one time

7.3K 869 39
                                    

Vote vote vote ~~~

























"nghh kepalaku" Winter mengerang saat kepalanya terasa berdenyut sakit.

Matanya menyipit, melihat suasana kamar yang asing "aku dimana?".

Ini tentu bukan kamarnya, bukan juga kamar teman-temannya. Winter membuka selimutnya panik.

"hah untung saja" leganya saat pakaiannya masih terpasang lengkap.

Dia sudah berpikiran yang tidak-tidak. Em tapi dimanakah dia.

"kau sudah bangun" Winter menoleh matanya menangkap sosok yang tidak asing untuknya. Bersandar ditembok dekat pintu.

"kenapa kau disini?" tanya Winter tak menjawab pertanyaan yang dilontarkan Karina.

Karina berjalan mendekat "kau tidak ingat semalam?".

Winter memiringkan kepalanya mencoba mengingat apa yang terjadi semalam "ugh aku semalam mabuk karena teman-temanku dan aku tak ingat lagi".

Karina duduk disisi ranjang "aku melihatmu di bar dan kau mabuk, karena aku tidak tega maka aku mengajakmu ke apartemenku".

Ah ternyata ini apartemen wanita didepannya "terima-kasih Karina-ssi".

Karina tersenyum terlihat tulus dimata Winter "sama-sama. Mandilah agar kau tidak terlalu pusing".

"tapi aku—".

"aku sudah menyiapkanmu baju, kau hanya cukup mandi" ucapnya masih dengan senyuman diwajahnya.

Winter mengangguk, dia beranjak dari atas ranjang berukuran king size itu sebelum menghilang dibalik pintu kamar mandi. Karina tersenyum melihatnya.








"makanlah! Soup ini bisa membantu pengarmu".

Keduanya sudah ada dimeja makan, setelah Winter mandi memang Karina mengajak gadis itu makan walaupun sempat di tolak oleh Winter yang ingin segera pulang.

"terimakasih Karina-ssi".

"panggil unnie saja, aku rasa aku lebih tua darimu".

"ah ne unnie".

Karina tersenyum, dia sangat sering tersenyum jika dengan gadis dihadapannya ini. Keduanya sama-sama hening, Winter sibuk dengan makanannya dan Karina yang sibuk makan sambil memperhatikan Winter.

"untuk semalam aku sungguh berterimakasih unnie dan maaf merepotkanmu" Winter buka suara.

Bukankah dia harus berterimakasih pada wanita cantik dihadapannya ini karena telah menolongnya.

"kau terus berterimakasih sejak tadi Winter-ah" ucap suara deep voice itu.

Winter jadi malu sendiri, dia langsung menunduk karena Karina menatapnya dengan tatapan yang sulit untuk dijelaskan.

"aku juga semalam melihatmu bersama seorang pria kukira pacarmu".

"ah bukan, itu sahabatku. Aku tidak punya pacar".

Bolehkah Karina senang mendengar jika gadis ini tidak memiliki kekasih.

"baguslah" gumam Karina.

"ne?" tanya Winter karena dia tak mendengar apa yang dikatakan Karina.

"aniyo, bukan apa-apa. Lanjutkan makanmu".












FORCED MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang