'O8

624 120 3
                                    

♡♡♡

Suara dari hewan-hewan malam mulai menjadi alunan musik malam yang semakin pekat dengan udara dingin yang berhembus sebagai pelengkap.

Jeongwoo menyandarkan punggungnya pada dinding di belakangnya. Ia sedang duduk termenung di teras belakang rumah Junkyu. Setelah permainan mafia bersama Junkyu dan Doyoung tadi entah kenapa perasaan Jeongwoo terasa sangat gelisah. Ia sedih tanpa sebab. Padahal sebelumnya ia tertawa riang.

"ARRGH!" Jeongwoo berteriak saat ia merasakan seseorang yang menempelkan segelas minuman yang terasa hangat pada pipinya.

Junkyu terkekeh melihat reaksi terkejut Jeongwoo, pemuda itu lalu mendudukkan bokongnya tepat di samping Jeongwoo sembari memeluk kedua lututnya setelah sebelumnya memberikan segelas susu hangat pada Jeongwoo.

"Kenapa liatin? Diminum susunya, biar kamu ngantuk." Ucap Junkyu pasalnya Jeongwoo terus menatapnya dengan pandangan anehnya.

"Kakak buatin ini khusus buat aku? Wah senangnya hati~"

Jeongwoo meminum segelas susu yang dibuatkan Junkyu dalam sekali teguk. Rasanya hangat, mengusir kedinginan yang sedari tadi memeluknya.

"Tadinya buat kakak, tapi nggak sengaja kakak liat kamu di luar. Jadi ya kakak kasih ke kamu aja." Terang Junkyu.

"Makasih kak Junkyu." Jeongwoo tersenyum sampai membuat kedua matanya menyipit.

Junkyu berdehem pelan, dengan susah payah ia mengalihkan pandangannya dari senyum Jeongwoo-yang entah mengapa mampu membuatnya terpana- pada hamparan bintang di langit malam.

"Ekhem.. kamu susah tidur atau kangen rumah?" Tanya Junkyu tanpa mengalihkan pandangannya, ia enggan menatap Jeongwoo. Junkyu takut.

Sebelum menjawab pertanyaan Junkyu, Jeongwoo mengikuti pandangan Junkyu. Menatap betapa indahnya langit malam yang ditaburi bintang. Ia tersenyum kecut, "memangnya aku punya rumah?"

"Punya. Jongu punya rumah kok."

Perlahan tangan Junkyu menggenggam tangan Jeongwoo dengan sesekali mengelusnya lembut. Tentu saja Jeongwoo merasa hangat, namun masih tidak mampu menghilangkan kesedihannya.

"Nggak. Aku nggak-"

"Kakak." Potong Junkyu sembari menolehkan kepalanya, menatap yang lebih muda dengan hangat. Tangannya yang menganggur terangkat menyentuh pipi Jeongwoo, membuat keduanya saling bertatapan.

"Jongu punya kakak. Jongu bisa jadiin kakak rumah buat pulang, rumah buat berbagi kesedihan. Berbagi segalanya." Junkyu tersenyum sangat manis, berusaha meyakinkan Jeongwoo.

"Boleh?" Tanya Jeongwoo ragu.

Junkyu menganggukkan kepalanya, "tentu. Jongu kan adik kecilnya kakak." Sekilas, Junkyu melihat kilat kecewa dalam manik Jeongwoo. Membuat Junkyu merasa gelisah, apa aku berkata sesuatu yang salah?

"Tapi aku nggak mau." Jeongwoo melepaskan genggaman tangan Junkyu dan yang berada di pipinya.

Junkyu semakin merasa gelisah, ia jadi yakin jika kata-katanya menyakiti Jeongwoo. Gimana ini?

"Maaf. Kakak bicara yang bikin kampph-"

Junkyu membelalakkan matanya saat merasakan sesuatu yang kenyal menempel di bibirnya. Ia blank.

Sedangkan Jeongwoo, tangan pemuda itu perlahan menyentuh tengkuk Junkyu dan menggerakkan bibirnya. Melumat bibir atas dan bawah Junkyu bergantian.

Merasa terbuai, Junkyu menutup matanya dengan tangannya yang meremat baju yang dipakai Jeongwoo. Junkyu merasa sangat asing juga kesal, namun senang di sisi lain.

Jeongwoo tersenyum dalam lumatannya, Junkyu tidak menolaknya. Bukankah itu artinya ada kesempatan buat dirinya?

"Aku nggak mau jadi adik kakak." Ucap Jeongwoo setelah melepas ciumannya. Ibu jarinya mengusap bibir Junkyu yang mengkilap.

Sedangkan Junkyu, pemuda itu masih menstabilkan detak jantungnya yang menggila. Ia tidak mau jatuh, tapi kenapa Jeongwoo terus menariknya untuk terjatuh.

Jeongwoo tersenyum saat menyadari pipi yang lebih tua bersemu merah.

"Aku mau jadi seseorang yang lebih berarti bagi kakak."

♡♡♡

Doyoung memakan sarapannya dengan khidmat, seragam sekolah sudah terpasang rapi di badannya. Berbeda dengan Jeongwoo yang masih tertidur di sofa.

Junkyu? Jangan tanya, pemuda itu tentu saja masih mengarungi mimpi indahnya.

Doyoung jarang memakan sarapan bersama kakaknya itu, kecuali jadwal kuliah Junkyu di pagi hari. Baru keduanya bisa memakan sarapan bersama.

"Eh Woo, lu kenapa?!" Doyoung meninggalkan sarapannya, ia menyusul Jeongwoo yang tengah menutupi hidungnya dengan darah yang mengalir.

Jeongwoo membersihkan darah yang berada di tangannya, ia menengakkan kepalanya. Berusaha menahan darah keluar lebih banyak.

"Darahnya banyak Jeongwoo aduh gimana ini." Panik Doyoung.

"Tisu. Gue butuh tisu, kak."

Doyoung dengan cepat mengambil tisu, segera memberikannya pada Jeongwoo.

Jeongwoo menggulung tisu dan menyumpalkannya di hidungnya. Meski darahnya tak berhenti setidaknya tidak menetes keluar.

"Hooamm~" Junkyu memasuki dapur dengan keadaan yang masih mengantuk. Ia mengernyit ketika netranya melihat Doyoung dan Jeongwoo yang berdiri di depan wastafel.

"Kalian sedang apa?" Tanya Junkyu yang berdiri di antara Doyoung dan Jeongwoo.

"Kak Ajun! Kebiasaan banget bikin kaget."

"Maaf, Dobby. Jeong- eh? Hidung kamu berdarah?" Junkyu segera menarik Jeongwoo ke kursi meja makan. Dan Jeongwoo hanya pasrah, ia tidak memiliki tenaga.

Junkyu menyandarkan kepala Jeongwoo pada sandaran kursi lalu menjepit hidung Jeongwoo. Junkyu khawatir, tentu saja kalau Jeongwoo kenapa-kenapa bisa-bisa dia dimarahi habis-habisan oleh miss Rosè.

Jeongwoo tersenyum, melihat wajah Junkyu dari dekat adalah hal yang paling disukainya. Tangannya perlahan terangkat, dan menempel di pipi Junkyu lalu mengelusnya lembut. Membuat Junkyu yang awalnya sibuk memperhatikan hidung Jeongwoo-apa masih keluar darah atau tidak-mengalihkan fokusnya pada manik Jeongwoo.

Keduanya saling menyelami, mengabaikan keberadaan Doyoung.

"Ekhem." Doyoung berdehem dengan keras. Ia kesal diabaikan begitu saja.

Junkyu yang merasa aura tidak enak dari adiknya segera menjauh dari Jeongwoo, "i-itu jepit hidung kamu. Eum.. kamu jangan sekolah dulu aja, biar kakak bikinin surat izin. Istirahat di sini dulu aja. Ah Dobby, ayo kakak anterin kamu."

Junkyu segera mencuci mukanya, tanpa mandi terlebih dahulu Junkyu mengantarkan Doyoung sekolah. Meninggalkan Jeongwoo yang tersenyum gemas di rumah. Pemuda itu gemas pada sikap Junkyu.

"Nggak salah emang gue suka sama kak Junkyu."






To be continue.

Magnetic | JeongKyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang