6. Rumput tetangga

18 4 0
                                    


Selamat malam semuanya
Sebelum kalian membaca vote dulu yaa:)






"Nggak ada anak yang senang saat dibandingkan-bandingkan orang tua sendiri, Papa tahu nggak setiap ngomongin kak Farel, kak Farel, Liam,Liam,Dira,Dira Fany ngerasa jadi anak yang nggak berguna pa"

~Fany Jacely Alvarendra



Fany dan Liam sudah sampai di depan rumah mereka berdua. rumah Liam bewarna putih dan di sebelah nya ada rumah fany bewarna krem.

Fany turun dari motor sambil berusaha melepaskan helm dari kepalanya. Terdengar omelan kecil yang di dengar Liam dari mulut Fany-membuat Liam memutar bola matanya malas sambil menghela napas pelan.

Liam menarik lengan Fany mendekat membantu cewek itu melepaskan kaitan helm di kepalanya.

Fany tersentak kaget matanya melotot ke arah Liam seakan-akan ingin memakan cowok itu. Langsung saja cewek itu memukul bahu Liam setelah helm dilepaskan.

"Pelan-pelan dong!" Teriak Fany dengan napas yang memburu.

Liam tidak mempedulikan Fany. Ia langsung menggas motornya dan pergi meninggalkan Fany yang berapi-api.

Pengen gue cakar tuh tembok

Ketika Fany masih dalam perasaan kesal sambil memandang punggung  cowok itu yang menjauh. Tiba-tiba tas punggungnya ditarik oleh seseorang.

"Lepas! Gue bisa jalan sendiri gak perlu ditarik juga kali lo kira gue kambing apa!" Teriak Fany sambil berusaha melepaskan tas miliknya. Ia sudah tahu  siapa yang menariknya.

"Kambing kok bilang kambing? " Ujar cowok bertubuh tinggi itu tersenyum mengejek.

Fany memejamkan mata berusaha lebih sabar menghadapi adiknya yang menjengkelkan. "Vino jangan bikin gue tambah emosi"

"Siapa yang bikin tambah emosi, emang kenyataan lo itu kambing" Senyum Vino sambil tertawa mengejek.

Mendengar hal itu Fany langsung berbalik dan menginjak kaki cowok itu sambil melepaskan tas miliknya.

"Makan nih injakan kambing! " Fanny berlari kecil ke arah pintu rumah.

Seketika  cowok itu langsung mengakat kakinya ke atas sambil mengusap-usap pelan dan meniupnya.

"Vino jangan lupa bawain tas gue tadi!" Perintah fany tersenyum mengejek sambil menjulurkan lidahnya.

Vino cowok itu merengut kesal melihat wajah Fanny mengejeknya.

"Sabar Vin orang ganteng gak boleh marah." Ujar cowok itu kepada diri sendirian seraya menghembuskan napas pelan.

                                  .....

Fany berjalan masuk ke dalam kamar. Ia langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur sambil memejamkan mata. Melepaskan lelah nya seharian di sekolah, belum lagi seluruh tubuh nya pegal-pegal semua karena keliling lapangan tadi.

Sungguh melelahkan. Namun, untung saja tadi Fany memakan banyak makanan saat jam istirahat. Sangat kenyang, Ben Cowok itu selalu mentraktirnya makanan, benar-benar menyenangkan memiliki seorang teman seperti Ben.

Tak terasa  sudah beberapa menit Fany terlelap dalam mimpinya. Masih menggunakan seragam, rambut mirip singa dan iler yang mengenai pipinya.

Vino masuk ke dalam kamar Fany. Cowok itu ingin memanggil Fany untuk makan malam. Namun, sekarang yang ia lihat kakaknya masih mengenakan seragam dan tertidur dengan berantakan. Bantal, guling dan selimut sudah terjatuh semua di lantai. Hanya ada Fany yang memenuhi seisi kasur, sungguh untung hanya dirinya yang melihat. Jika tidak Vino akan malu memliki kakak seperti dirinya.

My Eternal Enemy ( ON GOING ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang