"kan abang udah lulus. Ngapain ke kampus lagi?" tanya Ayra yang kini sudah berjalan beriringan di koridor fakultas hukum universitas Teralintang bersama Sean.
Manik hazel itu tak henti beredar menulusuri seluruh sudut bangunan yang berdiri megah itu.
"ada yang mau abang urus dulu." jawab Sean sibuk dengan ponselnya.
"iya otw gue. Tunggu sana." Ayra spontan menoleh, oh ternyata Sean sedang bertukar panggilan dengan seseorang. "dek."
"apa?" jawab Ayra tanpa menatap Sean. "mau ikut masuk ke ruangan atau tunggu sini?"
Ayra menolehkan kepalanya, berpikir sejenak. "nimo di luar aja. Tapi kalau abang lama, nimo ikut."
"bentar doang, cuma ngasihin berkas. Ikut?" Ayra tersenyum dan menggeleng, "tunggu sini."
"oke. Jangan jauh jauh." sebelum benar benar masuk ke ruangan yang Sean maksud, cowok tinggi itu mengusap puncak kepala Ayra sebentar.
Sepeninggal Sean, Ayra berlari kecil menuju pagar pembatas. Dapat dilihat oleh matanya, pemandangan yang apik. Dilihatnya di seberang yang cukup jauh kalau di gapai dengan jalan kaki, fakultas pendidikan Universitas Teralintang. Juga taman yang cukup luas di tengah tengah antara dua fakultas itu.
"yang cantik banyak. Masa nggak ada yang nyantol sama abang(?)" gumam Ayra, kalau saja Sean dengar pasti sudah dipiting leher Ayra.
Ayra mengeluarkan ponselnya, berniat mengambil beberapa potret dari lantai tiga ini. "wow, bagus banget." gumamnya.
"dek." Ayra sedikit tersentak, untung hp nya tidak jatuh. "kaget ih."
"kok cepet banget(?)" sambung Ayra.
"kan udah dibilang cepet." Ayra mengangguk mengiakan. "nggak jadi foto?"
"enggak ah, ada abang jadi jelek pemandangannya." Sean memampang wajah datarnya, entah kenapa adik perempuannya selalu tukar sungut kalau bersama dirinya. Beda kalau sedang bersama Dean. Bedannya gimana?
Ah ntar juga tauuu.
🍓🍓🍓
Bunyi decitan yang dihasilkan dari pertemuan antara alas sepatu dengan lantai lapangan basket indoor SMA Angkasa menggema memenuhi ruangan. Tampak para manusia berjenis kelamin laki laki dan perempuan itu tengah melakukan latihan untuk turnamen bulan depan.
Tak lama, hingga akhirnya tim putra mengistirahatkan diri ke tepi lapangan, ada juga yang keluar jajan sih. Bergantian dengan tim putri sekarang latihan.
"mau kemana lo Den?" tanya Axel, kelas XII IPS 2 ketua ekskul basket Angkasa. Raden menautkan alisnya dan diam sejenak menatap Axel.
"boker. Ikut?"
Bughh
"anjing. Sakit." umpat Raden kala sepatu sebelah kiri Axel mendarat mengenai kepalanya. "mau jajan gue, mau traktir lo?"
"nitip. Gue tuker ntar."
"alah silit! Uang gue minggu minggu kemaren mana ada lo tuker." sewot Raden.
"Ck. Gue bayar hari ini elah. Nitip akua sebiji aja ribet banget." balas Axel ikut sewot.
"awas aja tipu tipu, gue sumpahin gue sukses."
Bughh
"mana bisa gitu bangsat!"
"Xel." sang pemilik nama menoleh ke sumber suara. "paan?"
"minum." ujar Arshen. Axel langsung tau apa maksud partner-nya itu. "baru dibeliin Raden. Baru banget keluar noh."
Arshen mengikuti arah pandang Axel, dan benar saja ia melihat Raden baru banget keluar dari pintu lapangan. Lantas cowok dengan peluh memenuhi pelipisnya itu mengangguk.
YOU ARE READING
ARSHEYRA
Teen FictionSKY HYPE SERIES A "jangan deket-deket sama cowok selain keluarga lo. Dan gue." Apa? Sebentar ulangi? "b-but w-why should I do that?" "lo nggak mau gue bunuh kan?" tanya Arshen tak bernada. Ayra mengangguk pelan dua kali. "i-iya, tapi kenapa gitu s...