...

6.9K 813 42
                                    


Selama sisa waktu sebelum hari pernikahan, sikap Karina makin menjadi-jadi. Dia selalu memaksa Winter untuk menemaninya ke acara perusahaan atau kemanapun dia mau, ya awalnya Winter menolak tapi dia bisa apa jika Karina selalu mengancamnya.

Seperti malam ini, saat pulang kuliah Winter dijemput oleh Giselle dan membawa gadis itu ke kediaman Karina. Katanya Karina ingin mengajak Winter ke sebuah pesta yang diadakan oleh rekan bisnisnya.

"jangan berlama-lama aku tak suka" ucap Winter berbisik saat mereka sampai disebuah ballroom hotel mewah dimana acara diadakan.

Karina mengangguk singkat sebelum menggandeng tangan Winter masuk kedalam, menyapa beberapa rekan bisnis dan tentu si pemilik acara. Winter sesekali hanya menanggapi pertanyaan yang dilontarkan kepadanya dengan canggung. Merasa tidak nyaman juga sih karena dia tidak mengerti apa yang dibicarakan.

"aku ingin mengambil minuman dulu, kau mau?" ucapnya pada Karina yang masih sibuk mengobrol dengan rekan bisnisnya.

Karina menggeleng "jangan lama-lama aku bisa gila".

Winter memutar matanya malas mendengar ucapan yang keluar dari mulut manis si Yoo, ia beranjak meninggalkan kerumunan itu. Winter bisa bernafas lega setidaknya sekarang ia tidak terlalu jenuh seperti saat tadi.

Memandang seisi ruangan yang disulap dengan dekorasi mewah nan mahal khas kalangan kaum elit. Tubuh yang berbalutkan jas atau gaun-gaun mahal, seperti tercium bau-bau uang. Beberapa terlihat menonjol dengan perhiasan atau barang mewah yang menjadi pelengkap aksesoris mereka.

Cih memuakkan.

Walaupun ia juga lahir dari keluarga kaya, tapi Winter memang sangat malas jika harus menemani orang tuanya keacara seperti ini. Dia bahkan selalu menolak ajakan kedua orang tuanya.

"kau sendirian?" suara dengan nada berat itu membuat Winter menoleh cepat.

Suara pria dengan setelan jas berwarna abu mengkilap berdiri dibelakangnya disertai senyum tipis namun menawan. Terlihat tampan dengan rupa yang rupawan.

"nona aku bicara padamu!" ujar pria itu lagi karena Winter tak menjawab pertanyaannya.

"oh kau bicara padaku?" Winter menunjuk dirinya sendiri.

Pria itu mengangguk dengan senyum tak luntur dari bibir tebalnya "tentu nona cantik".

"eum aku bersama temanku" balas Winter singkat.

Pria itu mendekat, meraih satu gelas yang berada disamping Winter "lalu dimana temanmu?".

Winter sedikit risih, pria ini terlihat sangat ingin tahu.

"oh maaf membuatmu tak nyaman" pria itu menyadari raut tidak suka Winter.

Winter hanya berdehem "aku permisi~".

Belum kakinya beranjak pria tadi menahan lengannya "kau terburu-buru sekali, setidaknya beritahu aku namamu".

Winter menatap lengannya yang masih ditahan oleh pria tadi, merasa risih karena orang asing itu.

"bisa kau lepas tanganmu dari calon istriku" suara dengan nada datar itu membuat keduanya menoleh.

Karina berjalan santai dengan tatapan tajam pada pria yang sudah membulatkan matanya.

"bisa kau singkirkan tanganmu?" tanya Karina lagi setelah berada didepan keduanya.

Pria itu lantas melepas tangannya dan berdiri kaku, dia tak berani menatap Karina yang berdiri sembari menampilkan wajah marahnya. Oh ayolah siapa yang berani berhadapan dengan perempuan dingin itu.

FORCED MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang