15

1.1K 174 17
                                    

.
.
.

5 months later...

Taehyung mengelus perutnya lembut. Tersenyum merasakan gerakan-gerakan kecil bayinya. Bayi itu bisa bergerak kapan saja dan membuatnya kaget. Tapi dia senang, senang sekali karena itu artinya anaknya aktif dan sehat.

Memasuki bulan tua usia kandungan, semua orang melarangnya bekerja. Memang sedari awal dia tidak punya banyak pekerjaan juga sih. Tapi saat ini semua semakin menjadi-jadi. Dia tidak diperbolehkan mengerjakan apapun. Hanya berbaring dan berjalan-jalan. Buntalan gendut pemalas, Taehyung menamai dirinya begitu.

"Hah! Aku lelah!"

"Tuan butuh sesuatu?"

Arin dengan sigap menghampiri Taehyung. Memang tanggung jawabnya semakin besar semenjak Taehyung hamil. Tidak boleh sama sekali dia mengangkat pandangan dari Taehyung sebab ultimatum Nyonya Jeon berlaku, untung semua orang di manor ini termasuk Taehyung sendiri.

"Aku mau ke danau. Dibelakang manor. Boleh tidak?"

Pelayan muda itu tidak bisa menahan wajah memelasnya. Sudah berkali-kali Taehyung bilang ingin ke danau. Tapi disana terlalu  berbahaya untuknya.

"Tuan. Tolong tempat lain saja, ya? Nyonya bisa marah kalau Anda tetap ingin kesana."

"Ck hm. Baiklah-baiklah." Bibir Taehyung mencebik.

Dia tidak mengerti, memangnya ada apa di danau sana. Kan dia hanya ingin melihat-lihat saja. Bukan mau berenang dan sebagainya. Berlebihan sekali. Untung saja dia sekarang sudah terlalu gendut untuk berlari. Kalau tidak mungkin dia sudah kabur dengan cepat. Biar saja mereka semua khawatir mencarinya.

~

"Jeongguuuuk! Aku mau ke danau! Ayo, ayo ke danau!"

Helaan nafas berat terdengar. Jeongguk sedang berusaha fokus dengan pekerjaannya. Sebenarnya dia sangat tidak suka diganggu seperti ini. Sudah berapa kali dia menyarankan banyak tempat indah sekitar manor yang bisa Taehyung jelajahi. Tapi tetap saja suaminya itu mau ke danau.

Bukan apa-apa. Bukannya Jeongguk tidak peduli. Justru karena dia peduli maka dia ikut melarang Taehyung pergi kesana. Undakan berupa tangga batu menurun menuju danau terlalu berbahaya, ditutupi lumut yang licin dan sewaktu-waktu bisa saja pecah. Terlalu riskan membawa orang hamil seperti Taehyung kesana.

"Tidak Taehyung. Aku akan memberikan apapun tapi bukan yang satu itu. Pikirkan keselamatanmu sendiri."

Taehyung menghentakkan kakinya keras sebelum berlalu dari ruangan Jeongguk dengan wajah cemberut. Dia merajuk. Meninggalkan Jeongguk yang hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.

Satu-satunya harapan Taehyung sirna. Ekspektasinya bisa merayu Jeongguk nyatanya tidak berhasil. Semuanya sama saja. Tidak ada yang memberinya izin. Dia tahu itu berbahaya, tapi dia sangat ingin sekali kesana entah mengapa.

~

Sudah dua orang yang direcoki Taehyung tentang danau hari ini. Pelayan pribadinya dan Jeongguk. Tidak perlu mencoba ke ibu mertuanya. Belum berusaha pun Taehyung sudah tau jawabannya.

Sekarang malah Taehyung mencari mangsa baru untuk diganggu. Beginilah pekerjaan Taehyung setiap hari. Makan, tidur, dan menggangu orang lain. Entah itu Arin, Jeongguk, Somi, bahkan para pelayan maupun penjaga yang tidak sengaja dijumpainya.

"Somi sedang apa?"

Ya, target ketiga Taehyung hari ini adalah Somi. Gadis itu sedang mencatat sesuatu di bukunya.

"Sedang menulis jurnalku."

"Jurnal apa?"

"Biasa. Jurnal kunjungan. Setiap aku mendapat tugas. Setelahnya aku harus menulis jurnal laporan ini untuk ibu."

01: 30 | KookVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang