TIME ZONE
Dua insan berbeda jenis itu kini tengah menikmati ramainya tempat bermain dengan penuh rata rata anak kecil. Emm, tapi sepertinya yang Arshen bawa juga anak kecil. Lihatlah, kini Ayra sedang bermain permainan pump it dengan anak usia sekitar 10 tahunan.
"kakak kenapa nggak main sama pacarnya?" tanya gadis yang terpaut usia enam tahun dengan Ayra itu sambil kakinya terus bergerak menyesuaikan beat lagu.
"malu mungkin." jawab Ayra asal. Sebelumnya ia sudah merengek meminta Arshen menemaninya bermain, tapi cowok itu kekeuh tidak mau. Entahlah, Ayra tidak menanyakan apa alasan Arshen tak mau. Hingga akhirnya Ayra melihat seorang gadis dengan seragam SD sendirian akan memainkan permainan itu. Ayra dengan senang hati menemani anak tersebut, sementara anak SD tadi juga tampak oke oke saja.
"Ayra." panggil Arshen yang sudah mulai jengah menunggu Ayra. Niatnya mengajak Ayra bermain bersama, bukan mengajaknya bermain sendirian.
"apa?? Kak Arsi mau main sama Ayra??" tawar Ayra dengan senang. Arshen menggeleng dan dengan hati hati menarik turun paksa Ayra. Dengan mata yang tak lepas dari layar, Ayra melengkungkan bibirnya ke bawah. "kenapa loohhh?? Belum selesai..."
"main yang lain." bahu Ayra merosot, "kenapa??" tanyanya pelan.
"gue ngajak lo kesini buat main bareng. Bukan lo sendiri." jawab Arshen lugas. Ayra menggembungkan pipinya, "Ayra nggak sendiri loh, sama adik itu tadi."
"mau boneka?" tanya Arshen mengalihkan topik. Mata Ayra seketika berbinar, "mau! Dua ya?"
Arshen mengangguk iya. Namun, Ayra seketika tersadar, dan menahan lengan Arshen sebelum cowok itu menarik lengan mungilnya.
"kenapa lagi?"
"s-satu aja bonekanya." cicit Ayra membuat Arshen bingung. Bahkan ekspresi Ayra turut berubah, menunduk dan seperti ada raut bersalah. Kenapa anak ini?
Arshen mengedarkan pandang, yang ia dapat simpulkan adalah tempat ini sangat ramai orang. Ia ataupun Ayra tak akan nyaman kalau akan berbicara banyak di sini. Maka ia putuskan membawa Ayra ke tempat karaoke yang lebih tertutup.
"Kak Arsi mau karaoke?" tanya Ayra sesampainya dalam ruang karaoke. Arshen menggeleng dengan tatapan tak lepas dari Ayra.
"kenapa?" Ayra bingung dengan pertanyaan Arshen.
"apanya?"
"lo kenapa? Tadi lo seneng, minta dua boneka? Sekarang kenapa? Tiba tiba minta satu doang?" memang spele terdengarnya, tapi tidak dengan sebenarnya.
Ayra menunduk, "Ayra nggak enak sama Kak Arsi, Ayra baru kenal Kak Arsi belum lama. Ayra juga bukan siapa siapa Kak Arsi... Tadi Ayra langsung inget kata Bang Dean, kalau sama orang lain nggak usah manja manja, nanti pada nggak mau temenan sama Ayra. Makanya nggak jadi minta dua." jawab Ayra menggigit bibir bawahnya.
"lo nggep kita bukan siapa siapa?" Ayra mendongak, "t-temen?"
"temen?" tanya Arshen tersenyum miring, "setelah lo turutin apa mau gue lo bilang temen?"
Ayra mengangguk. Arshen menghela napas berat, ditatapnya lekat gadis yang ia sebut sebut sendiri sebagai gadisnya itu. Gadis yang polos.
"kalau bilang gue bukan mau temenan?"
"o-oh.. Kak Arsi anggap Ayra musuh ya? Ayra janji nggak akan laporin kakak kok, beneran..."
"bukan Ayra."
"terus?"
"kalau gue bilang gue suka sama lo, lo percaya?" Ayra mematung, apa kata Arshen barusan? Jantung Ayra seketika berdegup berkali kali lebih cepat.
YOU ARE READING
ARSHEYRA
Teen FictionSKY HYPE SERIES A "jangan deket-deket sama cowok selain keluarga lo. Dan gue." Apa? Sebentar ulangi? "b-but w-why should I do that?" "lo nggak mau gue bunuh kan?" tanya Arshen tak bernada. Ayra mengangguk pelan dua kali. "i-iya, tapi kenapa gitu s...