Bagaimana Kabarmu?

1.6K 295 20
                                    


"Kau serius?" tanya Orland terlihat tidak percaya dengan apa yang ia dengar dari Rachel.

Rasa tidak percaya yang kini dirasakan oleh Orland sama sekali bukan tanpa alasan. Hal itu terjadi karena Rachel tiba-tiba datang dan berkata jika dirinya tidak ingin melanjutkan kontrak dengan agensi yang dipimpin oleh Orland tersebut. Kebetulan sekali kontrak Rachel tinggal dua bulan lagi dengan agensi ini. Sebelumnya Orland memang akan membicarakan perpanjangan kontrak dengan Rachel, tetapi terkejut dengan keputusan yang diambil aktrisnya itu.

"Memangnya aku terlihat bermain-main?" tanya balik Rachel sembari menghela napas.

Orland mengurut pelipisnya. Hal itu membuat Rachel menebak, "Bukankah pemegang saham tidak setuju jika kontrak diriku diperpanjang? Kalau benar, bukankah hal ini adalah kebetulan yang menguntungkan?"

"Astaga Rachel, kumohon!" keluh Orland merasa kepalanya benar-benar pusing bukan kepalang.

Tebakan Rachel memang benar. Ia tidak bisa memperpanjang kontrak karena tidak ada satu pun yang mendukung hal itu. Selain tidak ada kemajuan dalam karir Rachel, saat ini tengah tersebar gosip tidak sedap. Rachel dikabarkan berselingkuh dari kekasihnya, David Julio Barry yang juga seorang aktor. Tentu saja hal itu semakin memperburuk imej Rachel di dunia peran.

Selain tebakan Rachel yang benar, karena tidak ada satu pun yang mendukung Orland untuk memperpanjang kontrak dengan Rachel. Orland juga merasa pusing karena ia harus melepaskan aktris berbakat seperti Rachel. Meskipun saat ini Rachel tengah terpuruk, Orland yakin jika suatu saat nanti, Rachel akan bersinar. Hanya perlu menunggu waktu untuk itu.

Orland menatap Rachel yang masih terlihat tenang dan pada akhirnya mengeluarkan sebuah kartu nama dari jasnya. "Hubungi orang ini. Dia tengah membangun sebuah agensi, tetapi pada dasarnya ia adalah seorang pebisnis multi talenta yang bepengalaman. Sejak awal, ia memang tertarik untuk merekrutmu," ucap Orland.

Rachel menerima kartu nama tersebut dan melihatnya. "William .M. Oxley? Bukankah dia pemilik perusahaan jasa pemasaran dan perusahaan pengembangan perumahan?" tanya Rachel mengenal nama tersebut.

Ya, hanya sebatas nama. Karena pengusaha tersebut tidak terlalu tersorot oleh media. Atau lebih tepatnya tidak mau disorot oleh media. Fotonya di internet bahkan tidak diperbarui selama bertahun-tahun, saking tertup dirinya. Ia terkenal dengan kedermawanannya, tetapi tidak pernah ingin media meliput kisah dermawannya secara langsung. Menurut kabar, William sendiri adalah seorang pria tampan yang sudah berusia matang. Banyak gadis yang mencari relasi atau jalan untuk bertemu dengannya, tetapi semuanya nihil.

"Bukan hanya dalam hal itu. Dia memiliki banyak bisnis, dan kini tengah merintis agensi miliknya sendiri," jawab Orland.

Rachel mengangguk. "Terima kasih. Kalau begitu, aku pergi dulu. Terima kasih untuk selama ini," ucap Rachel bangkit dan pergi begitu saja tanpa membiarkan Orland mengatakan apa pun.

Rachel mengabaikan semua tatapan penuh ejek dan ingin tahu yang ia terima di sepanjang jalan. Saat bertemu dengan rekan-rekannya yang mengajaknya minum di malam kesialannya, Rachel menghentikan langkahnya. Hal tersebut membuat teman-temannya terlihat gugup. Karena tentu saja mereka sadar, Rachel pasti terlibat masalah malam itu, karena mereka tinggalkan begitu saja. Rachel menyeringai tipis lalu berkata, "Semoga kalian hidup bahagia setelah mengkhianatiku."

Salah satu dari mereka terlihat tersinggung karena perkataan Rachel. Ia pun berkata, "Jangan mengutuk orang lain, ketika kau sendiri perlu untuk dikutuk karena mengkhianati David."

Rachel hanya mengendikan bahunya tidak peduli dengan perkataan tersebut dan melewati orang-orang yang menonton begitu saja. Meskipun terlihat tidak peduli, tetapi Rachel bisa mengetahui apa yang terjadi di sana dengan begitu detail. Bahkan ia tahu jika Julia dan David mengamatinya di lantai atas. Namun, Rachel tidak peduli. Kini, Rachel sudah menutup buku yang tertulis kisah masa lalunya. Ini waktunya bagi Rachel untuk bahagia.







***







Rachel yang mengenakan gaun hitam tanpa lengan, terlihat begitu anggun. Meskipun dirinya seorang aktris yang tengah merintis karir, tetapi dirinya selalu pergi dan mengurus apa pun sendirian. Apalagi sekarang dirinya sudah mulai melepaskan diri dengan agensinya, dan mulai mencari agensi baru untuk menaungi dirinya. Saat ini pun, Rachel tengah mengunjungi sebuah restoran mewah untuk bertemu dengan Tuan Oxley. Pemilik agensi baru yang memang tertarik dengan bakatnya.

"Reservasi atas nama siapa, Nona?" tanya seorang pelayan.

"Tuan William .M. Oxley," jawab Rachel.

Saat itulah pelayan itu terlihat gugup dan mengarahkan Rachel menuju ruangan VIP restoran. Rachel yang terlihat begitu cantik malam itu, sama sekali tidak gugup. Ia berjalan dengan begitu anggun, hingga duduk di tempatnya dengan nyaman. Rachel datang lebih awal, dan harus menunggu kedatangan lawan bicaranya. Rachel mengangguk anggun pada pelayan yang menuangkan air untuknya. Setelah itu, Rachel menunggu dengan tenang dan sesekali menyesap air yang sebelunya sudah disiapkan untuknya.

Rachel mengeluarkan ponselnya, dan melihat jam. Rachel ingin dirinya bisa kembali ke apartemen sebelum terlalu malam. Karena jujur saja, Rachel trauma akibat apa yang sudah terjadi terakhir kali. Ia menjadi paranoid ketika dirinya sendirian dan berada di luar ketika malam hari. Rachel berusaha menanngkan dirinya ketika rasa takut kembali membuat tubuhnya bergetar. Lalu sedetik kemudian Rachel berjengit saat tiba-tiba ada seorang pria yang berbisik, "Apa yang membuatmu ketakutan seperti ini, Manis?"

Rachel segera bangkit dan menatap siapakah yang sudah berbisik seperti itu padanya. Kening Rachel mengernyit dalam, saat aroma leather yang maskulin memasuki indra penciumannya. Ia termenung. Bukan karena meresapi aroma premium dari parfum mahal yang dikenakan pria itu, tetapi karena aroma itu mengingatkan Rachel pada kejadian yang sangat ingin ia lupakan. Kejadian, di mana dirinya terbangun di dalam pelukan pria asing yang tidak ingin ia temui lagi.

Saat Rachel mengamati penampilan pria itu, Rachel berubah pucat pasi. Apalagi saat Rachel melihat warna rambut pirang keemasan pria itu. Pria di hadapannya kini benar-benar pria yang sama dengan pria yang telah menghabiskan malam dengannya. Jelas saat itu juga Rachel tahu jika dirinya harus pergi dari sana. Sayangnya, pria itu sudah lebih dulu menahan tangannya dengan sigap.

"Melihat dari reaksimu, sepertinya kau mengingatku. Apa kabarmu, Manis?" tanya pria itu sembari memaksa untuk mencium punggung tangan Rachel dengan lembut.

Namun, apa yang ditanyakan selanjutnya membuat bulu kuduk Rachel merinding bukan main, "Bagaimana kabarmu setelah meninggalkanku begitu saja ketika kita telah menghabiskan malam yang panas?"

Saat itulah Rachel sadar, jika sebelumnya iasudah memasuki teritori seorang monster yang akan mengejarnya ke mana pun ia pergi. Rachel berhadapan dengan orang yang berbahaya.





.

.

.


Ngeri ya bund. Ehe. Tapi kalo ngeribya kayak gini mah, Mimi juga mau. Ekwk

Selamat sahur yaw

No More PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang