'O2

840 152 5
                                    

♡♡♡


"Lu beneran jadi guru les anaknya miss Rosè, Jun?"


Junkyu yang tengah mengerjakan soal-soal Matematika kelas 2 SMA itu menatap Jihoon sekilas lalu menganggukkan kepalanya dan kembali melanjutkan kegiatannya.


"Banyak yang bilang kalo anaknya miss Rosè itu nakal banget, yakin lu kuat?" Tanya Jihoon, lagi.


Dan lagi-lagi Junkyu menganggukkan kepalanya, "bukan cuma nakal tapi juga genit. Tukang gombal, bocah gendeng." Jawab Junkyu sembari menghela nafas dan menutup bukunya, ia sudah selesai memahami dan mengerjakan soal-soal yang nantinya akan ia ajarkan pada Jeongwoo.


Junkyu mengaduk-aduk jus alpukat yang berada di meja kantinnya, "kuat nggak kuat, gue harus kuat kan? Demi Doyoung juga diri gue sendiri. Terlebih kayaknya gue bakalan lebih santai." Lanjutnya dengan senyum yang terlukis indah di wajahnya.


Junkyu yakin dirinya akan kuat menghadapi sikap Jeongwoo, toh selama ini hidupnya sudah susah. Ia sudah terlatih menjadi kuat. Jeongwoo dilihat-lihat juga tidak terlalu nakal.


Jihoon yang melihat senyum indah Junkyu merasa tertular, pemuda dengan tahi lalat di bawah mata itu ikut menarik kedua sudut bibirnya, "you always did very well, Kim Junkyu. Gue tau lu kuat, tapi di saat lu ngerasa lemah, capek dengan semuanya.. lu bisa gunain bahu gue buat bersandar." Tutur Jihoon sembari mengelus surai Junkyu lembut.


Junkyu memejamkan matanya, merasa nyaman dengan elusan Jihoon di rambutnya, "Makasih, Ji. Gue beruntung banget punya lu di sisi gue. Jangan pernah tinggalin gue ya? Jangan pernah berubah, Jihoon."


Kedua sahabat itu saling memeluk satu sama lain, mengabaikan pandangan aneh dari para mahasiswa yang berada di kantin.


"Gue nggak akan pernah ninggalin lu, Kim Junkyu. Gue sayang banget sama lu. Maaf."


♡♡♡


"Jadi kalian berdua tinggal di sini?"


"Ini kamar kak Junkyu? Wah bersih sama rapi banget. Udah cocok jadi istri gue nih."


"Wow kak Junkyu waktu kecil gemesin banget. Pasti kalo nikah sama gue, anak kita jadi gemesin kayak kak Junkyu plus ganteng kayak gue."


Doyoung yang mendengar segala ocehan Jeongwoo hanya bisa memutar kedua matanya, jengah. Sudah lebih dari 1 jam makhluk jadi-jadian itu mengomentari ini itu di rumahnya, lama-lama telinga Doyoung panas mendengarnya.


Kalau saja Jeongwoo tidak memaksa ikut ke rumahnya, mana mau Doyoung membawa Jeongwoo. Doyoung jadi kasihan pada kakaknya yang harus menghadapi sikap absurd Jeongwoo. Semoga saja kakaknya kuat.


"Lu balik gih, Woo. Pusing gue sama kelakuan lu." Usir Doyoung. Ia memijit keningnya sembari menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa. Kepalanya benar-benar pusing, di sekolah ia pusing karena ujian Matematika yang mendadak dan di rumah, yang seharusnya ia santai malah harus dibuat tambah pusing.


"Nggak mau! Gue mau ketemu kak Junkyu dulu." Tolak Jeongwoo yang akhirnya ikut duduk di samping Doyoung setelah merasa puas menjelajah dan mengomentari rumah yang dikunjunginya.


"Heh lu lagian yang sopan sama calon kakak ipar!" Teriak Jeongwoo sembari menatap Doyoung kesal. Sedangkan Doyoung, pemuda itu hanya bisa terus memijit keningnya.


Kepala Doyoung rasanya mau pecah. Bisa nggak sih Doyoung tendang Jeongwoo keluar? Ia sudah sangat kesal pada adik kelasnya itu. Mana mengaku calon kakak iparnya, Kakaknya nggak mungkin mau sama modelan Jeongwoo.



"Kakak pulang, Dobby"


Mendengar suara pintu dibuka yang diikuti suara Junkyu, langsung saja Jeongwoo berdiri dari duduknya dan segera menghampiri Junkyu.


"Lho? Jeong- eh?!" Junkyu terkejut saat Jeongwoo tiba-tiba mendekapnya erat. Begitu pula dengan seseorang yang berada di belakang Junkyu.


"Welcome home, kak Junkyu." Seru Jeongwoo tepat di dekat telinga Junkyu.

"Siapa dia? Kenapa berani banget peluk Junkyu gue."






To be continue.

Magnetic | JeongKyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang