12

20 3 0
                                    


Seorang pria berjalan di tengah gelap nya malam, pencahayaan yang semakin redup membuatnya sulit untuk melihat apa saja yang berada di sekitarnya, namun untungnya Arsya menemukan senter yang tergeletak di depan toilet perempuan yang terletak paking ujung.

Arsya merutuki dirinya sendiri, mengapa ia sampai bisa salah masuk toilet? Ia berfikir mungkin tidak ada santri yang akan keluyuran apalagi sampai masuk toilet karna waktu sudah sangat larut, namun kenyataan menghantam apa yang sempat terpikirkan, mana bisa santri wati menyebutnya hantu? Apa mungkin karna pakaian yang putih? ntahlah ia tidak terlalu memusingkan apa yang sempat terjadi

Arsya mengetuk pintu utama rumah nya namun, tidak ada siapapun orang yang menyahutinya, tidak berfikir panjang Arsya membuka knop pintu, dan benar saja ke adaan rumah benar benar sepi mungkin sudah pada tidur, pikirnya

Arsya manaiki tangga satu persatu menuju kamarnya yang berada di lantai atas, ia merebahkan tubuhnya di atas kasurnya, badan yang terasa letih membuatnya tertidur

***

Hari minggu hari dimana para santri bisa beristirahat sejenak dari masalah sekolah ataupun pelajaran, hawa dingin yang menyeruak membuat para santri sulit untuk melakukan aktivitas dan lagi keadaan pesantren yang berkabut membuat pandangan tidak terlalu jelas

Setelah melaksanakn salat subuh Rere memutuskan untuk tetap di kamar asrama saja bersama Rahma temannya yang masih lelap dalam tidur, Rere membuka rak yang berada di lemarinya dan menampilkan buku yang belum selesai di bacanya

Rere menarik napas pelan dan membuka halaman yang sempat tertunda, dan mulai membacanya

"Hooaamm!" Rahma menggeliat dari tidurnya dan yang lebih parah lagi  ia menguap dalam keadaan setengah sadar

Rahma mengucek matanya dan menemukan Rere yang sedang duduk sambil membaca buku

"Re." Panggil Rahma yang sudah duduk di sampingnya, Rere hanya membalas dengan deheman

"Isma kemana?" Tanya Rahma sambil melihat ke arah kasur Isma yang tertata rapi

"Gak tau, tapi tadi katanya ada urusan." Ucap Rere tanpa mengalihkan tatapanya dari buku

"Urusan?" Gumam Rahma yang mampu di dengar Rere

"Iya."

"Urusan apa sih? Dari kemarin usrusan mulu perasaan." Ucap Rahma sambil menautkan alisnya bingung

"Ya kamu tanya aja sama orangnya lah ma." Balas Rere sambil menutup buku yang berada di pangkuannya

Rere melihat ke arah Rahma "Keluar yuk! Udah jam tujuh nih, gak mau sarapan gitu?" Tanya Rere dan di angguki Rahma

"Kamu duluan aja Re, aku mau beres beres kasur dulu." Ucap Rahma bangkit dari duduknya dan langsung memberesakan kasurnya

"Aku tunggu di bawah ya ma." Pamit Rere sambil membawa alat makan yang terbuat dari plastik

"Iya."

***

Hawa dingin yang awalnya meradang sekarang sudah tergantikan dengan panas Matahari yang hangat dan tak lupa cahaya matahari yang terpancar membuat kabut yang awalnya berkeliaran sudah menghilanh

Rere berjalan di koridor asrama dan sesekali menyapa santri wati yang ia kenal, Rere menuruni anak tangga dan tatapannya tertuju pada Isma yang sedang berbincang dengan seorang laki laki?

Rere hendak menemui Isma dan juga laki laki itu, tapi- tunggu, bukannya itu laki laki yang ia tabrak kala itu? Rere menghentikan langkahnya karna Isma sudah menyelesaikan perbincangannya

Berawal Dari PesantrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang