Sebelum baca, Follow & Vomment Dulu ya...Happy reading :)
Ben menopang dagunya. Cowok itu memperhatikan Fanny tertidur dengan lengan tangan yang dilipat sebagai bantal kepala. Ia tidak habis pikir bagaimana cewek ini bisa tertidur setelah makan begitu banyak tadi di kantin.
"Cantik" ucap Ben tersenyum dengan tangan yang bergerak ingin menyentuh wajah gadis itu. namun, terhenti saat seseorang datang menghampirinya.
"BUCIN TROSSSS!" Elan berteriak tepat di telinga Ben.
"ASTAGA!" Ben kaget langsung berdiri. "hampir aja jantung gue copot!" lanjut Ben menoyor kepala Elan.
"Aduhh" Elan mengusap-usap kepalanya. "Selow bro, kalo jantung lo copot biar gue yang ambilin." lanjut Elan menepuk-nepuk dadanya.
"Bacot. Enyah lo!"
"gini nih, Lo kalo bucinnya kumat, lupa sama teman sendiri!"
"Emangnya Lo temen gue?" Ben tertawa sinis.
Elan mengelus-elus dada. Kedua matanya menatap hampa sambil menggelengkan kepala. "gue kasian liat lo UDAH DITOLAK JUGA MASIH BUCIN!".
Pada saat kelas sepuluh Ben pernah menyatakan perasaannya dengan Fany. namun, belum mengatakannya sudah ditolak mentah-mentah karena cewek itu tidak akan mengagapnya lebih dari teman.
"LO NGAJAK GELUD?!"
"Wuis santai, jangan galak amat! entar Lo cepat tua".
Ben menghembuskan nafas kesal "Elan Lo-". Ucap Ben yang terhenti ketika melihat seorang guru yang berjalan ke arah kelas.
Melihat itu, sontak seisi kelas langsung bergerak menuju ke tempat duduk masing-masing.
Guru itu berjalan masuk "Ayo, sini masuk" ajak Bu Laila sambil melihat ke arah pintu kelas.
Seorang cowok melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas yang di mana ada tulisan ' XI IPA 4 ' di atas pintunya.
Cowok itu terlihat stylish ia mengenakan seragam sekolah dengan bomber jacket hitam yang melekat ditubuh tinggi itu.
Para gadis di kelas langsung terperangah dan bahkan ada yang sampai berteriak histeris melihat wajah tampan dan senyum manis yang tercetak di wajah cowok itu.
"Gantengnya..."
"Ganteng banget, Ya Allah"
"Gila! senyumanya semanis gula."
"Sumpah, lebih keren dia daripada mantan gue"
"Akhirnya cogan di kelas ini bertambah. Alhamdulillah..."
ya beginilah reaksi ketika para gadis melihat cogan. Mereka menjadi antusias mengagumi wajah rupawan dari sang pencipta.
Bahkan Fanny yang tadinya tertidur merasa terganggu. perlahan membuka mata memandang sekelilingnya, merasa keheranan dengan cewek di kelasnya ini yang begitu heboh. Kemudian, ia melihat ke arah depan di mana seorang cowok berdiri sekarang di hadapan seisi kelas.
Cowok tadi mengedipkan sebelah matanya sambil tersenyum ke arah Fanny yang membuat cewek seisi kelas semakin riuh.
"Ih, apaan sih" Fanny bergumam pelan dan memutar bola matanya malas.
Sejujurnya Fanny merasa deg-degan sekaligus senang Melihat cowok tampan.
Di SMA Bintang ini ada juga makhluk tampan lainnya. Pertama ada sosok cowok yang sangat populer di sekolah ini, siapa lagi kalo bukan manusia tampan Dingin, cuek, dan genius yang bernama Liam Nandrea. Banyak gadis yang ingin mendapat perhatian dari Liam. Namun, karena sikap dingin cowok itu dan penolakan berkali-kali membuat para gadis menyerah.
kedua Ben Andrian Cowok berwajah tampan. Namun, sedikit galak dan sikap tegasnya yang membuat siapa saja akan luluh dengan Aura Kharismatiknya.
Ketiga Elan cowok yang menyebalkan selalu membuat siapa saja akan naik darah ketika berbicara dengannya. Namun, karena wajah tampan, periang, dan sikap ramah yang dimiliki cowok itu menjadi daya tarik semua gadis di sekolah.
Sekarang ditambah makhluk tampan lainnya, Tentu menjadi anugerah bagi para gadis di kelas. Belajar pun jadi tambah semangat deh! dijamin kalian nggak akan bosan! kalo tiap hari ketemu cogan di sekolah.
"Masih gantengan juga gue, iya nggak Ben?" Tanya Elan sambil tersenyum dengan pedenya. " Iya dong!" Lanjut Elan menyahuti dirinya sendiri sambil tertawa hambar karena tidak dihiraukan Ben.
Ben hanya Diam dia tidak menghiraukan ocehan Elan, ia menatap tajam cowok itu yang baru saja mengedipkan mata ke arah Fanny. tatapan mata Ben itu terlihat jelas ia tidak suka kehadiran cowok baru itu.
"Nah sekarang, Ayo perkenalkan diri kamu!" Perintah Bu Laila yang terdengar lembut. namun, tegas.
Cowok itu tersenyum lebar "Hello everybody, nama saya Ansel Haidar Hartigan, pindahan dari SMA Perjuangan. Semoga bisa berteman baik, terimakasih." Ujar laki-laki itu dengan ramah.
"Baik Ansel, silahkan kamu duduk di bangku kosong itu!." Ucap Bu Laila sambil menunjuk sebuah bangku kosong tepat di sebelah Liam yang menelungkupkan kepala di meja.
Bu Laila menghela napas melihat Liam yang tertidur. Ingin dibangunkan dengan cara berteriak, memarahi atau menghukum itu akan membuang tenaganya saja.
Sehingga Bu Laila hanya bisa tersenyum dan mencoba berusaha bersabar. paling, ia hanya memberikan tugas tambahan atau bertanya secara halus dan tegas dalam menghadapi murid yang sering tertidur di kelas.
namun, Itu semua bukan berarti guru itu tidak peduli dengan muridnya, itu karena Bu Laila berhati-hati berkata dan bertindak dalam mendidik anak-anak muridnya, Takut akan menyakiti fisik dan mental seorang murid. Jika murid itu nakal, bertindak onar atau tidak bisa ditangani lagi. ia akan menyerahkannya dengan guru BK atau menghubungi orang tuanya. Karena bukan hanya hubungan murid antar guru yang penting. Tetapi, juga komunikasi antar orang tua dengan guru itu penting terhadap perkembangan seorang Anak di sekolah.
Ansel menggangguk. Kemudian ia berjalan ke bangku itu, sambil melirik ke arah Fanny. sementara yang dilirik membuang muka ke arah lain.
Brukk!
Baru saja Ansel ingin duduk di kursi. Tiba-tiba cowok yang di sebelahnya jatuh ke lantai. Liam cowok itu sudah berusaha menahan kepalanya yang pusing sehabis dari kantin tadi. namun, baru saja ia ingin berdiri untuk izin ke Uks cowok itu sudah pingsan.
Perhatian seisi kelas teralihkan ke Liam dan kini ia langsung dikeremuni. Ansel berada di dekatnya langsung berjongkok mencoba membangunkan cowok itu dibantu dengan Bu Laila yang biasanya sering membawa minyak kayu putih mengoleskannya pada hidung mancung cowok itu.
dibalik kerumunan ada Fanny khawatir dengan apa yang terjadi dengan Liam. Ia berjinjit mencoba melihat apakah cowok itu sudah sadar. Ben melihat Fanny kesusahan untuk melihat Liam. Cowok itu langsung menarik tangan Fanny ke tengah berdiri sejajar dengannya yang disampingnya sudah ada Elan. mereka bertiga sangat cemas dengan keadaan Liam sekarang.
Perlahan mata Liam mulai terbuka dan samar-samar melihat orang banyak di sekelilingnya. Baru saja cowok itu ingin bangun secara spontan ia memegangi kepala karena merasa pusing lagi.
Bu Laila kemudian memegang dahi cowok itu. "Nak badan kamu panas!" ujar Guru itu cemas. "Ayo! Tolong anak ibu bantu teman kamu bawa ke UKS!" Lanjut Bu Laila berteriak.
Ansel hendak ikut membantu. Tetapi, sudah duluan Ben dan Elan yang langsung sigap membantu Liam berdiri membawanya ke UKS. Wajah cowok itu terlihat pucat dan lemas. Fanny ingin ikut juga ke UKS. Namun, sudah ada Ben dan Elan yang membantunya. Jadi ia hanya bisa memandang cowok itu dengan perasaan cemas yang melandanya.
Mau lanjut? Vote dulu dong! ⭐⭐⭐
SIAP PART SELANJUTNYA?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Eternal Enemy ( ON GOING )
Teen FictionSejak kepindahan Liam yang bersebelahan dengan rumah Fany. Membuat Fany sangat membenci Liam dan mengagapnya sebagai musuh abadi. Semua itu karena ia selalu dibanding - bandingkan oleh orang tua nya dengan cowok itu. Segala cara Fany lakukan agar...