Rachel melepas kacamata hitamnya dengan kesal, ketika melihat William yang menyeringai di hadapannya. Sebenarnya Rachel tidak ingin bertemu dengan pria di hadapannya ini. Namun, Rachel sama sekali tidak memiliki pilihan lain. Setelah semua usahanya mencari agensi, Rachel pada akhirnya terdorong untuk kembali menemui William di perusahaan milik pria itu. Padahal Rachel tidak ingin memiliki hubungan apa pun dengan pria yang sudah membuatnya melakukan kesalahan besar.
"Akhirnya kita kembali bertemu, Manis," ucap William dengan ekspresi yang membuat Rachel begidik dibuatnya.
Ada sesuatu yang terasa aneh dalam diri Rachel saat melihat ekspresi dan seringai William. Seakan-akan hal tersebut mengingatkan Rachel pada sesuatu yang tidak seharusnya ia lupakan. Diam-diam, Rachel sendiri merasa sangat bersyukur, karena mabuk ia tidak mengingat apa yang sudah terjadi malam itu. Jika ia mengingatnya, rasanya Rachel tidak akan pernah bisa berhadapan dengan pria ini. Persetan apa yang dipikirkan oleh William, yang terpenting Rachel tidak mengingat momen memalukan yang ia sesali seumur hidupnya itu.
"Jangan memanggilku seperti itu. Kita bertemu untuk membahas pekerjaan. Jadi, aku harap kau bertindak dengan sepantasnya," ucap Rachel jelas memberikan jarak.
"Baiklah, kalau begitu sehabis membahas pekerjaan, kita bisa membahas hubungan kita," putus William membuat Rachel memejamkan matanya.
"Lupakan omong kosong itu. Bukankah kau memintaku datang untuk membahas kontrak?" tanya Rachel memotong pembicaraan yang sangat tidak nyaman tersebut.
"Tenanglah. Kita bicarakan secara perlahan. Karena aku sudah memperkirakan bahwa kita akan bekerjasama, dan sudah menyiapkan kontraknya dari jauh hari," ucap William membuat Rachel jengkel.
Rachel merasa jika William yakin bahwa ia tidak akan mendapatkan agensi. Hanya William yang bersedia menerima Rachel sebagai talent, dan Rachel akan kembali padanya. Sebenarnya Rachel bisa menjadi aktris mandiri tanpa agensi. Namun, dengan situasi saat ini, hal itu akan sulit. Rachel tidak memiliki koneksi atau dukungan dari siapa pun.
Lalu Sam yang sebelumnya berdiri di belakang kursi yang diduduki oleh William, segera memberikan berkas yang sudah ia persiapkan. Berkas tersebut tak lain adalah kontrak yang memang sudah dipersiapkan oleh William sebelumnya. William pun meletakkan kontrak tersebut di atas meja. Ia berkata, "Silakan periksa terlebih dahulu. Tapi aku yakin, tidak ada satu pun poin dalam kontrak yang merugikan dirimu."
Rachel tidak mungkin percaya begitu saja dengan apa yang dikatakan oleh William. Rachel meraih kontrak tersebut dan membacanya secara saksama. Ia tidak melewatkan satu pun kata dalam kontrak tersebut. Rachel yang terlihat penuh dengan konsentrasi ternyata membuat William tidak bisa mengalihkan pandangan darinya. William mengamati Rachel yang tampak anggun dengan gaun berwarna lilac, dan rambut cokelat madu yang tergerai begitu saja.
Tak lama, Rachel meletakan kembali kontrak tersebut dan berkata, "Semuanya masuk akal. Kita sama-sama diuntungkan dalam kerja sama ini."
"Kalau begitu, kita bisa menandatangani kontrak ini sesegera mungkin. Aku ingin, kau segera diperkenalkan sebagai talent di agensiku, saat agensi ini mengumumkan pembukaannya secara resmi," ucap William lalu meminta Sam untuk menyiapkan bolpoint serta cap.
Namun, William melihat ekspresi Rachel dan menyadari jika gadis itu memiliki sesuatu yang ingin dia katakan. Karena itu, William bertanya, "Apa ada hal yang ingin kau tambahkan dalam kontrak ini?"
Rachel tentu saja agak terkejut dengan pertanyaan yang diajukan oleh William. Namun, ia berkata, "Ya. Ada yang ingin aku sampaikan. Tapi, bisakah hal ini kita bicarakan berdua?"
William yang mengerti segera meminta Sam ke luar dari ruangannya. Begitu hanya berdua dengan Rachel, William bertanya, "Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?"
"Tolong jangan bahas apa pun mengenai apa yang terjadi pada malam itu. Seperti yang sudah aku tulis dalam surat yang kutinggalkan pagi itu. Malam yang kita lewati hanya kesalahan, dan aku tidak ingin memiliki hubungan apa pun denganmu. Jadi, mari lupakan malam itu," ucap Rachel membuat ekspresi William menggelap.
Ekspresi yang membuat Rachel agak begidik. Karena William terlihat menakutkan, sekaligus seksi. Sungguh aneh, tetapi itulah yang Rachel rasakan. Rachel berdeham pelan untuk mengenyahkan pikiran anehnya itu. Saat itulah William berkata, "Baiklah. Aku setuju. Aku tidak akan mengungkit apa pun mengenai hal itu, sesuai dengan apa yang kau inginkan."
Hal tersebut tentu saja membuat Rachel merasa sangat lega. Setidaknya, Rachel dan William kini bisa bekerja dengan nyaman. Atau lebih tepatnya, Rachel tidak perlu was-was lagi. Ya, Rachel rasa seperti itu. Walaupun dirinya tidak terlalu yakin mengenai hal tersebut.
Lalu perkataan William selanjutnya membuat Rachel tersadar. "Kalau begitu, mulai sekarang panggil aku dengan namaku. Kita harus bersikap santai dan akrab," ucap William membuat Rachel mengernyitkan keningnya.
Padahal, Rachel sudah jelas-jelas meminta William untuk bersikap selayaknya ketika bekerja. Ia tidak mau memiliki hubungan apa pun selain hubungan kerja dengan William. Rachel tidak ingin sampai hubungan tersebut berkembang ke arah yang salah. Saat Rachel sendiri mati-matian ingin melupakan kesalahan yang sudah ia perbuat dengan William.
Merasa jika dirinya perlu mengambil tindakan tegas, saat itulah Rachel berkata, "Aku tidak mau."
"Jika begitu, kau akan kehilangan kesempatan untuk membalas dendam." ucap William membuat Rachel mengernyitkan keningnya.
"Membalas dendam? Sebenarnya apa maksudmu?" tanya Rachel.
William terlihat begitu santai. Namun, pandangannya terlihat begitu mengintimidasi Rachel. Ia berkata, "Aku tau apa yang terjadi antara dirimu, Julia, David, ayahmu hingga perusahaan agensimu. Aku rasa, ada dendam yang harus kau balaskan. Dan aku bisa membukakan jalan untuk balas dendam itu. Aku akan memastikan, jika kau bisa mendapatkan balas dendam yang memuaskan."
Rachel termenung saat mendengar hal tersebut. Tidak ada keraguan sedikit pun pada ekspresi William. Hal tersebut sudah lebih dari cukup membuktikan bahwa William memang mengetahui semuanya. Termasuk perselingkuhan David dengan Julia. Rachel pun bertanya, "Memangnya, apa keuntungan yang kau terima, jika aku berhasil membalaskan dendam?"
"Kau pikir, aku akan melakukannya secara cuma-cuma? Tentu saja aku akan meminta bayaran yang pantas atas bantuan yang kuberikan," ucap William.
"Aku rasa, aku tidak butuh bantuanmu."
William terkekeh pelan dan berkata, "Kau jelas membutuhkan bantuanku, Rachel. Karena kau tidak akan bisa melakukannya sendiri. Kau membutuhkan dukungan dari seseorang yang berpengaruh. Dan orang itu adalah aku."
Rachel terlihat mempertimbangkan apa yang iadengar. Hal tersebut membuat William tergerak untuk mendorong Rachel lebihjauh. "Mari buat kesepakatan. Saat kau menuruti apa yang aku katakan, maka akankupastikan jika kau mendapatkan dunia di bawah kakimu," ucap William membautRachel kembali begidik ngeri. Sebab Rachel seakan-akan mendengar sesuatu yangbisa dengan mudah William jadikan kenyataan.
.
.
.
Buibu pabapa yang tungguin pdf judul ini yg sabar ya. Jan pada bar2 wkwk.
Mimi perlu waktu nyiapin pdfnya biar cakep. Kan bhkan cuma ditulis doang, harus Mimi layout dan Mimi kasih cover biar tjakep. Jadi butuh proses, apalagi Mimi ada kerjaan lain yg bikin pala puyeng. Mo lebaran rasanya kerjaan makin banyak aja. Syukurin aja deh yak wkwk.Intinya mah yg sabar ya sayang-sayangku.
Sekarang baca dulu yg di wp okeh

KAMU SEDANG MEMBACA
No More Pain
Romance[Karena mengandung unsur DEWASA maka SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE. FOLLOW SEBELUM MEMBACA. Biar nyaman bacanya😄] Rachel tengah berada di titik terendah dalam hidupnya. Selain gagal memerankan peran utama, Rachel juga harus kehilangan tunangannya kar...