"maksudnya apa lo bilang tadi gue Datang di mimpi Lo?" tanya
balik Liam sambil mendekatkan wajahnya ke Fany.Ups, keceplosan...Fanny berucap dalam hati.
Fany menahan napas karena jarak wajah Liam sangat dekat dengannya hingga membuat pipi cewek itu mulai memerah dan jantungnya berpacu lebih cepat.
"g-gue gak ngomong gitu, Lo salah denger!"ucap Fany tergagap sambil berusaha menetralkan detak jantungnya agar terlihat seperti biasa.
"makanya lain kali telinga Lo itu dibersihin!" lanjut Fany sambil melanjutkan larinya dan meninggalkan cowok itu.
Mendengar perkataan Fanny membuat Liam mendesis pelan, mengumpati Fany dalam hati ia menyesal menanyakan itu dan cowok itu memilih melanjutkan larinya.
Baru beberapa putaran napas Fany sudah tersengal-sengal karena berlari bahkan keringatnya muncul dari permukaan wajahnya.
"Capeeek!"Fany terduduk sambil menyeka keringat yang membasahi wajahnya .
"Baru tiga putaran aja lo udah capek!"ujar Liam yang sedang berlari sambil melirik ke arah Fany.
Keringat basah bercucuran dari rambut hingga punggung yang di mana seragam yang ia kenakan terlihat jelas postur tubuh cowok tinggi itu. Sebenarnya, Liam merasa sesak ketika berlari. Namun, dia tidak ingin terlihat lemah di hadapan cewek ini.
"Heh gue ini cewek! Jadi wajar dong kalo gue cepat capek!" teriak Fany sambil memandang punggung cowok itu sedang berlari.
"FANY! IBU LIAT KAMU DARI SINI!"
Fany yang mendengar teriakan Bu Rossa dari koridor kelas langsung berdiri dan melanjutkan larinya.
Itu guru marah mulu kerjaanya... gerutu Fanny dalam hati.
...
Sekarang Fany dan Liam sudah selesai berlari yang bertepatan dengan jam istirahat. Fany memilih kembali ke kelas sedangkan Liam cowok itu pergi ke kantin. Fany melipat kedua tangannya diatas meja dan menelungkupkan wajah. Fany sangat kelelahan dan merasa lapar. namun, matanya terasa berat ingin tidur. padahal, Fany ingin sekali ke kantin.
"Rasanya badan gue hancur, pengen cepet pulang... gue rindu kasur..." rengek Fanny sambil memejamkan matanya.
"FANY!"
Fany yang sudah tahu itu teriakan siapa, dia tetap memejamkan matanya. ayolah Fany sekarang ingin tidur, dia capek berlari di lapangan dua puluh kali.
"Fan..."
"Apa sih? Lo teriak-teriak kayak orang hutan aja!" ucap Fany dengan kesal mengakat wajahnya dan melihat kedua cewek ini yang sedang ada dihadapannya.
Kedua cewek itu adalah Stella dan Tara sahabat Fanny. Mereka sudah dekat dengan Fanny sejak kelas satu SMP. Stella dan Tara anak XI IPS 1 sedangkan Fanny XI IPA 4. ya, walaupun sekarang beda lokal komunikasi diantara mereka tetap terjalin begitu erat.
"Loh kok jadi ngatain sih?" Stella tidak terima dibilang orang utan.
"Sorry, abis Lo masuk teriak-teriak sih gue nih lagi capek tahu!"
"ya ampun! Lo kenapa Fan? sakit?demam? p--mmph" tanya Stella beruntun.
"Sst...Lo diem dulu". Tara yang tidak tahan mendengar ocehan Stella kemudian membekap mulut Stella dengan tangannya.
"Fan tadi Lo sama Liam dihukum sama Bu Rossa? "
"iya Tar emang Lo lihat tadi ? "
"ya kebetulan aja tadi pas gue mau anter buku ke perpus lihat Bu Rossa ngawasi kalian bedua" jawab Tara tangannya masih saja membekap mulut Stella.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Eternal Enemy ( ON GOING )
Teen FictionSejak kepindahan Liam yang bersebelahan dengan rumah Fany. Membuat Fany sangat membenci Liam dan mengagapnya sebagai musuh abadi. Semua itu karena ia selalu dibanding - bandingkan oleh orang tua nya dengan cowok itu. Segala cara Fany lakukan agar...