Tak Terduga

1.2K 222 11
                                    

William masih terlihat kaku. Ia seakan-akan tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Atau lebih tepatnya tidak pernah memperkirakan bahwa dirinya akan mendapatkan pertanyaan semacam itu dari kekasihnya, Rachel. William menatap wajah Rachel yang terlihat sangat serius. Tatapannya tajam seakan-akan tidak akan membiarkan William lolos begitu saja sebelum memberikan apa yang ia inginkan.

Rachel kemudian berkata, "Jawaban yang akan kau berikan, akan menentukan akan seperti apa hubungan kita ke depannya."

Ucapan tegas dari Rachel sudah lebih dari cukup membuat William semakin tegang. Rasanya, William belum pernah merasa setegang ini. Ketegangan mencekik yang bahkan lebih parah daripada ketika dirinya menunggui Lily yang dioperasi akibat upaya bunuh dirinya. Namun, ketegangan, kesedihan, dan rasa hancur yang pernah ia rasakan itu kini hanya tersisa samar-samah. Bahkan entah sejak kapan, kini William bahkan tidak bisa mengingat dengan benar wajah Lily, mendiang istrinya.

William mengusap wajahnya kasar dan berkata, "Aku bahkan baru sadar, sudah melupakan wajah mendiang istriku, Rachel."

Jawaban itu sukses membuat Rachel terkejut. Namun, ia masih terdiam, menunggu William melanjutkan perkataannya. "Aku mendekatimu, dan menginginkanmu bukan untuk menggantikan posisi mendiang istriku. Kau adalah Rachel, wanita yang jelas berbeda dari mendiang istriku. Sejak awal, aku melihatmu dengan pandangan yang lain. Kau tidak berada dalam bayang-bayang Lily, Rachel."

Setelah mendengar hal itu, kini malah Rachel yang dibuat bingung. Ia memang sudah memantapkan hati, jika sampai William melakukan hal yang mengecewakan dan melukai hatinya, maka Rachel tidak akan berpikir dua kali untuk meninggalkannya. Rachel tidak akan pernah percaya pada pria mana pun lagi, dan akan memutuskan untuk hidup sebagai wanita single yang bisa mendapatkan kepuasan dari pria mana pun. Namun, Rachel sama sekali tidak menduga jika jawaban William akan seperti ini.

Belum habis keterkejutan Rachel, William pun melanjutkan perkataannya. Rupanya William berniat untuk menceritakan masa lalunya. "Saat usiaku dua puluh lima tahun, aku memutuskan untuk meminang Lily. Kami menikah dengan rasa cinta yang dalam. Pernikahan kami berjalan dengan lancar, dan penuh kebahagiaan. Satu tahun yang penuh dengan suka cita. Sayangnya, hal itu berubah menjadi petaka ketika Lily hamil."

Rachel mengernyitkan keningnya. Namun, tetap bertahan untuk tidak berkomentar. "Lily diketahui hamil tetapi itu bukan anakku. Itu anak dari seorang pria yang menghabiskan malam dengannya saat aku berada di luar kota."

Rachel terkesiap. Namun, ternyata cerita belum usai. "Benar, Lily berkhianat. Satu tahun pernikahan kami yang penuh dengan kebahagiaan ternyata menjadi hal sia-sia. Namun, aku tetap mencintainya. Aku mempertahankannya di sisiku. Sayangnya, hal itu malah membuat Lily merasa frustasi. Ia tertekan karena ia sadar sudah mengkhianatiku. Terlebih saat janin dalam kandungannya kian membesar dari hari ke hari. Pada akhirnya, ia mengambil keputusan yang sangat ekstrim. Dia bunuh diri, dengan melompat dari balkon kediaman kami."

Rachel menutup bibirnya tidak percaya. William yang menyadari hal itu tersenyum getir. "Belum, kisah yang paling menyedihkan belum kuceritakan. Karena Lily masih dalam keadaan kritis, aku segera membawanya ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan. Namun, hal itu tidak bisa menyelematkannya. Diam-diam, Sam pun meminta untuk melakukan tes DNA pada janin dalam kandungan Lily. Dan fakta yang mengejutkan adalah, janin itu adalah anakku."

Rachel tanpa sadar meneteskan air matanya. Entah mengapa, dirinya turut merasa sedih dengan apa yang sudah William lalui. Selain kehilangan istrinya, William juga harus kehilangan calon anaknya. Melihat jika Rachel menangis, William pun tersenyum lembut. Ia menyeka air mata Rachel sembari berkata, "Semenjak itu, aku tidak pernah bisa tidur dengan benar. Selain bekerja, aku hanya ingin minum minuman keras. Karena dengan mabuk berat, pada akhirnya aku bisa tidur."

"Hidupku berantakan, Rachel. Bahkan Sam berulang kali memukulku untuk membuatku sadar. Namun, kekacauan hidupku terhenti ketika aku bertemu dengan seorang gadis mabuk yang menggodanya dan mengajaknya tidur bersama."

Rachel tahu jika kini William tengah membicarakan malam di mana Rachel mabuk berat dan berakhir di atas ranjang bersama dengannya. William berkata, "Kau tau, Rachel? Malam itu, setelah lima tahun berlalu, aku pun melepaskan kesetiaan yang kupegang teguh untuk mendiang istriku. Malam itu, Lily yang berada di surga seakan-akan memberikan napas baru padaku. Menyadarkanku, jika aku berhak untuk memiliki cinta yang baru. Kau, membawa napas baru untukku, Rachel."

Mendengar hal itu, Rachel pun merasa jika hatinya menghangat. Ia sama sekali tidak merasakan kebohongan apa pun dalam perkataan William. Sorot mata William pun dipenuhi oleh kejujuran yang menyentuh hatinya. Namun, Rachel masih belum yakin. Apakah benar, dirinya bukanlah pengganti Lily? Apakah benar, William melihat dirinya sebagai Rachel? Bukan sebagai seseorang yang mirip dengan mendiang istrinya?

Menyadari kegelisahan Rachel, William pun menangkup wajah Rachel dengan lembut. "Aku tidak akan memungkiri, jika pada awalnya kau memang mengingatkanku pada Lily. Rambutmu yang indah dan senyum yag cemerlang, mengingatkanku terhadap Lily. Namun, kau ada bukan untuk menggantikan Lily, Rachel. Bagiku, kau adalah dirimu sendiri. Kau Rachel, dan akan selamanya begitu. Lily adalah masa lalu yang akan menjadi kenangan bagiku. Namun, kau adalah masa depan yang akan menemaniku hingga mengembuskan napas terakhir."

Di tengah keraguan Rachel yang menggantung, tiba-tiba William pun mengeluarkan sebuah kotak beledu dari dalam saku jas mahalnya. Rachel pun pucat pasi. Ia tentu tahu apa yang akan dilakukan oleh William selanjutnya. William membuka kotak beledu tersebut dan berkata, "Rachel, maukah kau menghabiskan sisa hidupmu denganku? Dalam sebuah ikatan pernikahan yang suci."

"Sial, kenapa kau malah melamarku?" tanya Rachel dengan pipi memerah. Tidak bisa menyembunyikan perasaannya yang sesungguhnya.





.

.

.

.

Kalau ada typo mohon maklum dan mention aja ya. Nah sudah double update yaaa

No More PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang