William yang mendengar makian Rachel, hanya mengulum senyum. Apalagi saat melihat pipi Rachel merona dengan cantiknya. Rachel memang benar-benar cantik. Rambutnya berwarna cokelat madu, dan netranya berwarna biru jernih yang berkilau. Sosoknya benar-benar seperti boneka cantik yang perlu ia jaga dengan penuh kehati-hatian.
"Jangan tersenyum seperti itu!" seru Rachel terlihat sangat marah pada William.
Namun, William sama sekali tidak merasa terganggu dengan kemarahan Rachel tersebut. Ia berniat untuk memakaikan cincin tersebut pada jari manis Rachel. Hanya saja, Rachel menarik tangannya di waktu yang tepat. Ia melotot pada William dan bertanya, "Memangnya siapa yang mau bertunangan denganmu?"
"Aku rasa, aku tidak perlu menanyakan apakah kau memang mau bertunangan denganku. Karena pada akhirnya, kau pasti akan bertunangan bahkan menikah denganku," ucap William penuh percaya diri.
Rachel merinding bukan main karena kepercayaan diri pria itu. Seakan-akan William bisa melakukan apa pun untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Tak lama, William mengeluarkan sebuah kertas dari saku jas mewahnya. Gerakan William sebenarnya sangat biasa, tetapi entah mengapa Rachel tidak bisa melepaskan pandangannya barang sedetik pun dari William.
Pria itu pun membuka lembaran kertas tersebut dan berkata, "Aku sudah mengatakan semuanya dengan jujur. Sekarang semuanya kembali padamu. Apa kau mau tetap berada di sisiku, atau pergi. Namun, dengan ini, aku rasa kau tidak akan bisa pergi dariku, Rachel. Karena ke mana pun kau lari, aku akan mengejar dan menangkapmu."
Dengan tangan bergetar, Rachel mengambil alih kertas tersebut. Rachel mengabaikan semua istilah medis yang mengisi penuh kertas tersebut dan memilih untuk membaca kata terakhir yang berada dalam kertas tersebut. "Positif?" tanya Rachel.
William menyeringai melihat Rachel yang terlihat begitu terguncang. "Ya, kau positif. Kini kau tengah hamil anakku."
William lalu mengulurkan tangannya dan mengusap perut Rachel yang masih terlihat ramping serta kencang. Ia mengusapnya dengan sentuhan selembut beledu sebelum berkata, "Kau, dan janin dalam kandunganmu adalah milikku. Dan asal kau tau, Rachel, sampai kapan pun, aku tidak akan pernah kehilangan apa yang sudah menjadi milikku."
***
Rachel terlihat terengah-engah saat dirinya mengunci pintu apartemennya. Teringat jika kemungkinan William bisa masuk karena mengetahui kode akses, Rachel segera mengubah password. Setelah itu, barulah Rachel menuju kamarnya dan mengeluarkan puluhan testpack. Setelah itu, Rachel melepaskan pakaian yang terasa membuatnya sesak. Hanya dengan menggunakan pakaian dalamnya, Rachel beranjak menuju kamar mandi dengan tangan bergetar.
Rachel ingin memastikan, jika apa yang dikatakan oleh William hanyalah omong kosong. Kertas pemeriksaan medis itu, bukan pemeriksaan dirinya. "Bagaimana mungkin aku hamil? Itu omong kosong!" seru Rachel sebelum membuka semua bungkus testpack dan memeriksa urine yang sudah susah payah ia keluarkan.
Rachel yakin, jika itu adalah pemeriksaan medis orang lain. Karena ia yakin, tidak pernah melakukan periksaan medis apa pun. Rachel berusaha menyangkal jika keterlambatan menstruasinya hanya disebabkan oleh stress semata, bukan karena dirinya tengah mengandung. Namun, keyakinan Rachel ancur begitu saja. Saat satu persatu testpack menunjukan hasil dari pemeriksaan.
Rachel meluruh dan air matanya mengalir deras saat gadis itu menatap kosong pada semua testpack yang menunjukkan hasil yang sama. "Bagaimana mungkin?"
Rachel memeluk kedua lututnya, merasa dunia runtuh begitu saja. Jelas, Rachel merasa sangat terkejut. Ia memang sudah melakukan hal gila berulang kali dengan William, hanya dengan William. Mereka sudah berbagi ranjang dan mereguk kenikmatan surga duniawi dengan rakusnya. Namun, Rachel masih belum percaya jika semua itu membuahkan hasil seperti ini.
"A-Apa yang harus aku lakukan sekarang?" tanya Rachel dengan nada bimbang.
Rachel saat ini tidak lagi bisa menyangkal perasaannya pada William. Ia memang memiliki perasaan yang mendalam pada pria itu. Ia tidak ingin kehilanga pria itu. Apalagi kini ada janin yang tumbuh dalam rahimnya. Namun, Rachel tidak bisa mengabaikan fakta bahwa sebelumnya William melihat sosok wanita lain dalam diri Rachel. Dengan kata lain, William sebelumya tertarik karena Rachel mirip dengan mendiang istrinya.
"Apa yang harus kulakukan?" tanya Rachel berulang kali sembari menangis.
Rachel terlihat tidak peduli dengan kondisinya yang hanya mengenakan pakaian dalam. Ia meringkuk dan menangis di dalam kamar mandinya, merasa sangat bimbang, hampir frustasi. Sayangnya, apa yang ia lakukan tersebut membuat kondisinya menurun drastis. Rachel yang merasakan tubuhnya dipeluk oleh rasa dingin yang menyiksa dan kepalanya yang tiba-tiba terasa sangat berat, memutuskan untuk beralih. Ia tidak mungkin menghabiskan malamnya di dalam kamar mandi.
Tanpa mengenakan pakaian, Rachel memilih untuk menyusup ke dalam selimut. Menyembunyikan tubuh indahnya yang hanya mengenakan pakaian dalam yang manis. Rachel berusaha untuk tidur. Mengistirahatkan tubuhnya yang lelah. Setidaknya Rachel harus tidur agar dirinya bisa berpikir dengan jernih esok hari. Tentu saja Rachel harus memikirkan jalan ke luar dari masalah yang tidak pernah Rachel duga ini.
Rachel pikir, kondisinya akan membaik saat dirinya tidur. Namun, itu adalah pemikiran yang salah. Suhu tubuh Rachel terus meninggi. Ia kedinginan, hingga giginya gemeletuk saat dalam tidurnya. Untungnya, William selalu memiliki cara untuk menemui kekasih hatinya. Sekali pun Rachel sudah mengganti kode akses pintu apartemennya, William masih bisa dengan mudah membuka pintu tersebut dan memasuki kamar Rachel.
William duduk di tepi ranjang dan menyentuh kening Rachel. Ia menghela napas dan berkata, "Sepertinya aku terlalu mengejutkanmu. Tapi, keputusanku untuk mengganti obat tidurmu menjadi obat penyubur kandungan adalah keputusan terbaik yang pernah aku lakukan."
Benar, William memang mengubah obat tidur Rachel dengan obat penyubur kandungan. Itulah yang membuat Rachel mengandung dengan mudahnya, karena William memang sudah mempersiapkan lahan yang subur. Dengan perhitungan yang tepat, William berhasil untuk menanamkan benih di lahan yang subur dan kini benih itu tengah tumbuh dalam kandungan Rachel.
William mengecup kening Rachel yang terasabegitu panas. "Maafkan aku. Sekarang tidurlah, aku akan merawatmu," bisikWilliam penuh kelembutan. Sorot matanya hanya dipenuhi oleh kasih sayang.Rachel tidak sadar, bahwa ia menerima cinta yang teramat besar dari William.Cinta yang bahkan tidak bisa ia terima dari keluarganya sendiri.
.
.
.
Maaf ya Mimi baru update.
Ada banyak hal yg ngebuat Mimi enggak bisa buka wattpad untuk beberapa saat.
Mimi perlu waktu untuk istirahat dan menati hati.
Tapi semoga ke depannya Mimi bisa update seterusnya, ya
Makasih buat kalian semua yg udah sabar nunggu Mimi update.
Sayang kalian semuaaaMimi Bahenol😘

KAMU SEDANG MEMBACA
No More Pain
Romans[Karena mengandung unsur DEWASA maka SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE. FOLLOW SEBELUM MEMBACA. Biar nyaman bacanya😄] Rachel tengah berada di titik terendah dalam hidupnya. Selain gagal memerankan peran utama, Rachel juga harus kehilangan tunangannya kar...