Setelah pernistaan di ruang makan pagi ini, keluarga Alezandro kini sudah siap dengan jadwal masing-masing. Sean yang sudah berangkat mengurus kepentingan surat surat setelah kelulusannya di dunia kuliah. Dean yang kembali ke kamar mengerjakan tugas tugas dari mata kuliah desain grafis, Shena berangkat bersama Sean ke butik. Juga Alva yang sudah meluncur menuju kantor. Serta Ayra dan Daniel yang sudah berada dalam satu mobil yang sama hendak berangkat ke sekolah.
"kenapa nggak minta jemput Arshen?" tanya Daniel yang sibuk mengemudikan mobil sport berwarna navy elegan miliknya. Ayra yang asik memainkan ponsel langsung mengangkat kepalanya dan menggeleng.
"kan ada Bang Niel." Daniel berdecak, "bukan itu maksudnya."
"terus apa?"
"kan dia cowok lo, kenapa nggak antar jemput lo ke sek--"
"ish abang! Nimo bilang bunda ngomong lo-gue gitu. Dari pagi ngomongnya lo-gue terus sama Nimo." potong Ayra sebal, memang dari kecil hingga sekarang hanya Ayra yang punya pertahanan tidak terceamar bahasa gaul. Bukan apa-apa karena pada dasarnya tidak semua bahasa gaul itu baik untuk di ucapkan bukan? Tidak dengan tiga kakaknya, dan hal itu membuat tiga lelaki itu selalu diperingati oleh Shena maupun Alva agar tidak menggunakan logat lo-gue saat bersama Ayra.
"lagian emang kalau pacaran harus jemput jemput?" lanjut Ayra kembali memainkan ponselnya.
"ngaduan. Ya nggak harus sih, tapi kan--"
"yaudah jadi nggak usah kan?"
"dahlah."
Daniel menghentikan laju kendaraannya, mobilnya sudah berhenti tepat di depan lobi AIHS.
"turun gih." titahnya diangguki Ayra. Sebelum gadis itu turun, ia mengecup sekilas pipi kiri Daniel. Kalau kalian mau tau, alasan Daniel mau mengantar Ayra adalah karena hal kecil yang akan ia dapat ini. Awalnya Dean berinisiatif mengantar Ayra, namun dengan alibi Daniel ia berhasil menggagalkan rencana Dean.
"babay abang, Assalamualaikum." Daniel tersenyum, mengacak kecil puncak kepala Ayra. "Waalaikumsalamm, belajar yang bener. Jangan pacaran terus."
"ih gapapa lah, kan Nimo punya. Wleee!"
Brak
Cowok dengan seragam berbeda dari Ayra itu mengelus dada, kenistaan apa lagi ini.
🍓🍓🍓
Pria bertubuh tegap dengan kemeja seragam berbedge nama ARSHENIO itu baru saja memarkirkan motor sport berwarna hitamnya. Dengan tas tersampir di bahu kanannya, cowok berahang tegas itu berjalan menyusuri koridor menuju kelasnya.
Pertangahan jalan, mata elangnya menangkap satu objek yang baru saja berbelok dari arah lobi berjalan sama dengan arahnya. Gadis dengan outer berwarna baby blue bermotif awan, rambut sebahu yang digerai, sneakers warna putih, dan jangan lupakan tas ransel merah muda yang bisa Arshen hapal dalam sekejap.
Namun, pemandangan dari objek tersebut tak urung membuat senyum tipis terlukis di bibir seksinya. Entahlah, gadis itu seolah menyihir paginya yang semula berantakan seakan hilang entah kemana perginya.
" Si bocil gemesin yakan? Mana tas modelan kek bocah TK gitu." Arshen menoleh ke samping dan mendapati Raden yang sudah nyerocos tanpa aba aba dan tanda tanda.
"bisa bisanya, seorang Arshenio demennya sama dede gemes gitu. Aaaaakkhhss, lebih dari gemes dia tuh--"
"diem." Raden mengatupkan bibirnya, "elah positif banget sama bebebnya."
"posesif Den."
"iya terserah itu pokoknya, oh iya gue ada mau tanya sama lo." Arshen mengangkat sebelah alisnya menandakan 'apa?'
YOU ARE READING
ARSHEYRA
Teen FictionSKY HYPE SERIES A "jangan deket-deket sama cowok selain keluarga lo. Dan gue." Apa? Sebentar ulangi? "b-but w-why should I do that?" "lo nggak mau gue bunuh kan?" tanya Arshen tak bernada. Ayra mengangguk pelan dua kali. "i-iya, tapi kenapa gitu s...