'O7

590 114 6
                                    

♡♡♡

Junkyu keluar dari ruang guru yang kemudian diikuti oleh dua orang siswa.

Setelah mendengar ceramah yang cukup panjang, telinga Junkyu rasanya mulai hilang fungsi. Meski kata-kata yang keluar dari komite kedisiplinan bukan untuknya, tapi dirinya berada di ruang guru. Seharusnya pas sesi ceramah tadi, gue keluar aja.

Berbeda dengan dua siswa yang membuatnya harus meninggalkan Doyoung yang tengah sakit, mereka terlihat santai. Sangat santai untuk ukuran orang yang telah melakukan pelanggaran di sekolah.

"Kakak nggak ngelarang kalian buat ngerokok. Boleh kok ngerokok di sekolah, asal jangan sampai ketahuan kayak gini. Kalian juga yang kena kan." Omel Junkyu saat ketiganya sampai di parkiran sekolah pada kedua bocah di depannya.

"Jadi kita bol-"

"Tapi kalo bisa jangan ngerokok. Laki-laki tanpa rokok juga keren. Udah keren, sehat lagi. Usahain berhenti ngerokok ya. Pelan-pelan aja, jangan langsung dipaksa berhenti. Demi kesehatan kalian juga." Ujar Junkyu panjang lebar memotong perkataan Jeongwoo.

Jeongwoo dan Haruto menganggukkan kepalanya bersamaan membuat Junkyu gemas dan mengusak surai keduanya. "Nah gini dong. Udah mulai keliatan nih kerennya."

Haruto tersenyum senang diperlakukan manis oleh Junkyu. Tentunya Jeongwoo juga, tapi ia tidak suka harus berbagi dengan Haruto maka Jeongwoo memegang tangan Junkyu yang mengusak surai Haruto lalu ditempelkan di pipinya.

"Tck, pelit banget lu, Woo. Sama temen sendiri juga." Kesal Haruto yang kemudian menaiki motornya setelah sebelumnya ia pamit pulang pada Junkyu.

Setelah Haruto pergi, tangan Junkyu yang mulanya mengusak surai dan mengelus pipi Jeongwoo, jadi mencubit kedua pipi pemuda itu.

"Aww kenapa dicubit kak. A-aduh sakiitt, kak Junkyuu." Rengek Jeongwoo yang tidak di dengar oleh Junkyu.

"Hukumannya karena bandel. Kalo bandel lagi, kakak cubit makin keras!"

Jeongwoo menganggukkan kepalanya perlahan, "a-aku usahain buat nggak bandel lagi. Udah ya kak? Duh sakit."

Junkyu melepas cubitannya lalu mengelus bekas cubitannya, "maaf ya, bukannya ngatur kamu, tapi ini demi kebaikan kamu juga." Lirih Junkyu sembari terus mengelusi pipi Jeongwoo.

"Nggak apa-apa. Aku malah seneng ada yang perhatian sama aku. Makasih ya kak Junkyu." Ucap Jeongwoo sembari tersenyum.

Namun di mata Junkyu, senyum Jeongwoo lebih terlihat sarat akan kesedihan daripada kebahagian.

♡♡♡

"Jeongwoo pasti mafianya! Dari mukanya mencerminkan mafia banget." Tebak Doyoung yang diangguki oleh Junkyu dan melihat Junkyu yang mengangguk, Jeongwoo ikut menganggukkan kepalanya.

"Tuhkan! Jeongwoonya juga ngangguk!!"

Jeongwoo yang baru sadar dengan kesalahannya segera menggelengkan kepalanya, "nggak! Mana ada gue mafia. Gue sama kak Junkyu cuma penduduk biasa. Lu kali mafianya, kak Doy."

Sebelum Doyoung akan membantah, Junkyu segera menyela. "Udah-udah. Sekarang waktunya malam, semua penduduk tertidur."

Ketiganya-Junkyu, Doyoung dan Jeongwoo- segera memejamkan mata dan ketika Junkyu mengetuk-ngetuk meja sebanyak 3 kali, ketiganya kembali membuka mata.

"Aku mati? Kak Ajunn~" adu Doyoung pada Junkyu sembari memperlihatkan coretan merah di punggung tangannya. "Ini pasti aku dibunuh Jeongwoo, kak!"

"Lho kok gue?!" Pekik Jeongwoo tidak terima dirinya terus dituduh.

"Pokoknya lu mafianya!" Kekeh Doyoung.

Junkyu menahan tawanya melihat perdebatan antara Doyoung dan Jeongwoo. Kenapa tidak ada satupun dari keduanya yang menuduh Junkyu sebagai mafia. Padahal kan bisa saja Junkyu mafianya.

"Pokoknya gue bukan mafianya!"

"Jadi siapa mafianya?" Tanya Junkyu sembari menatap Doyoung dan Jeongwoo bergantian.

"Kak Doyoung!"

"Jeongwoo!!"

Mata Junkyu mengerling, terlihat sedang berpikir. "Doyoung kan udah keluar, Jong- eh Jeongwoo. Berarti kamu ya mafianya?" Ucap Junkyu sembari menatap penuh curiga pada Jeongwoo.

"Bukan aku kak. Suerr." Sanggah Jeongwoo.

"Berarti kakak dong mafianya?" Junkyu menunjuk dirinya sendiri dengan ekspresi polosnya. Yang tentunya dibalas gelengan kepala oleh Doyoung dan Jeongwoo.

Melihat reaksi keduanya, mati-matian Junkyu menahan tawanya. Duh tahan. Stay cool, Jun.

"Kalo gitu, malam udah dateng. Semua penduduk dan hantu kembali tidur."

Ketiganya kembali memejamkan mata, lalu tak lama Junkyu membuka matanya dan mencoret punggung tangannya sendiri dengan spidol merah.

Setelah dirasa waktunya cukup, Junkyu lagi-lagi mengetuk-ngetuk meja sebanyak 3 kali. Ketiganya terkejut ketika melihat punggung tangan Junkyu. Tentunya Junkyu hanya pura-pura terkejut.

"Yhaa kakak juga mati, Doy. Kita berdua jadi hantu deh." Ucap Junkyu sendu dengan bibirnya yang mengerucut.

"Wah Jeongwoo, ternyata lu mafianya. Seraaangg." Doyoung menyolekkan bedak-yang telah disiapkan sedari awal-ke pipi Jeongwoo yang kemudian diikuti oleh Junkyu.

"Bukaan gue mafianyaa kenapa gue yang kena. Aduh mata guee." Protes Jeongwoo sembari mencoba menghindar dari serangan dua kakak beradik itu.

"Hahahaha." Akhirnya Junkyu tidak bisa menahan tawanya, ia tertawa terbahak-bahak sampai perutnya terasa sakit.

"Kak Junkyu kenapa ketawa?"

"Kakak ngetawain wajah aku?"

Doyoung dan Jeongwoo menatap Junkyu penuh tanya, sedangkan yang ditatap berusaha menghentikan tawanya.

"Haaa kakak mafianya. Kenapa kalian ngga- aaakkk!" Doyoung dan Jeongwoo segera menyoreti wajah Junkyu dengan gemas. Gemas karena mereka berhasil dibodohi oleh Junkyu.

"Kak Ajuun jahat banget tipu-tipu aku!"

"Aku jadi korban, jahat banget emang kak Junkyu!!"

Ketiganya tertawa, saling mentertawakan wajah masing-masing yang terhias coretan kecap.

Junkyu tersenyum senang, setidaknya ia tidak melihat raut sedih Doyoung dan Jeongwoo di penghujung harinya.










To be continue.

Magnetic | JeongKyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang