"Terima kasih," ucap Rachel saat dibantu turun dari mobil oleh Sisil.
Sekarang sudah tiga bulan berlalu, dan kehamilan Rachel sudah berusia tujuh bulan. Rachel sudah harus kembali membatasi kegiatannya sebagai seorang aktris. Tentu saja Rachel sama sekali tidak keberatan. Meskipun berakting adalam mimpinya, tetapi janin dalam kandungannya kini adalah prioritas bagi Rachel. Entah sejak kapan hal ini berubah, tetapi Rachel tahu jika semua calon ibu pasti merasakan hal yang sama seperti dirinya.
Sisil mengantarkan Rachel hingga masuk ke dalam kediaman keluarga Oxley. Kepala pelayan segera menyajikan minuman kesukaan sang nyonya muda, ketika Rachel dan Sisil duduk di ruang keluarga. "Tidak perlu berterima kasih. Aku sangat senang karena bisa membantumu. Sekarang, kau hanya perlu fokus dengan kesehatan dan proses persalinanmu nantinya. Aku tidak sabar untuk bertemu dengan pangeran dan putri kecil," ucap Sisil sembari menatap kandungan Rachel yang memang lebih besar daripada kehamilan normal.
Hal wajar karena ternyata Rachel terkonfirmasi mengandung anak kembar. Rachel mengusap perutnya dan tersenyum tipis mengingat pembicaraannya dengan William sebelumnya. Ternyata apa yang dikatakan oleh William menjadi kenyataan. Mereka dikaruniai anak kembar yang akan menghuni kamar yang dipersiapkan secara khusus oleh William sebelumnya. Masih terbayang di benak Rachel, ketika William terlihat sangat bahagia ketika mendengar diagnosa dokter menganai janin dalam kandungannya.
"Aku pun tidak sabar untuk bertemu dengan mereka," gumam Rachel pelan.
Namun, hal itu sudah lebih dari cukup didengar oleh Sisil. Membuat Sisil tersenyum lembut. Merasa bahagia, karena pada akhirnya Rachel bisa menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya, setelah apa yang ia lalui selama ini. Sisil yang sebelumnya berniat untuk mengatakan sesuatu pada Rachel pada akhirnya mengurungkan niatnya tersebut.
Sisil tidak ingin merusak kebahagiaan Rachel saat ini. Jadi, lebih baik Sisil menyimpan hal yang ia ketahui. Sisil pun bertanya, "Jadi, apa kelas yogamu terasa menyenangkan?"
Rachel mengangguk. Karena sudah harus vakum sepenuhnya dari dunia perfilman, dan fokus dengan kehamilannya, maka Rachel harus mencari banyak kegiatan selama di rumah. Tentu saja Rachel mengambil kelas untuk ibu hamil dan persiapan untuk menjadi seorang ibu. Hal penting yang harus Rachel lakukan sebelum buah hatinya lahir. Bukan hanya Rachel, William juga secara khusus mengambil kelas persiapan untuk menjadi orang tua.
Hari-hari yang dilakukan Rachel dan William lalui terasa sangat menyenangkan. Keduanya bersiap menjadi orang tua, dengan suasana hati yang membaik dari hari ke hari. Kedekatan yang membuat keduanya sudah saling memahami satu sama lain. Bisa dikatakan, jika keduanya adalah pasangan suami istri yang sesungguhnya. Pasangan suami istri yang tengah siap untuk menyambut kelahiran buah hati mereka.
Rachel mengangguk. "Menyenangkan. Semua kelas yang aku ikuti terasa menyenangkan. Rasanya apa pun yang berkaitan dengan buah hati kami, terasa sangat menyenangkan untuk dipersiapkan," ucap Rachel dengan senyuman yang begitu cerah.
"Kau pasti sangat bahagia," ucap Sisil mengamati wajah Rachel yang berseri-seri.
Rachel menangkup wajahnya yang terasa memerah. "Ya, aku bahagia," jawab Rachel tanpa keraguan sedikit pun.
Benar, Rachel bahagia dengan situasi saat ini. Ia bahagia dengan keputusannya untuk tetap berada di sisi William. Karena sudah memutuskan untuk menerima William, Rachel juga memutuskan untuk menerima bagian dari masa lalu pria itu. Karena Rachel sadar, jika dirinya tidak bisa melepaskan tangan William. Ia sudah terlajur tergantung pada William, hingga dirinya tidak bisa membayangkan jika harus hidup tanpa William di sisinya.
***
"Wah cantiknya," ucap Rachel setelah menuangkan saus kecokelatan yang terlihat begitu lezat di atas piring.
Rachel saat ini tengah mengikuti kelas memasak bersama seorang chef ternama yang William datangkan secara khusus untuk mengajarkan Rachel. Karena pada dasarnya Rachel sendiri yang meminta untuk ikut kelas memasak ini, ia terlihat begitu bahagia dan menikmatinya. Hingga, Rachel sama sekali tidak bisa menyembunyikan senyuman cantiknya yang menawan. Membuat chef yang mengajarinya, agak kesulitan untuk mengendalikan dirinya.
"Aku rasa kau lebih cantik daripada masakanmu itu, Rachel," ucap William sembari memasuki dapur bersih yang digunakan oleh Rachel selama belajar memasak.
Mengetahui kedatangan suaminya, Rachel menoleh dengan antusias. William memeluk istrinya itu dengan lembut dan menghadiahi sebuah kecupan manis pada keningnya. William diam-diam mengibaskan tangannya, meminta chef untuk meninggalkan tempat tersebut. Begitu pria itu pergi, barulah William mengangkat dengan mudah tubuh Rachel untuk duduk di tepi meja makan.
"Astaga!" seru Rachel terkejut karena tiba-tiba William mencium ceruk lehernya.
Namun, sesaat kemudian Rachel tersenyum dan mengusap helaian rambut William tersebut. Menikmati keintiman mereka. Hanya saja, itu tidak bertahan terlalu lama karena Kaivan dengan tidak tahu malunya menyusupkan tangannya dan bermain dengan payudara Rachel yang kencang. Tentu saja Rachel menampar tangan suaminya itu dengan tegas. "Dasar mesum! Lihat-lihat jika ingin melakukan hal itu," ucap Rachel sembari melotot galak.
Tak lama, Rachel mendorong suaminya itu lalu mengambil piring makan malam. Ia memang tadi tengah menyiapkan makan malam untuk William. Melihat hal itu William memilih untuk duduk di meja makan. Namun ketika Rachel menyajikan makanan, ia segera menarik Rachel untuk duduk di atas pangkuannya. "Makan bersama saja," ucap William.
Karena ini bukan kali pertama William memiliki permintaan seperti itu, Rachel tidak terlihat terkejut. Ia segera mengambil alat makan dan menyuapi William yang terlihat sangat senang. Setelah itu, Rachel sendiri mencicipi masakannya. "Apa enak?" tanya Rachel setelah menelan kunyahannya.
William menciumi rambut Rachel dan menjawab, "Rumput sekali pun, jika kau yang memasaknya akan terasa nikmat."
"Omong kosong," ucap Rachel tetapi tidak bisa menahan senyumannya. Tentu saja Rachel merasa senang dengan pujian yang dilemparkan oleh suaminya.
Seperti apa yang dikatakan oleh Rachel sebelumnya. Hubungannya dengan William sudah sangat hangat. Pertemuan tak terduga, serta bumbu salah paham yang memperumit hubungan mereka, sudah terselesaikan seiring berjalannya waktu. Kini, keduanya sudah benar-benar menjadi suami istri yang saling mencintai serta saling menjaga. Kehadiran buah hati yang tengah tumbuh dalam rahim Rachel benar-benar mengambil peran penting dalam hal tersebut.
Rachel kembali menyuapi William. Namun, gerakannya tertahan saat merasakan sesuatu yang aneh pada pantatnya. Rachel menatap tajam pada William yang tersenyum lebar dan menerima suapan sang istri dengan senang hati. Lalu tak lama, William berkata tanpa tahu malu, "Aku ingin jatahku."
Saking sudah saling memahami dan mencintai, William semakin tidak tahu malu. Seperti saat ini, dengan tidak tahu malunya William meminta jatah. Bahkan ketika mereka tengah menikmati makan malam. Rachel memerah, dan menutup matanya dengan jengkel. Ia pun memukul kening William dengan sendok dan berkata, "Jangan bertingkah mesum seperti ini. Aku benar-benar takut, anak-akan mencontoh sikapmu ini."
Mendengar hal itu, William pun tertawa renyah. Ia mengelus perut Rachel dan berkata, "Aku rasa tidak apa. Apalagi untuk si jagoan. Bagi pria, tidak apa menjadi mesum."
Rachel mengernyitkan keningnya. "Lalu, bagaimana jika putri kita yang berubah menjadi mesum?" tanya Rachel merinding.
William pun menjawab dengan serius, "Maka kau harus melatihnya."
"Jadi, kau pikir aku mesum?" tanya Rachel sembari memukul kening William lagi, membuat suaminya itu kembali tertawa bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
No More Pain
عاطفية[Karena mengandung unsur DEWASA maka SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE. FOLLOW SEBELUM MEMBACA. Biar nyaman bacanya😄] Rachel tengah berada di titik terendah dalam hidupnya. Selain gagal memerankan peran utama, Rachel juga harus kehilangan tunangannya kar...