Pukul 15.45 WIB
Suasana kemusuhan tergurat indah di antara dua pasang mata yang dari tadi saling bersitatap sengit.
"HELL! Lo berdua kenapa sih?!" sengak Jeje jengah dengan kelakuan Ayra dan Abin yang tak henti saling melempar tatapan sinis.
"jelek muka lo Mo kalau kaya gitu." ucap Manda yang sedang menyetir sambil melirik Ayra dari spion atas.
"masi jelekan Abin." ketus Ayra di hadiahi plototan oleh Abin. "lo tuh jelek!" balasnya lebih galak.
"anjirlah, gue terjunin juga lo berdua dari jembatan." pisuh Jeje. "berhenti Man."
Manda benar benar menghentikan mobilnya.
"ih kenapa berhenti? Kan belum sampai rumahnya Jeje?" tanya Ayra kesal.
"selesaiin sekarang. CEPET!" Ayra maupun Abin kompak tersentak kaget. Inilah Jeje, si garang. Apalagi kalau sudah meladeni Ayra dan Abin yang bertengkar.
"males! Orang Abin nya nggak percayaan!" sewot Ayra bersidekap di depan dada sambil mengalihkan pandang ke luat jendela.
"yang ada lo nggak mau jujur sama gue!" balas Abin gantian menyengak.
"gue suruh lo berdua selesaiin bangstsgdjr bukan malah berantem!" sela Jeje. Ayra melirik Abin lama, begitupun Abin yang juga menatap dirinya.
"Nimo tuh nggak bohong Abin. Emang Nimo nggak kenapa napa, tanya aja sama Kak Arsi nya sendiri." ujar Ayra menurunkan nada bicaranya.
"Kak Arsi?" beo Manda. Ayra mengangguk, "tadi kakaknya kenalan katanya namanya Arshenio, terus kalau mau Nimo panggil Kak Arsi boleh atau enggak katanya boleh. Jadi Nimo panggil Kak Arsi aja biar gampang."
"seriusan dia bol--" bicara Manda terpotong kala...
"ya kalau emang nggak kenapa napa, ini mata lo ngapain bengkak begini??? Gue tau lo nangis sebelum ke rooftop tapi nggak separah ini Mo astaga!" Ayra menghela napas berat, ia masih ragu mau cerita atau tidak pasal ucapan Arshen di rooftop siang tadi.
"tau sendiri Nimo cengeng, orang muka Kak Arsi galak gitu gimana Nimo nggak nangis." gerutu Ayra membuat Abin bergumam mengiakan saja entah Aura berbohong atau jujur.
"anjing! Perkar--"
"JEJE IH MULUTNYA!" sentak Ayra gemas mendengar pisuhan Jeje. "ya lagian lo berdua perjara gitu aja berantem." cibir Jeje.
"gue tetep nggak percaya." kekeh Abin, "gue mau telpon Kak Arshen sek--"
"NO!" sahut Ayra merebut paksa ponsel Abin membuat sang empu melotot. "Abin beneran nggak percaya sama Nimo?" tanya Ayra merendahkan nada bicaranya.
"gimana gue percaya sih Mo?!"
"yakan Nimo udah cerita, kurang apa???"
"bukti Mo, bukti. Buk. Ti." tekan Abin greget.
"cerita Mo." bukan dari Abin, melainkan Jeje. Bunda Jessie ini memang paling tau kalau Ayra sedang berbohong atau ada yang ditutupi.
"cerita we Mo, ntar nih macan ngamuk lagi." ujar Manda yang berleyeh leyeh di kursi kemudi sedari tadi.
Ayra menatap tiga temannya bergantian, "kenapa jadi mojokin Nimo sih?" cicitnya.
"kita nggak mojokin Aisah, kita mau lo cerita." balas Manda gemas sendiri.
Ayra menghela napas berat, "ck. Orang Nimo emang nangis gara gara muka Kak Arsi serem. Kak Arsi ngomong biasa sama Nimo aja udah kaya mau bunuh orang gimana nggak nangis."
YOU ARE READING
ARSHEYRA
Teen FictionSKY HYPE SERIES A "jangan deket-deket sama cowok selain keluarga lo. Dan gue." Apa? Sebentar ulangi? "b-but w-why should I do that?" "lo nggak mau gue bunuh kan?" tanya Arshen tak bernada. Ayra mengangguk pelan dua kali. "i-iya, tapi kenapa gitu s...