.
.
.Jeongguk berjalan cepat menyusuri lorong-lorong manor Park. Kepanikan menguasainya. Sumber kepanikannya–Taehyung–hilang entah kemana. Beberapa waktu lalu dia meninggalkan Taehyung dan seingatnya pria itu sibuk makan dengan senang. Terlihat menikmati pestanya sampai dia kembali ke meja mereka dan mendapati Taehyung tidak ada disana dan dia mulai panik dan bingung.
Taehyung tidak ada di manapun. Kondisinya yang sedang hamil membuat Jeongguk semakin kalut. Merutuki kebodohannya sendiri karena meninggalkan Taehyung dan sempat lupa pada suaminya. Dikiranya aman meninggalkan Taehyung sendiri sebentar. Nyatanya sekarang dia sendiri yang kelabakan.
Kurang lebih lima belas menit sudah Jeongguk berkeliling namun batang hidung Taehyung belum juga terlihat. Panik bukan kata yang tepat lagi untuk menggambarkan keadaan Jeongguk saat ini. Hari semakin malam, pesta hampir selesai dan dia belum juga menemukan Taehyung.
"Permisi Tuan. Anda butuh bantuan?" seseorang mendekati Jeongguk. Sepertinya salah satu penjaga manor.
"Saya sedang mencari seorang pria. Dia cantik. Mengenakan pakaian berwarna biru tua. Tingginya kurang lebih sama seperti saya. Kau melihatnya?" Jeongguk segera mengeluarkan ponselnya, menunjukkan potret Taehyung yang diam-diam diambilnya sebelum mereka berangkat tadi. "Ini orangnya. Dia sedang hamil."
"Oh! Saya melihatnya. Ada di taman sebelah barat Tuan. Beliau sendirian tadi. Saya sempat meminta beliau masuk karena tamannya lumayan gelap, tapi beliau bilang ingin duduk disana."
"Baiklah. Terima kasih banyak."
Penjaga itu membungkuk segera setelah Jeongguk lari meninggalkannya secepat kilat. Perasaannya mulai lega setelah tahu dimana Taehyung berada. Selama masih didalam kawasan manor, Jeongguk yakin Taehyung akan aman. Langkahnya semakin cepat, bahkan berlari kearah taman yang ditunjukkan penjaga tadi kepadanya.
Khawatir mencari Taehyung kemanapun dan mendapati suaminya asyik mengobrol dengan orang lain bukanlah pemandangan yang diharapkan Jeongguk. Dadanya bergejolak menahan amarah, namun sebisa mungkin ditahannya. Dialah yang salah karena meninggalkan Taehyung.
"Taehyung!"
Taehyung berbalik cepat mendengar namanya dipanggil. Melihat Jeongguk berdiri dibelakangnya dengan wajah kaku.
"Ohh. Kau disini? Mencariku, ya?"
"Ayo pulang."
"Tapi–"
"Ayo pulang."
Taehyung bangun dengan cepat, berjalan menghampiri Jeongguk ketika menyadari nada suara suaminya. Tak sadar langsung meninggalkan lelaki muda yang berbincang menemaninya sedari tadi yang hanya duduk kebingungan melihat interaksinya keduanya.
Taehyung membungkuk sekali lagi pada lelaki itu, mengucapkan terima kasih sambil melambai-lambai tersenyum sebelum berbalik dan mengikuti Jeongguk yang sudah duluan berjalan mendahuluinya.
~
Hatinya tidak tenang sekarang. Apa Jeongguk marah padanya? Tidak, tidak bisa. Bagaimanapun dialah yang seharusnya marah, kan? Lalu kenapa Jeongguk mendiamkannya begini?
Mereka sudah di mobil. Keduanya duduk berdiam diri. Tidak ada yang memulai percakapan. Jeongguk yang dengan tiba-tiba menutup pembatas antara mereka dan pengemudi didepan membuatnya heran. Tumben sekali.
"Kau tahu aku mencarimu keliling manor seperti orang gila?"
Jeongguk mulai bicara. Nadanya dingin dan tegas. Wajahnya pun terlihat menahan emosi. Taehyung tidak mengerti dengan Jeongguk. Kenapa malah dia yang marah? Salah besar jika dia pikir Taehyung merasa bersalah. Tentu saja seorang Taehyung tidak akan mengalah kali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
01: 30 | KookV
FanfictionAbracadabra!!! ... here comes the magic spell. Sebuah keajaiban- atau mungkin kutukan? Apapun itu yang kemudian membawa mereka terjebak bersama. KookV fanfiction Top! Jeongguk Bottom! Tae