika sejak ia meraih pisau tumpul dalam nakas, Jaemin selalu mengamati dari balik pintu yang tak sepenuhnya tertutup. Diam-diam meringis ngilu setelah menyoroti darah pekat yang meluruh jatuh ke lantai.

"Dek, kakak sakit liatnya. Jangan, ya?"

Hara terkejut, kontan pisaunya terjatuh. Buru-buru memakukan animo pada Jaemin yang sudah berada di hadapannya. Mengulas senyum berteman raut sendu seraya menyeka darah yang terus mengalir. Namun bagi Hara, rasanya tidak sesakit itu.

"Kak Nana peduli?"

Gerakan tangan Jaemin terhenti, keningnya berkerut usai mendengar kalimat dari sang adik, "jadi selama ini kamu anggap kakak main-main, hm? Nggak, Hara. Kakak beneran sayang sama kamu, kakak beneran peduli sama kamu. Tolong jangan mikir yang nggak-nggak. Karena apa yang selama ini kamu pikirin itu nggak bener. Kita keluarga, udah seharusnya saling jaga. Haha, kecuali ayah yang dasarnya emang nggak punya hati."

Diam Hara kemudian, entah sejak kapan pula, matanya ikut berkaca-kaca. Melengkungkan bibir ke bawah serta turut memandangi tatap tulus dari Na Jaemin. Hara ingin percaya, namun bahana dalam pikirannya selalu mengungkung dirinya.

"Banyak yang sayang sama kamu. Kakak, Haruto, bunda dan Jeno juga, kan? Jadi jangan terlalu berlarut-larut sama rasa sakitnya, dek."

"Kak Nana nggak tau rasanya, jadi diem aja. Jangan nyebut nama kak Jeno juga!"

Jaemin tersentak, "lho, kenapa? Kamu diapain lagi sama Jeno?"

"Katanya aku sakit, hehehe... padahal aku baik-baik aja."





Tbc...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HisteriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang