20

1.8K 190 18
                                    

.
.
.

Suara tawa keras mengisi ruang tamu kamar hotel sore itu. Kedua orang yang tadinya pulang dengan raut bingung perlahan sudah mulai bisa menyusun potongan-potongan acak dikepala mereka.

"Jadi dia hanya mengatakan itu? Lalu kalian diusir?" Mingyu tertawa lagi. Suara tawa keras yang menggangu sedari tadi tidak lain memang suara pria tinggi hitam manis itu.

Jeongguk mendengus, "Aku juga tidak percaya."

"Dia hanya mempermainkan kami. Semua hal yang membuat kami berpikir keras selama ini tidak ada gunanya."

"Kalian berdua yang terlalu berlebihan. Semuanya baik-baik saja kan ternyata?"

Mingyu benar. Taehyung dan Jeongguk telak menyadari bahwa kekhawatiran mereka selama ini hanya kekhawatiran semu. Nyatanya memang tidak ada yang perlu ditakutkan.

Mereka memang sudah seharusnya bersama. Ditakdirkan untuk bertemu malam itu dan berjodoh. Wanita tua itu hanya menggunakan sihirnya untuk merubah sedikit jalan cerita, mempermainkan keduanya, membuat mereka kebingungan dan sebagainya.

"Tanpa dikutuk pun kita memang akan bersama pada akhirnya." Taehyung masih cemberut ditempatnya. Duduk bersandar pada bahu Jeongguk.

"Tapi ini hal yang tidak biasa, bukan? Ini akan menjadi cerita tersendiri sampai kalian tua nanti. Siapa lagi yang punya cerita bertemu pasangan lewat sihir?"

Jeongguk tersenyum menatap suaminya. Mereka seharusnya lega ini tidak berakhir berlebihan seperti yang ada dalam pikiran mereka selama ini.

"Ambil sisi positifnya."

Taehyung mengangguk dan langsung menubrukan diri pada Jeongguk. "Kau benar. Ini akan jadi cerita yang luar biasa. Nanti kalau anak kita lahir, aku akan menceritakan ini padanya."

"Yaaa! Hentikan, hentikan! Kalian kok malah bermesraan sih. Tidak lihat ada aku disini?"

"Pulanglah." Jeongguk menatap Mingyu dengan wajah terganggu.

"Wah! Kalian benar-benar pasangan kurang ajar."

Keduanya tertawa menanggapi keluhan Mingyu. Melambaikan tangan menggoda saat laki-laki itu meraih jaket dan kunci mobilnya.

"Aku pergi. Ckck membosankan sekali melihat manusia-manusia budak cinta ini."

Sesaat setelah pintu tertutup dan nada kunci otomatisnya terdengar, keduanya kembali berpandangan.

Jeongguk semakin mundur perlahan, mencari posisi nyaman di sofa sebelum mengangkat Taehyung ke pangkuannya.

"Kau berat sayang."

Satu pukulan mendarat di dadanya, dari siapa lagi kalau bukan Taehyung si tukang cemberut.

"Kau tidak percaya aku mencintaimu?"

"Ck. Mingyu ya?"

Jeongguk terkekeh pelan, "Dia merekamnya dan mengirimkannya padaku."

"Dasar tukang lapor."

Taehyung mengalungkan lengannya semakin erat pada leher Jeongguk. Menyandarkan kepalanya di bahu suaminya, masuk menyembunyikan wajah ke dalam ceruk leher Jeongguk. Dia malu, tidak mau menatap suaminya.

"Maafkan aku. Aku tidak bermaksud untuk tidak percaya padamu, kok. Hanya saja pikiran itu datang tiba-tiba."

"Aku tahu sayang. Aku mengerti. Tidak perlu minta maaf. Bukan salahmu."

"Kita harus belajar lebih mengerti satu sama lain mulai sekarang. Apapun yang mengganggumu, katakan padaku, ya? Jangan takut."

"Humm. Baiklah. Kita memang butuh banyak belajar."

01: 30 | KookVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang